Malu kembali ke masyarakat, alasan korban Taat Pribadi enggan pulang
Malu kembali ke masyarakat, alasan korban Taat Pribadi enggan pulang. Selain itu, para korban Dimas Kanjeng takut kembali ke rumah lantaran tak mampu membawa sejumlah uang yang awalnya berniat untuk digandakan. Uang tersebut sebagian besar berasal dari titipan kerabat maupun keluarga yang turut ingin digandakan.
Diperkirakan masih ada ribuan orang memilih bertahan di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Probolinggo, Jawa Timur. Mereka belum kembali ke pangkuan keluarga karena beberapa faktor.
Demikian disampaikan Ketua MUI Jabar Ketua Umum MUI Jabar Rachmat Safe'i saat ditemui di ruang kerjanya, di Jalan LL RE Martadinata, Kota Bandung, Kamis (13/10).
"Ada beberapa faktor hingga menyebabkan korban ini belum pulang ke rumahnya masing-masing," katanya.
Faktor yang pertama, lanjutnya, lantaran korban Dimas Kanjeng di padepokan malu untuk kembali keluarga. Seperti, pengguna narkoba orang tersebut biasanya cenderung pasif lantaran malu untuk direhabilitasi.
"Yang ada di sana enggak mau pulang dia malu kembali ke masyarakat, seperti pengguna narkoba," ujarnya.
Faktor kedua, lanjut dia, para korban Dimas Kanjeng takut kembali ke rumah lantaran tak mampu membawa sejumlah uang yang awalnya berniat untuk digandakan. Uang tersebut sebagian besar berasal dari titipan kerabat maupun keluarga yang turut ingin digandakan.
"Karena ada titipan. Kan dijanjikan pulang bawa uang yang digandakan. Sehingga takut ditagih. Kalau pulang enggak bawa kan enggak berani si korban ini," ucapnya.
Faktor terakhir menurutnya, masih menanti penyelesaian seperti apa yang dijanjikan Dimas Kanjeng sebelumnya. Sehingga para korban ini masih menunggu kepastian nasibnya.
"Menunggu di sana bagaimana penyelesaiannya," terangnya.
Warga Jabar sendiri diketahui yang masih bertahan di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi berjumlah 72 orang. Dia meminta pada pengikut Dimas Kanjeng untuk segera kembali ke keluarga masing-masing. Sebab dapat dipastikan dari segi ajaran, tidak ada cara instan membuat kaya dengan cara tidak bekerja.
"Pada pengikut padepokan itu lebih baik pulang saja ke keluarga. Jangan merasa malu. Karena itu lebih baik kumpul keluarga dari pada kumpul di sana enggak jelas cara penyelesaiannya. Apalagi kalau ada unsur penipuan sudah ada keplolisian menangani," ucapnya.
Baca juga:
Ma'ruf Amin anggap fatwa MUI Jatim soal Dimas Kanjeng sesat tepat
Diduga kabur, pemimpin Dimas Kanjeng Samarinda diburu polisi
Tunggu hasil penggandaan, pengikut Dimas Kanjeng rela tak pulang
Korban Dimas Kanjeng asal Sragen tuntut uang mereka dikembalikan
Pulangkan ribuan pengikut Dimas Kanjeng, Mensos terjunkan Tagana
4 Bulan menghilang, Jarot diduga ikut Padepokan Dimas Kanjeng
-
Siapa yang menemukan pendatang yang menjadi pemulung di Jakarta? "Ada juga yang beberapa waktu lalu ketemu ya kita pemulung segala macam. Kita kembalikan,"
-
Kapan Atang Sendjaja meninggal? Pada 29 Juli di tahun itu menjadi hari duka bagi AURI.
-
Kapan Patung Shigir ditemukan? Patung Shigir ditemukan pada Januari 1890 di wilayah Sverdlovsk, di pinggiran barat Siberia, Rusia.
-
Apa yang dilakukan Mies van Bekkum di Jakarta? Pada zaman dahulu, Mies van Bekkum datang ke tempat itu untuk menyatukan kembali keluarga Belanda yang terpisah akibat ditawan Jepang.
-
Siapa saja yang diarak di Jakarta? Pawai Emas Timnas Indonesia Diarak Keliling Jakarta Lautan suporter mulai dari Kemenpora hingga Bundaran Hotel Indonesia. Mereka antusias mengikuti arak-arakan pemain Timnas
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.