Menelusuri Toko Kosmetik Imam Masykur, Pemuda Aceh yang Diculik dan Dibunuh Paspampres
Imam Masykur korban penganiayaan Paspampres berdagang kosmetik di Tangerang Selatan
Imam adalah sosok yang ramah. Sehari-hari hanya diam di toko dan berdagang.
Menelusuri Toko Kosmetik Imam Masykur, Pemuda Aceh yang Diculik dan Dibunuh Paspampres
Kasus pemuda asal Aceh, Imam Masykur (25) diculik dan dianiaya hingga tewas oleh Paspampres dan tiga rekannya menyita perhatian publik.
Korban merupakan pemuda rantai yang sehari-hari bekerja menjaga toko kosmetik di Rempoa, Ciputat Timur, Tangerang Selatan.
- Hati-Hati, BPOM Temukan 16 Produk Kosmetik Palsu yang Tersebar di Jakarta, Bandung Hingga Makassar
- 3 Pengusaha Skincare Mengandung Merkuri di Makassar Ditetapkan Tersangka
- Pameran Produk Kosmetik dan Suplemen Digelar di Jakarta untuk Cetak Pengusaha Baru, Catat Tanggalnya
- Instagram Imam Masykur Pemuda Aceh yang Disiksa & Dibunuh Paspampres Praka RM & 2 TNI Banjir Komentar, Sedih Lihat Foto-fotonya
Toko tersebut tepatnya berada di sudut Jl. Sandratek, pertigaan dengan Jl. Jakarta - Bogor dan Jl. Ir. H. Juanda. Luas tokonya berkisar 3x5 meter persegi dengan rolling door berwarna cokelat yang digembok.
Tak ada tanda-tanda yang menunjukkan bangunan tersebut merupakan toko kosmetik.
Situasi di sekitar toko pun masih banyak yang berlalu lalang. Sebab, toko berada di lokasi yang ramai dan jalanan sekitar pun selalu macet.
Di dekatnya, berdiri warung kelontong yang tak sepi pengunjung. Lokasinya persis di sebelah kanan toko Imam bekerja. Tak hanya itu, banyak pemuda-pemuda warga sekitar yang nongkrong dan menjadi tukang parkir di sekitar lokasi.
Setibanya merdeka.com di lokasi, sebanyak enam orang pemuda duduk di toko tersebut, asik bergurau dan merokok. Tak ada garis polisi ataupun hal lain yang menunjukkan pernah adanya peristiwa penculikkan di situ.
Meski demikian, tak ada satu pun dari keenam orang tersebut yang berani bercerita detail terkait peristiwa ini.
"Kita mah enggak berani. Takut dicari TNI. Entar diculik juga lagi," katanya kepada merdeka.com, Selasa (29/8).
merdeka.com
Namun, salah satu dari mereka sempat mengaku mengetahui kronologi peristiwa penculikan ini tetapi tak berani berkomentar lebih jauh."Tahunya kronologinya doang. Dibawa pas mau magrib. Kalau dia enggak ngerampok, ngapain dia bawa obatnya, bawa duitnya, kosmetiknya, semua dibawa," ujar yang lain.
Toko ini pun, tambah orang ketiga, akhirnya ditutup dan digembok oleh sang bos dari paspampres itu.
"Bosnya. Ada bosnya," kata dia.
Tak lama, orang pertama kembali menyeletuk dan menegaskan bahwa Imam dirampok oleh Paspamres. Sayangnya, setelah itu orang kedua melarang dia berkomentar lebih lanjut.
"Emang dirampok sih. Dia jualan obat soalnya," kata orang pertama.
"Ssst! Sotoy (sok tahu) lu. Kosmetik. Jangan ngasal," timpal orang kedua.
"Lu tadi ngomong," jawab orang pertama lagi.
Lebih lanjut, mereka menyebut bahwa Imam adalah sosok yang ramah. Sehari-hari hanya diam di toko dan berdagang.
"Baik. Orang (kelahiran) 98 dia. Pake headset mulu dia kalau di sini mah," katanya.
"Dia orangnya ramah, baik, yang setahu kita ya. Biasa-biasa saja sih dia jualan," kata ibu penjual nasi uduk.
Terkait obat-obatan yang dijual Imam, sang ibu mengaku tak mengetahui hal itu.
"Dari kejadian masih ditutup. Sampai sekarang belum dibuka. Ada tisu, kecantikan lah. Ada semir rambut, sabun, gitu-gitu," ujarnya.
Ketua RT 002/06 Rempoa, Ciputat Timur Sarip Marjaya bercerita bahwa Imam baru tinggal di toko tersebut pada bulan Februari 2023.
Kala itu, Imam berkunjung ke rumah Jaya untuk meminta izin berdagang kosmetik. Pertemuan tersebut pun menjadi pertemuan pertama dan terakhir mereka.
"Dia izin mau buka kosmetik, menjual kosmetik. Ya silakan. Tapi kan sebelumnya dia berhubungan dulu dengan pemilik kios,"
kata Jaya kepada merdeka.com.
Jaya menambahkan, Imam merupakan pindahan dari Cireundeu. Di sana, Imam juga berdagang kosmetik.
"Katanya sih dia dari Cireundeu kalau enggak salah dah. Tapi Cireundeu sebelah mana, saya enggak tahu," ujar Jaya.
Kemudian, Jaya mengaku pernah mendapatkan aduan dari warga bahwa Imam menjual obat-obatan ilegal. Namun, dia tak ingin menghakimi karena tak ada bukti pasti dari aduan itu.
"Apa benar apa enggak saya kurang tahu itu. Ya obat-obatan. Yang saya bingung, obat apa. Itu cuman selentingan. Enggak ada bukti," ujar Jaya.
Terkait kejadian ini, Jaya mengaku kaget. Sebab, peristiwa penculikkan ini terjadi pada 12 Agustus tetapi baru menjadi perbincangan akhir-akhir ini.
"Ditangkapnya kan tanggal 12. Tanggal 12 sampai sini kan dua mingguan. Kaget karena karena viralnya sekarang," ucap Jaya.
"(Dari tanggal 12 pun) enggak ada satu pun (keluarga), nggak ada yang nanya (tentang Imam). Keluarga dia yang datang ke sini nggak ada, baik temannya maupun keluarganya, nggak nanya," sambungnya.
Saat ini pun ia heran tak ada garis polisi di sekitar toko kosmetik Imam. "Saya pikir juga gini, itu sudah ada di tangan polisi karena penangkapan. Yang kasih tahu (ke saya) belum tahu persis penculikan atau penangkapan. Kalau polisi yang tangkap kan dia koordiansi dulu sama RT, ini nggak ada sama sekali," katanya.