Terungkap, Ini Aktivitas Satu Keluarga Sebelum Lompat dari Apartemen di Penjaringan Jakut
Sejumlah aktivitas sempat dilakukan sebelum keluarga itu ditemukan tewas pada Sabtu (9/3) sore.
Sejumlah aktivitas sempat dilakukan sebelum keluarga itu ditemukan tewas pada Sabtu (9/3) sore.
- Tangkap Pemutilasi Mayat Tanpa Kepala di Muara Baru, Pelaku Tukang Jagal Kambing Potong Korban Pakai Pisau
- Ini Aktivitas Terakhir Bos Akseseoris Bareng Keluarga Sebelum Dibunuh Istri, Anak & Pacar Anaknya
- Jadi Tersangka, Pelaku Pembacokan dan Korban di Kampung Bahari Ternyata Masih Punya Hubungan Keluarga
- Kasus Sekeluarga Bunuh Diri Lompat dari Apartemen Penjaringan Ditarik ke Polres Jakut
Terungkap, Ini Aktivitas Satu Keluarga Sebelum Lompat dari Apartemen di Penjaringan Jakut
Rekam jejak aktivitas satu keluarga lompat dari lantai 22 apartemen Teluk Intan Tower Topaz, Penjaringan, Jakarta Utara terungkap.
Sejumlah aktivitas sempat dilakukan sebelum keluarga itu ditemukan tewas pada Sabtu (9/3) sore.
Aktivitas Awal
Kasat Reskrim Jakut AKBP Hady Siagian menjelaskan, aktivitas pertama satu keluarga ayah EA (50), ibunya berinisial AIL dan dua anak laki-laki berinisial JWA (13) dan perempuan berinisial JL (16) yakni bepergian memakai taksi online.
"Itu ke sini (apartemen-red) ya ke sini gituloh. Arah tujuan biasa. Patokan maps," kata Hady kepada awak media dikutip Selasa (19/3).
Naik Taksi Online
Polisi menyebut berdasarkan keterangan sopir taksi online tersebut bahkan mengaku selama mengantar satu keluarga itu tidak ditemukan gelagat aneh ingin bunuh diri.
Kesaksian Sopir Taksi Online
"Maksudnya enggak ada bahasa yang menunjukkan dia kalau mau bunuh diri gitu. Bahasanya cuma antar saya ke sini, antar saya ke apartemen ini," ujar Hady.
Sempat Makan
Selama perjalanan itu, EA, AIL, JWA, dan JL pun sempat makan terlebih dahulu di rumah makan. Mereka makan sebelum datang ke apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara yang dihuninya.
"Ya sebelum ke apartemen itu kan dia sempat makan dulu," kata Hady.
Berdoa di Klenteng
Setelah sampai apartemen, sang istri AIL sempat dilihat penjaga apartemen berdoa di klenteng. Sementara suami EA, dan dua anaknya JWA dan JL nampak menunggu di tangga, sebelum ditemukan tewas di parkiran apartemen.
"Nah karena di atas ada klenteng, pintu atas tuh enggak ditutup, enggak dikunci. Karena bebas, siapapun yang mau beribadah di sana silakan gitu. Enggak yang menunggu klenteng itu kan namanya si Akong ya. Dia hanya tugasnya menyalakan lilin, membersihkan gitu," ujar Hady.
Kesaksian Warga
"Dia tidak melihat sampai (lompat), karena ada 2 bagian. Sebelah kiri klenteng sebelah kanan taman. Nah posisi korban loncat itu di daerah taman sana, bukan di klentengnya," ujar Hady.
Kesaksian Penjaga Klenteng
Senada dengan hasil pemeriksaan terhadap penjaga klenteng yang merasa tidak ada hal aneh dari gelagat keluarga tersebut. Mereka nampak seperti melakukan aktivitas yang wajar dan tidak mencurigakan.
"Sebelum ke kanan istrinya berdoa dulu sembahyang. Nah terus bapak anaknya tunggu di kursi. Oh (Akong) melihat, sembahyang dilihat. Cuma enggak nyangka dia kalau selesai ibadah bakal loncat," kata Hady.
Namun demikian, aktivitas dari keluarga itu setelah berdoa tidak ada yang mengetahui. Termasuk CCTV yang ada pun ternyata rusak, sehingga tidak merekam detik-detik sebelum mereka lompat.
"Sebenarnya CCTV ada, cuma sudah rusak, sudah lama rusak. Tapi itu di bagain dalam klentengnya aja," ujar Hady.
Dalam kasus ini Polres Metro Jakarta Timur masih berupaya menyelidiki kasus dengan membongkar motif dari satu keluarga itu memutuskan melakukan bunuh diri.
Salah satunya dengan menunggu hasil DNA dari satu keluarga oleh petugas lewat tali yang dipakai mengikat tangan satu keluarga ini sebelum melompat.
"DNA yang ada di tali ya, yang ditemukan di TKP (tempat kejadian perkara). Satu melekat pada korban dan satu masih satunya terlepas dari korban. Itu yang kami lakukan pemeriksa intinya itu," ucap Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan, Senin (18/3).
Sebab, sejauh ini diketahui hanya ada empat korban yakni pria EA (50), perempuan berinisial AIL dan dua anak remaja laki-laki berinisial JWA (13) dan remaja wanita berinisial JL (16) yang merupakan satu keluarga.
"Penggunaan tali menjadi kunci penyidikan. Siapa saja DNA yang ada di tali tersebut," kata Gidion.