Tak Punya Ongkos, Belasan Warga Banten Korban Kerusuhan Wamena Minta Dipulangkan
Mereka masih trauma setelah kerusuhan yang menewaskan puluhan orang di daerah tersebut.
Belasan perantau asal Banten di Papua meminta dipulangkan setelah kerusuhan yang terjadi di beberapa titik bumi cendrawasih. Perantau asal Banten ini tersebar di beberapa wilayah seperti Sentani dan Waena, Jayapura, Papua.
Salah satu perantau itu adalah Nur Hasanudin (28), warga Kota Serang. Nur Hasanudin tinggal di sebuah kontrakan dekat masjid daerah Sentani, Jayapura.
-
Kapan Luweng Wareng terbentuk? Gua ini terbentuk ribuan tahun lalu akibat proses geologi amblasnya tanah dan vegetasi yang ada di atasnya ke dasar bumi.
-
Kapan Waduk Kembangan buka? Jam operasional Waduk Kembangan adalah setiap hari, mulai pukul 07.00 hingga 19.30 WIB.
-
Kapan Jalan Tol Semarang-Batang diresmikan? Pada 20 Desember 2018, Jalan Tol Semarang-Batang telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo di Jembatan Kalikuto bersama dengan ruas tol Pemalang-Batang dan Salatiga-Kartasura.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Kapan Wulansari membuka Griya Shanum? Pada tahun 2017, Wulansari memantapkan diri membuka gerai Griya Shanum Pusat Oleh-oleh Salak Kampung Wedi Bojonegoro.
-
Apa kesulitan yang dialami ibu Persit di Wamena? Kesulitan Menyalakan Kompor Ibu Persit yang tidak diketahui namanya itu sempat kesulitan menyalakan kompor minyak tanah yang sedikit rumit dibandingkan dengan kompor gas. Beberapa kali api yang sudah dinyalakan harus mati, sehingga ia harus menyalakan api berkali-kali.
Dia bercerita, belasan warga Banten yang mayoritas penjual remot dan tukang bubur tidak berani berjualan. Mereka masih trauma setelah kerusuhan yang menewaskan puluhan orang di daerah tersebut.
"Yang sudah didata ada 13 orang, masih banyak belum didata karena terpisah," kata Nur Hasanudin saat dikonfirmasi, Selasa (1/10).
Berjualan Bubur
Nur sehari-hari berjualan bubur. Dia sudah menetap selama 7 tahun di Papua.
Dia berharap pemerintah Provinsi Banten memfasilitasi kepulangan warganya dari Papua. Sebab, mereka tidak memiliki biaya dan ongkos pesawat.
"Saya dan teman-teman sudah was-was karena setiap lagi jualan rusuh lagi. Mau pulang enggak ada biaya mau naik pesawat tiket mahal. Usaha lagi gini," kata dia.
(mdk/gil)