Segini Biaya Daycare di Depok yang Lakukan Penganiayaan Anak
Orang tua korban mengaku mengeluarkan Rp1,5 juta per bulan untuk menitipkan anak di Daycare Wensen School Indonesia.
Biaya menitipkan anak di tempat penitipan anak atau daycare tidaklah murah. Orang tua harus mengeluarkan kocek dengan harga lumayan tiap bulan. Biaya itu diluar biaya tahunan atau pertama kali masuk.
Arif, orang tua korban penganiayaan di daycare Wensen School Indonesia menuturkan dia dan istrinya mengeluarkan biaya Rp 1,5 juta per bulan.
- 2 Balita jadi Korban Kekerasan di Daycare Wensen School Milik Meita Irianty, Ini Reaksi Wali Kota Depok
- Kasus Daycare di Depok, Bayar Jutaan Rupiah Tak Jamin Anak Aman Ditinggal Orangtua
- Berkaca Insiden Daycare di Depok, KPAI Buka Ruang Pelaporan Kasus Kekerasan terhadap Anak
- Selain Balita, Bayi 7 Bulan jadi Korban Penganiayaan Daycare di Depok
“Sekitar Rp1,5 juta ya saya lupa pastinya berapa. Itu kita bulanan ,kalau pertahunnya ada sekitar sejutaan, tapi saya lupa,” katanya, Sabtu (3/8).
Dia dan istrinya tertarik menitipkan anak di daycare WSI karena program yang dimiliki dianggap bagus. Dalam unggahan di sosial, WSI menerapkan metode Montessori dimana proses belajar disesuaikan dengan tumbuh kembang anak.
“Kalau kita selalu dapat update dari video instagram mereka jadi setiap hari ada video kegiatan mereka, jadi oh ada kegiatan jadi kita tenang. Dan kalau kita ngobrol sama mereka, mereka pakai kurikulum Montessori untuk pertumbuhan kembang anak sesuai dengan usianya. Jadi dia belajar sensorik, motorik dan lain sebagainya,” ujarnya.
Arif pun mengaku kaget dan tidak percaya ketika mendapat kiriman video yang berisi tindakan kekerasan terhadap anaknya. Dia pun sudah tidak percaya dengan WSI.
“Jujur kalau untuk yang diberikan saya jadi agak sanksi sekarang karena mengingat video yang beredar,” ungkapnya.
Video tersebut didapat dari whatsapp. Selama menitipkan anak di WSI, dia tidak pernah sekalipun bisa melihat rekaman CCTV.
“Tidak, nggak dikasih,” akunya.
Kini mereka menuntut pengembalian uang SPP. Pasalnya banyak dari orang tua yang baru menyekolahkan dan menitipkan anak di daycare belum genap sebulan.
Informasi yang didapat dari sejumlah orang tua menyebut, untuk uang masuk dikenakan biaya Rp3 juta untuk PAUD. Dan uang SPP dikenakan Rp300 ribu. Namun pembelajaran berjalan kurang dari sebulan.
Usai mencuatnya kasus kekerasan yang terjadi di daycare WSI, lembaga pendidikan tersebut tutup tanpa pemberitahuan. Pihak sekolah tidak memberikan penjelasan apapun pada orang tua.
Terlebih saat ini sekolah sudah dipasang garis polisi. Sehingga tidak diperbolehkan adanya kegiatan apapun di sekolah tersebut.
“Karena sekolahnya tutup, orang tua yang lain itu berharap uang SPP-nya dikembalikan,” kata Arif.
Para orang tua mengaku merasa dirugikan dengan tidak adanya pertanggungjawaban dari sekolah. Padahal mereka sudah membayar uang kegiatan dan SPP.
“Karena mereka baru 1 bulan terus tiba-tiba sekolahnya tutup, mereka merasa dirugikan, jadi pendidikan anak-anaknya tuh tidak tersalurkan dengan seharusnya,” ujarnya.
Ditanya adakah orang tua yang akan membawa kasus ini ke tuntutan perdata, Arif mengaku tidak tahu. Saat ini dia fokus untuk menyelesaikan kasus penganiayaan yang menimpa anaknya.
“Itu saya belum tahu, belum bisa jawab,” ungkapnya.
Penganiayaan terhadap anaknya terjadi pada bulan Juni 2024. Saat itu anaknya baru berusia 7 bulan. Arif menitipkan AMW di daycare WSI sejak April 2024.
“Akhir april ke Juli itu 3 sampai 4 bulan, sekitar segitu,” katanya.
Yang menjadi korban penganiayaan di daycare bukan hanya anaknya. Ada satu korban lagi yang juga mendapat tindakan kekerasan dari Tata selaku pemilik daycare.
“Kan ada pelapor satu kan, nah saya yang kedua. Itu kan videonya beredar, viral. Ya saya kaget, jujur saja. Karena itu anak saya, ya saya pengin bela, makanya saya laporkan,” tegasnya.
Sebagai orang tua, dia tidak terima anaknya diperlakukan seperti itu. Dia pun menuntut agar Tata mendapat hukuman yang setimpal. Dia juga ingin agar anaknya pulih kembali karena masa depan anaknya masih sangat panjang.
“Ya utama satu ingin dia dapat hukuman sepantasnya yang sepantasnya ya. Kedua, saya pengen pemulihan untuk anak saya gitu, anak saya masih tumbuh kembang, saya nggak tahu kedepanny dia kayak apa. Saya sih berharapnya dia baik-baik aja nggak ada masalah dalam tumbuh kembang dalam kehidupan berikutnya,” harapnya.
Arif juga meminta agar kasus ini diusut tuntas. Dia menegaskan jangan ada pihak yang berusaha menghalangi pemeriksaan mengingat Tata disebut-sebut sebagai kerabat salah satu pejabat.
“Harapannya sih kasus ini berjalan dengan lancar, tidak ada intervensi dari pihak lain dan semuanya mendapatkan keadilan seperti yang seharusnya,” pungkasnya.