Masjid KH Abdurrahman Wahid diresmikan bersamaan Harlah ke-81 Ansor
Dalam acara tersebut, hadir istri almarhum Abdurrahman Wahid, Shinta Nuriyah dan putrinya Yenny Wahid.
Sosok almarhum KH Abdurrahman Wahid terus dikenang. Termasuk oleh Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor), organisasi kepemudaan Nahdlatul Ulama (NU), yang hari ini merayakan Harlah ke-81.
Untuk menghormati Presiden ke-4 RI yang sudah menjadi menjadi figur teladan dan inspirasi dalam memperjuangkan kebinekaan, pluralisme, serta ajaran Islam yang rahmatan lil 'alamin itu, GP Ansor meresmikan sebuah masjid yang diberi nama KH Abdurrahman Wahid. Masjid itu terletak di depan Gedung GP Ansor, Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat.
Ketua Umum GP Ansor Nusron Wahid berharap di Harlah ke-81 ini, organisasi yang dipimpinnya dapat bertransformasi menjadi organisasi modern yang tetap berpegang pada nilai-nilai nahdhiyyah.
"Ansor yang sudah berusia 81 tahun, berarti memang selama ini mendatangkan manfaat di muka bumi ini. Jamaah Ansor itu besar, tetapi belum menjadi jamaah yang solid, belum jadi kekuatan yang terorganisir. Ke depan jamaah harus membumi untuk lebih mendatangkan manfaat di bumi," kata Nusron dalam kata sambutannya, Jumat (24/4).
Dalam acara tersebut, hadir istri almarhum Abdurrahman Wahid, Shinta Nuriyah dan putrinya Yenny Wahid, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siraj, dan beberapa tokoh NU.
Shinta Nuriyah dan Said Aqil juga bersama-sama dengan Nusron menandatangani prasasti peresmian masjid. Hadir juga beberapa perwakilan dari perusahaan yang menjadi donatur pembangunan yang didirikan GP Ansor tersebut, seperti BNI dan Bank Mandiri.
Selain peresmian pembangunan masjid, Nusron juga mengungkapkan GP Ansor telah menyelesaikan pembangunan gedung berlantai empat. Lantai 4 dijadikan Perpustakaan KH Abdurrahman Wahid, lantai 3 untuk Ansor Bisnis Scool, lantai 2 Kantor GP Ansor, dan lantai dasar dibuat untuk umum, termasuk untuk komersial.
Menurut Nusron, Ansor dan NU ke depan harus terus bertransformasi dari organisasi tradisional menjadi semi modern tanpa kehilangan nilai-nilai yang dipegang selama ini. Dengan bertransformasi menjadi organisasi yang modern, maka umat NU dan Ansor yang jamaahnya cukup banyak akan lebih bisa menjadi kekuatan yang berperan besar dalam memberikan manfaat bagi kehidupan, khususnya masyarakat Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Nusron juga menyinggung soal bagaimana kondisi di Arab Saudi dan Yaman yang saat ini porak poranda akibat konflik. Nusron mengingatkan agar umat Islam Indonesia, khususnya NU dan Ansor untuk tidak terpancing pada upaya yang coba menarik-narik umat Islam Indonesia.
"Umat Islam Indonesia adalah Islam yang cinta damai. Tidak ada konflik di Arab dan Yaman itu dikaitkan dengan Sunni dan Syiah, itu murni konflik kekuasaan. GP Ansor tidak boleh, apalagi ditarik-tarik untuk mendukung perang. Apalagi kekerasan itu sama-sama orang Islam," tukasnya.
Menurut Nusron, apa yang terjadi di Arab Saudi di Yaman itu warning bahwa ketika umat islam di Indonesia tidak berpegang pada nilai-nilai perdamaian dan semangat Islam yang rahmatan lil 'alamin maka akan dengan mudah ditarik dalam kepentingan politik untuk kekuasaan.
Sementara itu, Shinta Nuriyah dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada GP Ansor khususnya Ketua Umum GP Ansor Nusron Wahid yang punya inisiatif menamakan masjid di GP Ansor dengan nama KH Abdurrahman Wahid. "Ini kebanggaan, karena itu kami ucapkan terima kasih," katanya.
Menurut Shinta, nama tokoh yang dipakai sebuah tempat, entah itu masjid atau perpustakaan, hal itu tidak bisa dilepas dengan sang tokoh dalam memberikan manfaat selama hidupnya. Demikian juga dengan nama Abdurrahman Wahid.
"Sekarang dijadikan nama masjid dan perpustakaan, sebelumnya juga sudah ada perpustakaan KH Abdurrahman Wahid di New York, Amerika Serikat. Semoga ini tidak hanya menjadi obor, tetapi juga energi untuk kemajuan ilmu pengetahuan," tukasnya.
Baca juga:
Pemerintahan Jokowi-JK dinilai tak akan lama, kayak Mega & Gus Dur
Ini 4 kritik presiden RI terhadap PBB, dari Soekarno sampai Jokowi
Putri Gus Dur dukung situs Islam penebar paham radikal diblokir
Gus Dur belajar cara berantas korupsi dari Lee Kuan Yew
Ini konflik yang membuat Gus Dur hapus jabatan Wakil Panglima TNI
-
Kenapa dr. Soebandi gugur? Mengutip situs Begandring, dokter tentara sekaligus wakil komandan Divisi Damarwulan ini gugur ditembak tentara Belanda dalam sebuah penyergapan di Desa Karang Kedawung, Jember pada 8 Februari 1949.
-
Kapan dokter Soebandi gugur? Mengutip situs Begandring, dokter tentara sekaligus wakil komandan Divisi Damarwulan ini gugur ditembak tentara Belanda dalam sebuah penyergapan di Desa Karang Kedawung, Jember pada 8 Februari 1949.
-
Siapa yang disebut Gus Dur sebagai wali? Di mata Gus Dur sendiri, Kiai Faqih adalah seorang wali. “Namun, kewalian beliau bukan lewat thariqat atau tasawuf, justru karena kedalaman ilmu fiqhnya,” kata Gus Dur
-
Apa yang dibahas Ganjar saat bertemu Anang Hermansyah? Salah satu bahasan yang disampaikan Ganjar adalah konsep hilirisasi industri digital sebagai langkah memajukan dunia kreatif Indonesia.
-
Mengapa Antartika disebut gurun? Meski dikenal dengan suhu rendahnya yang ekstrem, Antartika disebut sebagai gurun karena curah hujan atau saljunya yang sangat minim. Gurun merupakan area yang curah hujannya rendah. Salah satu standar yang umum digunakan adalah jika wilayah tersebut menerima kurang dari 25 cm (10 inci) hujan atau salju setiap tahunnya.
-
Bagaimana Gus Dur mengubah namanya? Nama asli beliau, Abdurrahman Ad-Dakhil, diberikan oleh ayahnya, KH. Wahid Hasyim, dengan harapan agar Gus Dur kelak memiliki keberanian seperti Abdurrahman Ad-Dakhil, pemimpin pertama dinasti Umayyah di Andalusia. Namun, nama Ad-Dakhil kemudian diganti dengan "Wahid," yang diambil dari nama ayahnya.