Kesaksian Mengejutkan Korban Penganiayaan Bahar bin Smith di Pengadilan
Habib Bahar diduga melakukan penganiayaan terhadap dua remaja. Ini pengakuan korban:
Salah satu korban penganiayaan hadir dalam persidangan Habib Bahar bin Smith di Pengadilan Negeri Bandung di Gedung Arsip dan Perpustakaan, Kamis (29/3). Tak hanya korban, orangtua korban juga hadir dalam persidangan itu.
Seperti diketahui, Bahar bin Smith tersangkut kasus dugaan penganiayaan terhadap dua remaja berusia 17 dan 18 tahun di Pondok Pesantren Tajul Alawiyyin milik Bahar di Bogor. Berikut kesaksian-kesaksian korban penganiayaan Habib Bahar bin Smith saat persidangan:
-
Kapan Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi meninggal? Makam Habib Muhammad meninggal di Kota Surabaya pada tahun 1917 Masehi.
-
Kapan Harun Kabir meninggal? Tanggal 13 November 1947, jadi hari terakhir Harun Kabir dalam menentang kekuasaan Belanda yang kembali datang ke Indonesia.
-
Siapa Habib Ali Kwitang? Di awal abad ke-20, Habib Ali Kwitang menjadi sosok ulama yang paling berpengaruh di masa penjajahan Belanda dan Jepang. Ia merupakan keturunan dari Rasulullah di Betawi yang turut membantu kelahiran Republik Indonesia.
-
Di mana banjir terjadi di Jakarta? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. "Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).
-
Mengapa Habib Empang menetap di Bogor? Akhirnya, ia diarahkan ke wilayah Bogor yang ketika itu ajaran Islam masih harus dikembangkan agar dikenal semakin luas.
-
Siapa yang menangani banjir di Jakarta? Dia menjelaskan, BPBD DKI Jakarta mengerahkan personel untuk memonitor kondisi genangan di setiap wilayah dan mengkoordinasikan unsur Dinas SDA, Dinas Bina Marga, Dinas Gulkarmat untuk melakukan penyedotan genangan dan memastikan tali-tali air berfungsi dengan baik bersama dengan para lurah dan camat setempat. "Genangan ditargetkan untuk surut dalam waktu cepat," ujar dia.
Awal Sebelum Korban Dianiaya
Cahya Abdul Jabar hadir dalam persidangan di PN Bandung. Dalam kesaksiannya, ia mengaku dijemput oleh anak buah Bahar, Habin Basith Iskandar dan Habib Agil Yahya yang juga terdakwa.
Penjemputan dilakukan karena imbas dari aksi Cahya meniru gaya Bahar di Bali. Dalam sebuah foto diperlihatkan, gaya Cahya mirip Bahar. Sebagai bukti, foto Cahya juga diperlihatkan jaksa dalam persidangan.
Cahya Dibawa ke Aula Kecil
Setelah penjemputan, Cahya dibawa ke aula kecil. Di sana, Cahya diinterogasi oleh Bahar. Cahya diberikan banyak pertanyaan tentang peristiwa di Bali yang dilakukan olehnya dan Muhammad Khoerul Aumam Al Muzaki. Setelah diinterogasi, Cahya kemudian dibawa ke halaman belakang ponpes.
"Dari situ, saya diajak ke lapangan sama Habib Bahar, diajak duel sama beliau. Saya enggak mau, akhirnya terjadi peristiwa penganiayaan itu," kata Cahya.
Ditantang Duel oleh Bahar bin Smith
Cahya mengaku ditantang duel oleh Bahar. Namun Cahya tak mau. Pada saat itu, Zaki belum datang ke ponpes tersebut. Karena Cahya menolak berduel, akhirnya Bahar mulai menganiaya remaja tersebut.
Bahar memukul menggunakan dengkul kaki kanan ke arah wajah Cahya. "Dipukul dengan dengkul tiga kali ke bagian hidung saya. Lalu rambut dijambak," kata Cahya.
Saat penganiayaan itu, Cahya mengaku sempat meminta maaf pada Bahar. "Nggak bilang apa-apa (Habib Bahar). Kalau saya cuma minta maaf saja, Habib Bahar terdiam," katanya.
Cahya Mengaku Kalau Temannya Juga Dianiaya Bahar
Dalam kesaksiannya, Cahya mengaku setelah dianiaya kemudian Cahya dibawa ke dalam dan kembali diinterogasi tentang peristiwa di Bali. Tak lama Zaki datang. Zaki juga ditanyakan tentang peristiwa di Bali. Â
Hakim lantas menanyakan soal Zaki diperlakukan seperti apa. "Zaki diapakan?" tanya hakim.
"Ditanya peristiwa Bali," kata Cahya.
Kemudian Bahar memerintahkan Zaki untuk ke lantai atas. Cahya mengaku tak tahu apa yang terjadi pada Zaki. "Zaki lalu turun lagi," kata Cahya.
Cahya melihat wajah Zaki sudah berdarah-darah. "Wajahnya berdarah-darah," kata Cahya.
Setelah itu, Cahya dan Zaki diperintah oleh Bahar untuk berkelahi. "Di belakang kita diadu," kata Cahya.
"Siapa yang suruh?," tanya hakim.
"Habib Bahar," jawab Cahya.
Diancam oleh Bahar
Cahya mengaku terpaksa menuruti perintah Bahar karena diancam. Keduanya diancam jika tak mau menuruti perintah, maka Bahar yang akan melakukan perkelahian terhadap keduanya.
"Di situ diancam oleh Habib Bahar kalau tidak berkelahi kita yang berkelahi (Bahar dan para korban)," kata Cahya.