Kronologi Jenazah Pasien Covid-19 di Depok Terlantar Sebelum Dimakamkan
Jubir Covid-19 Depok, Dadang Wihana menjelaskan, pihaknya tidak ada niat untuk menelantarkan. Sebab, seluruh pihak termasuk tim pemulasaran jenazah masih mengurus jenazah lainnya.
Seorang warga berinisial AA yang meninggal dunia karena terinfeksi Virus Corona atau Covid-19 terlantar di rumahnya di kawasan Depok, Jawa Barat, selama berjam-jam. Hal ini diduga karena kurangnya perhatian dari Puskesmas Pancoranmas.
Saudara AA, Edwin menceritakan kejadian tersebut. Menurutnya, hal ini berawal dari dirinya dan istri dinyatakan positif Covid-19 di Klnik Bahar, pada 21 Juni 2021 lalu. Mereka pun akhirnya menjalani isolasi mandiri (Isoma) di rumah dari 22 hingga 26 Juni 2021.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
"Habis itu karena positif, kita kasih info ke orangtua, dan kita jaga jarak. Saya beda rumah sama orangtua cuma 1 pintu. Jadi kan berisiko tuh. Kita putuskan dikunci rapat, jadi dia nggak bisa akses ke rumah saya," katanya, Sabtu (10/7).
Selanjutnya, ia memberitahu dengan Ketua RT, bahwa dirinya dan istri positif. Edwin juga memberitahukan kepada tim Satgas Covid-19 di Depok. Selanjutnya dirinya diarahkan ke Puskesmas setempat.
Edwin menjelaskan, di dalam rumah itu dirinya juga tinggal bersama anaknya yang berusia 8 tahun, ibunya, adiknya yang menderita down syndrome, serta kakaknya berikut 2 anaknya.
Ia pun meminta petugas puskesmas untuk melakukan pemeriksaan terhadap seluruh keluarganya. Mengingat keluarganya ada yang sakit dan tak bisa mendatangi puskesmas. Namun, Edwin kecewa dengan jawaban dari Puskesmas.
"Kita minta dilakukan PCR atau swab untuk orangtua sama adik sama anak kami. Kondisinya anak kan tinggal sama kami. Sementara ibu kami posisinya tidak berjalan normal jadi di kursi roda. Adik (AA) down syndrome, keterbelakangan mental jadi tidak bisa kita bawa semau kita seperti nornalnya orang. Kita pakai prosedur. Kita ngomong lah sama pihak kasatgas, camat, puskesmas. Kita minta swab PCR dan lain-lain. Karena kondisinya seperti itu," jelasnya.
"Ternyata makin ke hari kita telepon ke Bahar, mereka enggak, jadi karena kekurangan tenaga medis. Mau nggak mau kita nunggu dari Puskesmas. Kota tanya dari puskesmas bisa datang nggak ke rumah buat swab. Jawabannya lihat jadwal, cari waktu yang tepat dulu," sambungnya.
Dalam hal ini, Edwin menyayangkan pelayanan dari Puskesmas. Ia dan keluarganya tidak mendapatkan pengobatan meskipun telah dinyatakan positif Covid-19.
"Anak hasilnya ya positif setelah 1 minggu. Cuma ya enggak ada obat yang diterima," sesalnya.
Singkat cerita AA pun dinyatakan meninggal dunia. Keluarga pun meminta pihak puskesmas untuk melakukan pemulasaran jenazah. Namun, jenazah telantar selama beberapa jam lantaran tidak ada petugas yang datang untuk mengurus pemulasaraan jenazah. Warga pun tidak berani untuk mengurusnya.
"Cuma kan kita ngikutin aturan pemerintah harus melalui prosedur ini itu, itu aja," ujarnya.
Sementara itu Jubir Covid-19 Depok, Dadang Wihana menjelaskan, pihaknya tidak ada niat untuk menelantarkan. Sebab, seluruh pihak termasuk tim pemulasaran jenazah masih mengurus jenazah lainnya.
"Jadi setiap hari yang wafat di rumah cukup banyak, sehingga perlu waktu untuk menunggu, jadi dalam kondisi kedaruratan seperti ini mohon untuk bersabar karena saat ini tim pemulasaran itu di setiap kecamatan sudah ada, tim sudah ada, relawan sudah ada. Dulu ada di Damkar, mulai minggu ini sudah didistribusikan lagi tim pemulasaran jenazah itu di tingkat kecamatan. Kalau toh nunggu beberapa jam kami mohon bersabar dalam kondisi darurat ini tim pemulasaran jenazah karena mengurus tidak hanya satu atau dua orang. Termasuk juga pemakaman," jelasnya kepada merdeka.com.
Dia menegaskan, tim bekerja setiap waktu mulai dari tim pemulasaran jenazah, ambulans, hingga tim di TPU. Sehingga, Dadang menegaskan, bukan bermaksud menelantarkan korban.
"Jadi kalau untuk berkunjung ke rumah mungkin melihat waktu yang tepat itu ketika tadi, krodit nya untuk saat kedaruratan ini luar biasa. Jadi puskesmas diberikan waktu utk traces, tracing, testing, pengobatan, dan vaksinasi dll. Jadi sangat luar biasa mereka yang bekerja di kesehatan ini," ujarnya.
"Untuk saat ini krodit kalau saya lihat, jadi tidak hanya puskesmas, rumah sakit di IGD. Kasus tinggi di Depok maupun Jabodetabek. Jadi memang perlu kerjasama semua pihak termasuk warga juga," pungkas Dadang.
Baca juga:
Kesibukan Relawan Memulasarakan Jenazah Pasien Covid-19 yang Isoman
Ketua DPR Ingin Rakyat Dapat Informasi Tepat Tentang Covid, Jangan Kalah dengan Hoaks
Satgas: Beban Nakes Sangat Berat, Tiap Hari Lihat Kematian Akibat Covid
Satgas Ungkap Terjadi Peningkatan Orang Stres karena Cari RS dan Takut Tertular Covid
Gerakan Mengheningkan Cipta untuk Korban Covid-19
Sosiolog UGM Ungkap Langkah Adaptasi Hidup Bersama Covid-19