Mengandung Bakteri Berbahaya, Enam Ton Bibit Jagung Impor Asal India Dimusnahkan
Bakteri golongan tersebut berbahaya karena mampu merusak lahan pertanian lain jika nantinya tersebar ke pertanian dalam negeri.
Sebanyak enam ton bibit jagung impor asal India dimusnahkan, Sabtu (30/3). Pemusnahan ini dilakukan dengan cara dibakar di ruang mesin incenerator Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Bandara Internasional Soekarno Hatta. Bibit jagung impor itu dimusnahkan lantaran mengandung bakteri berbahaya.
Kepala Badan Karantina Pertanian RI, Ali Jamil Harahap, mengungkapkan, enam ton bibit jagung impor tersebut terbukti mengandung Pseudomonas syringae pv syringae yang masuk dalam golongan bakteri A1.
-
Di mana cecak diburu untuk ekspor? Mereka bisa ditangkap untuk dijadikan hewan peliharaan atau konsumsi, kata Dr Satyawan Pudyatmoko, direktur jenderal konservasi sumber daya alam dan ekosistem di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
-
Kapan Hari Berang-Berang Internasional diperingati? Tidak lain adalah Hari Berang-Berang Internasional setiap 7 April. Tepat pada hari ini, menarik untuk dibahas lebih lanjut sejarah dan peran pentingnya.
-
Kapan Emping Beras biasanya disajikan? Adanya tradisi tahunan yang digelar oleh Orang Darat, Emping Beras ini menjadi sajian utamanya saat merayakan Maras Taun. Bahkan, Emping Beras hanya bisa dijumpai saat momen tradisi Maras Taun berlangsung.
-
Kapan Hari Buruh Internasional diperingati? Hari Buruh Internasional rutin diperingati setiap 1 Mei sebagai bentuk solidaritas atas perjuangan kaum buruh.
-
Kapan Perang Cumbok berakhir? Konflik yang berlangsung sampai pertengahan Januari 1946 ini dimenangkan oleh kelompok PUSA yang didukung langsung oleh milisi rakyat dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
-
Ke mana tembakau dari Jember diekspor? Tembakau-tembakau dari Jember serta beberapa daerah lain di Hindia Belanda diekspor ke luar negeri.
"Bakteri itu masuk golongan A1 atau tidak bisa ditanggulangi di Indonesia jika sudah terlanjur tersebar," ucap dia, di Kantor BBKP Bandara Internasional Soekarno Hatta, Sabtu (30/3).
Ali Jamil menjelaskan, bibit jagung impor tersebut sebetulnya telah memenuhi seluruh syarat administrasi. Namun ketika diperiksa lebih jauh melalui pemeriksaan laboratorium, enam ton bibit jagung yang diimpor oleh PT Metahelix Life Sciences Ltd tersebut, ternyata mengandung bakteri golongan A1, atau tidak lolos hasil pemeriksaan laboratorium.
"Setelah dilakukan analisis laboratorium, ternyata benih asal dari india itu mengandung organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) A1. Oleh karenanya tidak dapat disebarkan ke petani," kata Ali Jamil.
Bakteri golongan tersebut berbahaya karena mampu merusak lahan pertanian lain jika nantinya tersebar ke pertanian dalam negeri.
"Kalau itu lolos di pertanaman jagung kita dampaknya sangat besar. Jagung-jagung kita akan terkena penyakit. Lebih fatal lagi lahan-lahan pertanian kita dapat terjangkit bakteri itu," kata dia.
Dalam pemusnahan tersebut, hadir pula Dirjen Tanaman Pangan Gatot Irianto, Inspektorat Jendral Kementerian Pertanian Justan Ridwan Siahaan, serta perwakilan importir dari PT Metahelix Life Sciences Ltd, dan jajaran Kementerian Pertanian dan Dinas Pertanian Provinsi Banten.
Dikonfirmasi, Riro Sutanto perwakilan importir PT Metahelix Life Sciences Ltd, mengaku baru kali ini, mendapati bibit tanam jagung impor asal India, yang mengandung bakteri berbahaya.
"Kita bukan kali ini saja coba memasukan bibit ke Indonesia, ini sudah keempat kalinya, tapi baru ini yang begini. Makanya, ke depan kami akan terus evaluasi," ucapnya.
Perusahaannya, mengaku juga tidak mempermasalahkan pemusnahan, 6 ton bibit jagung yang diimpor tersebut.
"Daripada menghancurkan pertanian dalam negeri, lebih baik dimusnahkan semua," ucap dia.
Baca juga:
Presiden Jokowi: Perlu Ekspor untuk Jaga Harga Jagung Saat Musim Panen
Politisi Golkar Puji Kementan Berhasil Tingkatkan Produksi Jagung
Pengusaha Makanan Ternak Benarkan Harga Jagung Masih Tinggi
Harga Jagung Disebut Sudah Turun, Tapi Masih Mahal
Kemendag Diminta Segera Revisi Aturan Acuan Harga Jagung
Indonesia Diramal Bakal Butuh Impor Jagung Hingga 2030