NU dan Muhammadiyah Berharap Pemilu Berjalan Kondusif: Apapun Hasilnya Kita Terima
NU dan Muhammadiyah berharap rakyat bisa menerima apapun hasilnya
NU dan Muhammadiyah berharap pemilu 2024 berlangsung secara jujur, adil, transparan
- Muhammadiyah Beberkan Sederet Alasan Akhirnya Terima Izin Kelola Tambang
- Muhammadiyah Gelar Konsolidasi Bahas 'Jatah' Konsesi Tambang, Warga Demo Ingatkan soal Kewarasan
- Cara Menyucikan Najis Mukhafafah adalah Memercikan Air, Berikut Penjelasannya
- Muhammadiyah Umumkan 1 Ramadhan 2024 Pada 11 Maret dan Idulfitri 10 April 2024
NU dan Muhammadiyah Berharap Pemilu Berjalan Kondusif: Apapun Hasilnya Kita Terima
Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah berharap pemilu 2024 berlangsung secara jujur, adil, transparan dan terbuka sebagaimana asas-asas Pemilu yang sudah disepakati bersama.
"Harapan kita semoga ini terus tetap lancar. Kita jalan terus ke depan ini sampai nanti hari pemilihan, setelah itu apapun hasilnya harus kita terima dengan baik," kata Sekretaris Jenderal PBNU H Saifullah Yusuf kepada wartawan di Jakarta, Jumat (9/2/2024).
Gus Ipul, sapaan akrabnya mengatakan, tak dapat dipungkiri bahwasanya suhu politik memanas selama proses pilpres ini berjalan. Namun, kata dia semua pihak bisa menempatkan diri dengan baik dan memaklumi sebagai bagian dari dinamika politik.
"Semuanya bisa meletakkan ini dalam suatu hal yang dimaklumi dan dipahami sebagai bagian dari, sebagaimana kita kampanye," ujar Gus Ipul.
Sementara itu, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti menambahkan, setiap tahapan berhasil dilalui dengan suasana gembira, guyub. Harapannya pun terus terbangun sampai pemungutan suara pada 14 Februari 2024.
"Dan pada saat itu saya kira semua pihak harus harus menerima apapun hasil pemilu itu sebagai pilihan rakyat dan sebagai wujud kedaulatan rakyat untuk Indonesia masa depan," ujar dia.
Abdul Muti berharap persatuan tetap terjaga, yang menang tidak boleh angkuh begitupun yang kalah harus bisa menerima. Lebih baik lagi, jika pemenang merangkul yang kalah.
"Yang menang ya jangan jumowo, yang kalah harus legowo dan tentu saja kita setelah Pemilu kembali bersatu. Saya kira akan sangat bagus kalau misalnya, ada proses-proses rekonsiliasi dan proses akomodasi, sehingga setelah Pemilu nanti setelah Pilpres nanti, tidak ada apa yang orang menyebut dengan the winners take all, yang menang akan mengambil semuanya dan yang kalah itu akan disingkirkan," ujar dia.
"Saya kira itu bukan bagian dari karakter dan juga bukan bagian dari sistem politik yang ada di Indonesia karena kita tidak mengenal oposisi, kita tidak mengenal adanya pemerintah yang berkuasa, dan partai yang beroposisi dalam pada dasarnya semuanya adalah bagian dari pilar demokrasi di Indonesia," sambung dia.
Muhammadiyah, mengimbau agar semua pihak dapat mengikuti semua tahapan Pemilu dengan baik. Selain itu, apapun hasilnya bisa diterima sebagai bagian dari sistem demokrasi yang sudah dipilih bersama-sama.
"Karena itu maka ya marilah semua kita hadapi dengan gembira, semua kita hadapi dengan jiwa besar, dengan sikap ksatria sehingga kembali saya tekankan bahwa kita semua harus siap menerima apapun hasil Pemilu itu. Yang menang jangan jumawa, yang kalah tetap legowo dan kemudian harus ada akomodasi dan rekonsiliasi," ujar dia.