Menengok Keindahan Puncak Asmoro Banyuwangi
Puncak Asmoro berada di areal Perhutani KPH Banyuwangi Utara seluas 1 hektare. Untuk sampai ke sana, dengan ketinggian 640 Mdpl, jangan dibayangkan kita bakal mendaki dengan berjalan kaki sepanjang dan setinggi itu. Akses menuju Puncak Asmoro, 90 persen bisa ditembuh dengan kendaraan sepeda motor.
Ingin sejenak menikmati sejuknya udara dengan pemandangan yang memanjakan mata, bisa datang ke Wisata Puncak Asmoro di Lingkungan Lerek, Kelurahan Gombengsari, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi.
Pertama menginjakkan kaki di Puncak Asmoro di ketinggian 640 Meter di atas permukaan laut (Mdpl), pandangan mata langsung terpikat dengan keindahan hamparan bunga warna warni, landscape gunung dan laut.
-
Apa yang dibangun di Banyuwangi? Pabrik kereta api terbesar se-Asia Tenggara, PT Steadler INKA Indonesia (SII) di Banyuwangi mulai beroperasi.
-
Bagaimana cara Banyuwangi memanfaatkan insentif tersebut? “Sesuai arahan Bapak Wakil Presiden, kami pergunakan insentif ini secara optimal untuk memperkuat program dan strategi penghapusan kemiskinan di daerah. Kami juga akan intensifkan sinergi dan kolaborasi antara pemkab dan dunia usaha. Dana ini juga akan kami optimalkan untuk kegiatan yang manfaatnya langsung diterima oleh masyarakat,” kata Ipuk.
-
Kenapa Banyuwangi mendapatkan insentif lagi? Ini merupakan kali kedua mereka mendapatkan insentif karena dinilai sukses menekan laju inflasi serta mendongkrak kesejahteraan masyarakat.
-
Apa yang diserahkan oleh Presiden Jokowi di Banyuwangi? Total sertifikat tanah yang diserahkan mencapai 10.323 sertipikat dengan jumlah penerima sebanyak 8.633 kepala keluarga (KK).
-
Dimana insentif diserahkan kepada Banyuwangi? Insentif tersebut diserahkan langsung Menteri Keuangan, Sri Mulyani, kepada Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, di Jakarta, Senin (6/11).
-
Kenapa Banyuwangi meraih penghargaan tersebut? "Alhamdulillah, hari ini di Istana Negara, kami menerima penghargaan yang diserahkan langsung oleh Presiden Joko Widodo. Ini tentu mendorong semua elemen di Banyuwangi untuk terus kompak melakukan pengendalian inflasi secara lebih baik lagi, agar daya beli masyarakat selalu terjaga," ujar Ipuk.
Sampai di Puncak Asmoro, pengunjung dijamin bisa mengusir rasa penat di sela aktivitas sehari hari. Terdapat banyak tempat duduk di antara rimbun bunga, berupa gazebo, potongan kayu yang tertata dan panggung bambu.
"Ini tempatnya tidak hanya indah, tapi cantik, cantik sekali," kata Hariyono Ha'o salah satu pengunjung Puncak Asmoro, pekan lalu, Minggu (10/3).
Jarak Puncak Asmoro dengan Rumah Hariyono hanya sekitar 3 kilometer, namun dia mengaku hampir tiap pekan sering menyempatkan diri untuk datang, menikmati indahnya Puncak Asmoro.
"Kalau lagi jenuh, datang ke sini benar-benar bisa refresh. Ini memang sulit diceritakan, harus dirasakan sendiri," katanya.
Puncak Asmoro berada di areal Perhutani KPH Banyuwangi Utara seluas 1 hektare. Untuk sampai ke sana, dengan ketinggian 640 Mdpl, jangan dibayangkan kita bakal mendaki dengan berjalan kaki sepanjang dan setinggi itu. Akses menuju Puncak Asmoro, 90 persen bisa ditembuh dengan kendaraan sepeda motor.
Sisanya, pengunjung cukup memarkir kendaraan di rimbun pohon pinus, kemudian jalan kaki dengan lorong antara pepohonan jagung dan tanaman pertanian warga lainnya. Naik ke atas, tanpa terasa hanya sekitar lima menit, dengan jalan normal sudah sampai di Puncak Asmoro.
Sementara itu, kata Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Kemuning Asri, Sugiyarno menjelaskan, nama Puncak Asmoro memiliki kisah kearifan lokal. Sekitar tahun 1950 terdapat sepasang kekasih yang sedang memadu asmara di puncak bukit -yang sekarang bernama Puncak Asmoro.
Namun sayangnya, cinta sepasang kekasih tersebut kandas karena tidak mengantongi restu dari orang tua hingga akhirnya berpisah.
"Orang tuanya marah besar dan tidak merestui hingga membuat ribut orang se kelurahan. Akhirnya bukit ini dikenang dengan sebutan Puncak Asmoro," kata Sugoyarno.
Dia melanjutkan, mulanya bukit Puncak Asmoro dikelola menjadi areal pertanian tumpangsari, sama seperti kawasan sekitarnya. Namun selama dua tahun terakhir, LMDH Kemung Asri dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) mengelolanya menjadi destinasi wisata.
"Ini hasil kerja bakti bersama masyarakat sekitar juga, dan alhamdulillah pendapatan dari wisata hasilnya lumayan," terangnya.
Kisah asmara yang kandas di Puncak Asmoro memang hanya cerita. Lokasi yang sekarang ditata dengan cantik, dijaga bersama agar tidak dijadikan tempat maksiat.
(mdk/hhw)