Makna mendalam ritual jamas pusaka Kalibening Banyumasan
Tidak ada yang tahu persis jumlah benda pusaka. Termasuk sang juru kunci museum, Rudin Muhammad Soleh. Setiap tahun jelang ritual, jumlah pusaka selalu berubah.
Sedari pagi belasan orang mengenakan pakaian adat tradisional khas Banyumasan hilir mudik di sekitar museum pusaka Grumbul Kalibening, Desa Dawuhan, Kecamatan Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (13/12). Pertanda aktivitas rutin tahunan untuk menjamas pusaka tradisional yang jumlahnya lebih dari empat ratus pusaka dipersiapkan sejak malam sebelumnya.
Aroma dupa yang dibakar memenuhi udara, memperkuat kesan sakral. Ini sekaligus menandakan upacara jamasan pusaka di Grumbul Kalibening segera dimulai. Warga dari kalangan tua-muda, lelaki-perempuan beriringan membawa benda-benda pusaka dalam lipatan kain mori putih. Mereka beriringan menuju Sumur Pasucen di atas bukit pemukiman warga.
-
Apa yang dilakukan Banyuwangi untuk melestarikan budaya asli bangsa? Ini salah satu bentuk pengejawantahan nasionalisme di masa sekarang. Bagaimana kita semua bisa melestarikan budaya asli bangsa kita.
-
Kapan Muhibah Budaya dalam rangkaian Banyuwangi Ethno Carnival digelar? Muhibah Budaya yang digelar Jumat malam (7/7/2023) tersebut menampilkan berbagai atraksi tari dari sejumlah daerah.
-
Bagaimana cara Banyuwangi memanfaatkan insentif tersebut? “Sesuai arahan Bapak Wakil Presiden, kami pergunakan insentif ini secara optimal untuk memperkuat program dan strategi penghapusan kemiskinan di daerah. Kami juga akan intensifkan sinergi dan kolaborasi antara pemkab dan dunia usaha. Dana ini juga akan kami optimalkan untuk kegiatan yang manfaatnya langsung diterima oleh masyarakat,” kata Ipuk.
-
Mengapa Festival Balon Udara di Banyumas digelar? “Ini adalah salah satu upaya UMP sebagai kampus wisata. Jadi tak hanya untuk belajar, di kampus ini kita bisa healing dan mendapatkan kegembiraan,” kata Rektor UMP, Jebul Suroso.
-
Apa yang terjadi pada jembatan kaca di Banyumas? Pecahnya wahana jembatan kaca di kawasan wisata Hutan Pinus Limpakuwus pada Rabu (25/10) mengundang perhatian banyak pihak.
-
Kenapa Kampung Balekambang bisa jadi cagar budaya? Sementara itu, kawasan Balekambang merupakan area cagar khusus yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Bagi warga Kalibening, Sumur Pasucen merupakan sumber mata air yang dikeramatkan. Tidak heran jika Sumur Pasucen menjadi pusat ritual peziarah yang kebanyakan penganut kepercayaan Jawa-Banyumasan.
"Air terus mengalir dari sana, meski saat musim kemarau sekalipun. Tak pernah ada habisnya," kata Sutrimo, warga Kalibening yang berada di museum pusaka, Selasa (13/12).
Setiap benda pusaka harus dijamas di Sumur Pasucen saban 12 Rabiul Awal. Ritual ini berbeda dibanding pada umumnya yang dilakukan setiap 1 Sura atau tahun baru Jawa. "Ritual ini sudah dilakukan sejak dari zaman leluhur kami. Untuk waktunya disamakan dengan hari suci, yakni kelahiran Nabi Muhammad," ujar juru kunci museum, Rudin Muhammad Soleh.
Sehari sebelum penjamasan, kerabat di museum Kalibening menunggu waktu dibukanya ruang pusaka yang berada di tengah museum. Dalam ruangan itu diletakkan berbagai benda pusaka. Mulai batu, keris, hingga kain kuno bermotif batik banyumasan. Semuanya dijamas, kecuali kitab kuno dan kain kuno.
Setidaknya ada 400-an lebih benda pusaka yang tersimpan di museum pusaka. Namun tidak ada yang tahu persis jumlahnya. Termasuk sang juru kunci museum, Rudin Muhammad Soleh. Setiap tahun jelang ritual, jumlah pusaka selalu berubah. "Untuk tahun ini ada 494 benda pusaka yang didominasi batu beraneka ragam dan warna yang berjumlah 142 buah," ujar Rudin.
Biasanya, tengah malam sebelum penjamasan, Rudin bersama kerabatnya melakukan penghitungan jumlah benda pusaka yang tersimpan. Tengah malam dipercayai sebagai waktu yang tepat karena memiliki cahaya bening dan bisa berkonsentrasi dalam melakukan penghitungan. "Biasanya kami melakukannya mulai pukul 00.00 hingga menjelang pagi," jelasnya.
Setiap kali melakukan penghitungan, ada beberapa benda yang jumlahnya berkurang atau bertambah. Seperti batu beraneka ragam dan warna, tahun ini jumlahnya berkurang sekitar 19 buah. Lalu ada tambahan benda baru berupa kudi yang tidak diketahui pasti datang dan perginya benda itu. Selain itu, ada beberapa benda pusaka lain yang bertambah yakni Gendiwung atau alat jaman kuno yang digunakan untuk mempersenjatai keamanan kampung, keris berwrangka dan tidak berwrangka, kain kuno, semar dodok, mata uang, pedaringan wasiat serta kudi kuno.
Penambahan gendiwung mengisyaratakan harus diperkuatnya pengamanan untuk mengantisipasi segala sesuatu yang tidak diinginkan. Penambahan semar dodok menunjukkan semakin bertambahnya manusia-manusia yang mempunyai kebijakan dan kesadaran mapan tentang kehidupan. Tambahnya mata uang kuno melambangkan kemakmuran. Kemudian penuhnya pedaringan wasiat melambangkan kelimpahan panen dan manusia wajib bersyukur.
Selain penambahan, ada beberapa benda yang berkurang dan memiliki makna tersirat menurut kepercayaan mereka. Salah satu benda pusaka yang berkurang adalah kayu mimang. Maknanya semakin berkurang hubungan antar individu dan antar manusia sehingga mengurangi persatuan dan kebersamaan.
"Selain itu, kemenyan madu juga berkurang dan melambangkan perilaku manusia yang berkurang kesadaran untuk mengingat leluhur, pendahulu yang telah berjuang demi kemajuan yang kita nikmati sekarang," jelasnya.
Berkurangnya jumlah benda pusaka juga terjadi pada batu beraneka ragam yang menyimbolkan berbagai macam bangunan fisik. Sementara itu, pedang atau klewang yang juga berkurang dimaknai perlunya antisipasi adanya permusuhan bersenjata.
"Kalau pedang atau klewang ini sebenarnya kan bukan senjata asli Banyumas, bisa jadi ini tanda yang akan terjadi di sekitar wilayah Banyumas," ujarnya.
Setiap penambahan dan pengurangan benda pusaka memiliki makna tersirat bagi kehidupan di alam raya. "Sebenarnya semua dikembalikan kepada Allah. Tetapi ini, hanya bentuk tanda dari alam yang dimaknai tertentu," jelasnya.
Meski begitu, pertanda atau prediksi ini hanyalah simbol dari leluhur yang ditradisikan turun temurun di wilayah Kalibening. Semua ini hanya prediksi, berpegang teguhlah kepada iman. Karena semua yang terjadi adalah atas kehendak Yang Maha Kuasa.
(mdk/noe)