Museum Aceh simpan 1600 naskah kuno bertuliskan bahasa Arab dan Jawi
Manuskrip kuno menjadi incaran semua pihak, baik untuk dijadikan koleksi maupun untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Museum Aceh memiliki naskah kuno yang disimpan dengan baik sebanyak 1600 buah. Manuskrip kuno tersebut beraksara arab dan jawi yang dituliskan oleh para ulama tersohor pada abad 17 lalu.
Manuskrip kuno menjadi incaran semua pihak, baik untuk dijadikan koleksi maupun untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Terutama manuskrip kuno yang dituliskan ulama terkenal seperti Hamzah Fansuri, Syech Abdurrauf dan juga Syech Nuruddin Ar-Raniry.
Kasi Koleksi dan Bimbingan Edukasi Museum Aceh, Edeh Warningsih mengatakan, manuskrip yang menjadi koleksi Museum Aceh umumnya bercerita tentang hikayat seperti Malimdiwa. Ada juga berisi tentang ilmu keagamaan seperti fiqh, tauhid dan tasawuf. Semuanya dituliskan dalam bahasa Melayu dan arab.
"Semua manuskrip ditulis dengan tulisan arab. Namun ada yang berbahasa Arab, bahasa Aceh, dan bahasa Melayu," sebut Kasi Koleksi dan Bimbingan Edukasi Museum Aceh, Edeh Warningsih, Senin (20/4) di Banda Aceh.
Menurut Edeh, tidak semua orang mampu membaca naskah kuno tersebut. Selain dituliskan dalam bahasa Arab tanpa baris, arab jawi hingga dituliskan dalam bahasa Aceh asli, hingga agak sulit untuk dibaca.
"Oleh karena itu kami tidak memberikan naskah untuk sembarang orang, seperti peneliti atau mahasiswa jika dia dari jurusan sastra Arab dan bisa membaca naskah, kami berikan," katanya.
Namun tidak semua naskah yang tersimpan di Museum Aceh utuh. Seperti kitab Bustanussalatin karya Syech Nurruddin Arraniry yang sudah sulit untuk dibaca lagi, dan ada sebagian yang sudah hilang dan tidak lagi berada di Aceh.
Dia mengatakan, tidak lengkapnya masnuskrip yang bercerita tentang kerajaan Aceh Darussalam ini, dikarenakan banyak naskah yang sudah berpindah tangan dan ada yang sudah disimpan di museum Belanda.
"Kitab Bustanussalatin kita cuma punya satu pasal saja, yaitu pasal 13. Lain tidak ada," ungkapnya.
Manuskrip lain yang khusus tentang pelaksanaan hukum adalah Saminatul Hukam. Manuskrip ini mengungkapkan baik hukum dan hukum adat tertulis dalam naskah kuno ini.
Manuskrip lain yang juga tidak mempunyai judul, Edeh mengkategorikan teks kuno dalam sebuah kumpulan teks yang didalamnya berisi ilmu tauhid, adat-adat Aceh, serta hukum.
"Untuk menandakan ada kumpulan teks, kami melihat jika dalam satu naskah tersebut terdapat dua cerita atau lebih," ujarnya.
Sampai saat ini, Edeh mengatakan pihaknya belum membuat pengadaan untuk menambah koleksi naskah kuno untuk disimpan di museum Aceh. Selain terkendala dana, Edeh mengatakan pengadaan koleksi baru tersebut akan dilakukan jika masih ada naskah yang dirasa perlu dan belum terdaftar dalam koleksi museum.
Baca juga:
Menelusuri seramnya kamp kematian Nazi di Prancis
Aktivis Banyumas tolak pembongkaran pabrik gula bersejarah
Menengok ratusan manuskrip kuno Aceh koleksi Tarmizi A Hamid
Tarmizi A Hamid penjaga manuskrip kuno Aceh
Menjaga eksistensi di tanah Cornelis
Jejak taipan di Kota Cyber
-
Apa saja tempat wisata di Banda Aceh yang terkenal dengan sejarahnya? Banda Aceh menyimpan khazanah budaya, monumen, tempat-tempat bersejarah, dan makam raja-raja seperti makan Sultan Iskandar Muda dan makam Syekh Abdurrauf Syiah Kuala.
-
Siapa Abu Bakar Aceh? Abu Bakar Aceh, seorang tokoh intelektual tersohor asal Aceh yang telah melahirkan banyak karya di bidang keagamaan, filsafat, dan kebudayaan.
-
Bagaimana ciri khas bangunan Gedung Bank Indonesia di Aceh? Ciri khas bangunan ini yaitu terdapat 3 bagian gedung, bangunan induk berada di tengah lalu diapit oleh dua bangunan di sebelah kiri dan kanannya.
-
Apa itu Situs Bukit Kerang di Aceh Tamiang? Situs Bukit Kerang yang berada di Desa Mesjid, Kecamatan Bendahara, Kabupaten Aceh Tamiang ini adalah salah satu jejak peninggalan manusia purba yang hidup sekitar ribuan tahun silam.(Foto: Google Maps) Situs ini memiliki luas 25 meter dengan gundukan bukitnya setinggi 4,5 meter yang terdiri dari kulit kerang. Untuk luas lahannya sebesar 36 x 31 meter persegi.
-
Bagaimana sejarah Museum di Puro Mangkunegaran? Museum ini terletak tak jauh dari Balai Kota Solo, berdasarkan sejarahnya, museum ini sudah dibangun sejak tahun 1867 dan dulunya digunakan sebagai kantor untuk De Javasche Bank Agentschap Soerakarta.
-
Dimana lokasi Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh? Terletak di pusat kota Provinsi Aceh, masjid ini tak hanya tempat ibadah, masjid ini juga saksi perlawanan rakyat Aceh atas penjajahan dan masa-masa era kejayaan kesultanan Aceh.