Kopi Khas Sumsel Laku Keras tapi Produksi Stagnan, Langkah Ini Mesti Dilakukan Petani
Produksi kopi di Sumatera Selatan dari tahun ke tahun stagnan hingga menuju penurunan. Hal ini tidak seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen.
Produksi kopi di Sumatera Selatan dari tahun ke tahun stagnan hingga menuju penurunan. Hal ini tidak seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen.
Berdasarkan data Dinas Perkebunan Sumatera Selatan, produksi kopi di provinsi itu sebanyak 212,4 ribu ton di tahun 2022 atau naik tipis 0,33 persen pada 2021 di angka 211,7 ribu ton. Meski demikian, produksi kopi di Sumsel masih terbesar di Indonesia atau penyumbang 26,72 persen dari total produksi nasional.
-
Bagaimana Warung Kopi Ake menjaga tradisi "Kopi Kuli"? Buka dari jam 06.00 WIB sampai 00.30 WIB, tempat ini cocok bagi pengunjung yang ingin eksplor tentang kopi dan teh yang ada di Belitung. Warung Kopi Ake turut menjaga tradisi "Kopi Kuli" yang menjadi budaya ngopi bagi penambang timah Tiongkok pada zaman kolonial.
-
Apa yang menjadi ciri khas cita rasa Kopi Arabika Kintamani? Kopi ini memiliki cita rasa unik, dengan perpaduan rasa pahit dan sentuhan citrus. After taste dari kopi ini juga cukup manis, lho!
-
Di mana Kedai Kopi Berbagi berlokasi? Kedai Kopi Berbagi yang berlokasi di Margahayu, Jalan Mars Utara III, Kota Bandung ini begitu menginspirasi.
-
Apa itu Kopi Andaliman? Kopi Andaliman merupakan minuman yang dicampur dengan Andaliman, rempah khas Sumatra Utara yang sering disebut 'Merica Batak'.
-
Apa jenis kopi khas Batang? Kabupaten Batang, Jawa Tengah memiliki tiga jenis kopi lokal khas yang berpotensi. Sebagai daerah bertopografi majemuk, wilayah tersebut ternyata cocok ditanami kopi berjenis robusta.
-
Apa itu Kopiah Resam? Kopiah Resam merupakan peci yang terbuat dari tumbuhan bernama Resam yang termasuk dalam golongan paku-pakuan atau pakis. Kopiah Resam biasa digunakan oleh masyarakat Bangka saat menjalankan ibadah ataupun pada saat kegiatan sehari-hari.
Analisis PSP Ahli Madya Dinas Perkebunan Sumsel Rudi Arpian menyebut kondisi itu disebabkan banyak faktor, utamanya cuaca ekstrem yang terjadi beberapa tahun terakhir. Cuaca yang tidak menentu dirasakan semua petani kopi yang tersebar di 11 kabupaten/kota di provinsi itu.
"Penyebab utamanya karena cuaca ekstrem," ungkap Rudi, Selasa (30/5).
Dia menyayangkan situasi ini karena berbanding terbalik dengan tingginya permintaan konsumen. Alhasil, produksi sedikit membuat hukum pasar berlaku, yakni naiknya harga jual.
"Stok sedikit permintaan banyak, otomatis harganya naik," ujarnya.
Untuk mensiasati cuaca ekstrem, pihaknya mengimbau petani mengoptimalkan pemberian pupuk pada tanaman kopi. Petani tidak bisa hanya mengandalkan proses alami mengingat kondisi alam yang berubah-ubah.
Selain itu, petani juga mesti melakukan petik merah bukan petik pelangi saat panen. Begitu juga dengan perawatan rutin pascapanen.
"Bukan tanam terus panen, tapi perlu perawatan. Itu bisa meningkatkan produksi walaupun arealnya sedikit," kata dia.
Selain itu, kata dia, tanaman kopi di Sumsel juga dalam kategori tua menghasilkan sehingga produksinya berkurang. Karena itu perlu dilakukan peremajaan dan idealnya menggunakan metode sambung pucuk agar cepat berbuah.
Metode ini bisa menggabungkan dua jenis tanaman kopi robusta jenis kopi lokal yang memiliki akar kuat dengan jenis kopi unggul yang memiliki produksi tinggi. Jika perawatan optimal, produksinya bisa naik 3-4 kali lipat dari biasanya.
"Perlu kreativitas dari petani agar menghasilkan buah dengan kualitas tinggi dan produksinya lebih banyak saat panen," kata dia.
Sementara Pemprov Sumsel berupaya meningkatkan produksi dengan turut membantu berupa pembuatan irigasi dan pipanisasi di wilayah sentra kopi. Keterbatasan anggaran membuat bantuan tidak menyasar ke seluruh sentra sehingga disarankan bisa dilakukan secara swadaya oleh kelompok petani dengan pendampingan ahlinya.
(mdk/cob)