Situs Goa Tapak Tangan, Jejak Manusia Purba di Kabupaten Kutai Timur
Kabupaten Kutai Timur memang memiliki segalanya. Tak hanya bentang alam yang indah, namun juga bukti arkeologi yang mengungkap fakta tentang manusia purba.
Bupati Kutai Timur Ardiansyah Sulaiman menyebut jejak manusia purba di kawasan karst merupakan sebuah keunikan.
- 5 Hewan Raksasa yang Pernah Hidup Berdampingan dengan Manusia di Zaman Purba
- 10 Fakta Situs Manusia Purba Sangiran, Sumber Ilmu Arkeologi Terpenting Kepunyaan Indonesia
- Temuan Langka Tulang Rahang Singa Berusia 4.000 Tahun Ini Ada Kaitannya dengan Dongeng Masa Lalu, Begini Kisahnya
- Tangan Perunggu Ditemukan di Benteng Romawi Kuno, Ternyata Fungsinya Tak Terduga
Situs Goa Tapak Tangan, Jejak Manusia Purba di Kabupaten Kutai Timur
Pada September 2022 silam, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyajikan fakta menarik dalam riset di kawasan Karst Sangkulirang di Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Kolaborasi Tim Peneliti Arkeometri BRIN dengan Griffith University menghasilkan sebuah penemuan yang istimewa.
Dikutip dari laman BRIN, saat penelitian awal 2020, para peneliti menemukan enam situs liang (gua) baru. Lalu kemudian para peneliti berfokus pada Liang Tebo.
Setelah dicek, akhirnya peneliti melakukan perekaman kembali di Liang Tebo. Gua Tebo Atas berada di Desa Tepian Langsat, Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur.
Ceruk Tebo Atas berada pada barisan gugusan bukit karst Batu Gergaji. Arti dari nama Tebo sendiri adalah lubang air, dan memang daerah tersebut merupakan tempat munculnya sungai marang yang sebelumnya masuk ke dalam perbukitan karst dan keluar di daerah Tebo tersebut.
Perbukitan karst yang menjadi induk dari Ceruk Tebo Atas adalah Batu Gergaji
Nama gergaji diambil karena bentang bukit batu tersebut jika dilihat dari kejauhan menyerupai gigi-gigi gergaji yang memanjang dan menjulang.
Arkeolog dari Griffith University, Tim Maloney menjelaskan temuannya bersama peneliti BRIN mengenai operasi amputasi anggota tubuh 31.000 tahun yang lalu di Kalimantan. Mereka menemukan sisa-sisa kerangka individu yang tubuhnya lebih rendah kaki kirinya sehingga bisa disimpulkan bahwa itu adalah amputasi melalui pembedahan saat masih anak-anak, 31.000 tahun yang lalu.
Ajaibnya, individu tersebut bertahan hidup hingga dewasa sebagai orang yang diamputasi. Bukti prasejarah mengenai operasi amputasi ini diterbitkan di jurnal Nature. Hal ini menakjubkan, karena menunjukkan keahlian medis tingkat lanjut yang dikembangkan oleh pemburu manusia purba di hutan hujan tropis.
"Riset ini berhasil untuk memperluas referensi di bidang kesehatan, etnobotani, dan sebagainya. Dari hasil riset ini mungkin dapat membangun riset-riset lain terkait kesehatan, metode pengobatan, riset ini sangat menginspirasi," kata Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra (OR Arbastra) BRIN, Herry Jogaswara.
Bupati Kutai Timur Ardiansyah Sulaiman menyebut jejak manusia purba di kawasan karst merupakan sebuah keunikan. Hal itu yang melandasinya Pemerintah Kabupaten Kutai Timur memberikan julukan magic land.
"Kutai Timur adalah magic land," kata Ardiansyah.
Kabupaten Kutai Timur memang memiliki segalanya. Tak hanya bentang alam yang indah, namun juga bukti arkeologi yang mengungkap fakta tentang manusia purba.
"Sejak dilantik, saya sudah memproklamirkan Kutai Timur itu Magic Land. Daerah kita ini istimewa, Karena semua wilayah kita mulai lautan, dasar laut, pantai dan daratan itu memiliki potensi yang tidak bisa nganggur. Memiliki nilai manfaat luar biasa," paparnya.
Temuan arkeolog tersebut semakin meneguhkan jika Kabupaten Kutai Timur istimewa. Saat ini kawasan karst yang dimiliki kabupaten ini sudah diusulkan menjadi taman bumi.
Kawasan Karst Sangkulirang membentang hingga ke Kabupaten Berau dan menyatu dengan Karst Mangkalihat. Gugusan karst ini dikelilingi oleh dinding-dinding terjal, gua bawah tanah dengan ukiran alam serta perbukitan hijau. Kelompok karst berukuran raksasa ini merupakan tandon air raksasa bawah tanah yang menyuplai air bersih di Kabupaten Kutai Timur.
Luas bentangan karst Sangkuliran - Mangkalihat sejumlah 362.706,11 ha, terbagi dalam dua wilayah administratif yaitu Kabupaten Kutai Timur 171.925,57 ha dan Kabupaten Berau 190.780,54 ha. Pemerintah juga menetapkan area lindung seluas 550.000 hektar, kawasan ini bernilai ekonomi, budaya, sosial, dan ilmiah.
"Sekarang yang sedang kita tunggu ini Karst Sangkulirang-Mangkalihat yang memang menjadi salah satu dari tiga yang dimiliki oleh dunia, kita sedang menunggu ini menjadi geopark yang secara nasional itu dalam proses untuk penetapannya," kata Ardiansyah.
Proses penetapan taman bumi memang tak mudah mengingat kawasan tersebut juga berada di kabupaten lain. Sehingga proses pengajuannya menjadi kewenangan Pemprov Kaltim.
"Seandainya itu posisinya hanya di Kutai Timur mungkin mudah. Tapi karena ini posisinya Sangkulirang dan Mangkalihat, ada hubungan dengan Kabupaten Berau, maka provinsi yang punya pekerjaan untuk untuk penyelesaiannya," paparnya.