Mantra Dukun dan Semangat Pemuda Pacu Jalur Tepian Narosa
Pada masa kolonial belanda, pacu jalur digelar untuk memperingati ulang tahun Ratu Wilhelmina dan dianggap sebagai sebuah festival.
Tradisi Pacu jalur sendiri eksis sejak abad ke-17 dan biasanya diperlombakan saat hari besar Islam.
Mantra Dukun dan Semangat Pemuda Pacu Jalur Tepian Narosa
Otot dan urat lengan para pemuda mengecang. Mereka berusaha terus mendayung sampan di permukaan air.
Tak peduli lelah, apalagi menyerah. Tak terhitung berapa banyak bulir keringat mengucur membasahi sekujur tubuh pemuda-pemuda itu. Yang terlihat mereka terus bersemangat.
Sementara seorang bocah menari di ujung sampan. Pikiran dan tenaga mereka fokuskan agar bisa mencapai garis finish Sungai Kuantan.
Tak ketinggalan, doa ibu menemani mereka mengarungi Tepian Narosa. Namun, tak sedikit pula yang mengandalkan mantra dukun kampung yang memantau jalannya pacu jalur.
- Gelar Festival Budaya di Tiga Kota, Kedubes RI di Korsel Raih Rekor MURI
- Festival Junjung Pusako Kenduri Swarnabhumi: Lestarikan Tradisi, Hidupkan Ekosistem Kebudayaan
- Hari Anak Nasional, Ribuan Anak Banyuwangi Memengan Aneka Permainan Tradisional
- Unik, Ini Nama-Nama Hari Sendiri dalam Bahasa Sunda yang Jarang Diketahui
Tahun ini, ada 193 perahu buatan anak bangsa dari berbagai kabupaten bersaing ketat dalam perhelatan Pacu Jalur Tradisional 2023 di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau. Seni dan budaya ini menarik perhatian dunia.
"Festival Pacu Jalur merupakan tradisi yang rutin dilaksanakan, ditunggu setiap tahun oleh masyarakat Riau. Khususnya masyarakat Kuansing," kata Sekda Pemprov Riau SF Hariyanto Kamis (24/8).
Pacu jalur merupakan tradisi yang sarat akan nilai sejarah. Jalur dalam bahasa daerah Kuansing diartikan sebagai sampan atau perahu yang panjang.
Sebelum perakitan perahu itu, pembuatnya memulai dari menebang pohon, maelo jalur, hingga membuat jalurnya.
Tak sembarangan, pembuatan jalur dilakukan dengan ritual khusus, bagian dari acara adat yang sakral. Festival Pacu Jalur 2023 berpusat di Tepian Narosa, Kota Taluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi Kabupaten Kuansing.
Perhelatan ini diharapkan membangkitkan ekonomi masyarakat melalui UMKM. Ribuan penonton dilayani dengan sajian masakan khas daerah setempat. Perputaran Rupiah tak terasa menjadi pundi-pundi warga yang berjualan.
Festival Pacu Jalur sekaligus menjadi momen membangitkan perekonomian masyarakat di Kuansing. Bukan tanpa sebab, Festival Pacu Jalur meningkatkan kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun, baik dari dalam maupun luar negeri.
"Festival Pacu Jalur merupakan hasil budaya dan karya khas yang merupakan perpaduan antara unsur olahraga seni, dan olah batin. Sehingga festival pacu jalur ini menjadi budaya terbaik Indonesia," jelas Sekda.
Masyarakat Riau khususnya di Kabupaten Kuansing patut bangga. Karena Festival Pacu Jalur telah banyak ditonton wisatawan mancanegara.
Sekda berharap agar tradisi Festival Pacu Jalur ini dapat terus dijaga dan dilestarikan. Demi menjaga nama baik daerah, ketertiban, keamanan dan kebersihan wajib dijaga. Supaya event ini bisa tetap dilaksanakan dan disaksikan setiap tahunnya.
Event tradisional pacu jalur di Tepian Narosa, Kuantan Singingi, Riau kian populer dengan kemunculan bocah penari di ujung jalur. Sebab, di media sosial ada banyak aksi memparodikan penari bocah hingga pendayung dari luar negeri.
Bocah Menari di Ujung Sampan
Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rakhmat mengatakan ada tiga orang yang terlihat menari saat jalur melaju kencang. Peran ketiganya berbeda-beda.
Terdapat sejumlah elemen dalam pacu jalur. Element terdiri dari penari, anak pacu, timbo ruang hingga ke tukang onjai.
"Biasanya bocah penari ini akan menari di depan jalur kalau dia menang atau unggul. Kalau masih berimbang biasanya hanya berayun-ayun saja. Setelah finis dia sujud syukur di ujung perahu," kata Roni.
Pemilihan anak-anak yang menari di ujung perahu bukan tanpa alasan. Sebab, berat badan anak-anak tergolong ringan. Sehingga posisinya berada di depan jalur.
"Anak-anak kan badannya ringan, ada dewasa di tengah itu untuk memberikan aba-aba juga. Lalu di ujung itu agak dewasa sedikit karena dia akan memberi daya dorong ke jalur namanya onjai," kata Kadis.
Sejarah Pacu Jalur
Pacu jalur sudah dikenal sejak abad ke-17 dan biasanya diperlombakan saat hari besar Islam. Namun belakangan, pacu jalur di Kuantan Singingi jadi event tradisional. Jalur berasal dari kata 'menjulur' yang memiliki arti panjang menjulur.
Pada masa kolonial belanda, pacu jalur digelar untuk memperingati ulang tahun Ratu Wilhelmina dan dianggap sebagai sebuah festival.
Keterlibatan bocah sebagai penari sempat hilang saat event digelar beberapa kali terakhir. Namun untuk tahun ini, semua jalur wajib memiliki tiga elemen seperti penari, timbo ruang dan onjai.
"Sempat dihilangkan untuk penari dan onjai. Tapi mulai tahun ini itu wajib semua jalur ada, kita mau angkat ini sebagai event budaya yang bukan hanya fokus pada juara. Kita bangga karena para penari ini dikenal dunia," kata Kadis.
Peran Dukun di Pacu Jalur
Tradisi pacu jalur ini secara kasat mata hanya merupakan tontonan semata. Namun di balik itu semua, tradisi ini kerap juga dikaitkan dengan praktik magis atau perdukunan yang tak terlihat. Bisik-bisik yang beredar, praktik magis atau kegiatan perdukunan tersebut berlangsung mulai dari awal perencanaan suatu desa atau kampung ingin membuat jalur. Dalam setiap tahapan-tahapan pembuatan jalur tersebut, peran seorang dukun atau pawang sangat penting demi terlaksananya pembuatan jalur tersebut. Bahkan, tak jarang masyarakat meyakini bahwa jika dukun dari jalur tersebut terkenal, kuat, hebat maka diyakini jalur tersebut akan memperoleh kemenangan dalam lomba pacu jalur. Soal perdukunan ini, Anda boleh percaya boleh tidak. Kembali kepada diri masing-masing untuk menyikapinya.