Dibanding pria, wanita lebih berisiko tinggi kena asma
Sebabnya karena wanita tak punya hormon testosteron yang menekan produksi jenis sel limfoid yang memicu alergi asma.
Asma merupakan gangguan pernapasan yang membuat penderitanya merasakan sesak di dada dan kesulitan untuk bernapas. Asma biasanya dapat dideteksi sejak dini sehingga penderitanya harus menjauhi hal-hal yang bersifat alergen.
Dilansir dari boldsky.com, ada pula fakta unik tentang asma yaitu wanita ternyata lebih berisiko tinggi untuk kena asma daripada pria.
Apa alasannya?
"Rendahnya atau bahkan tidak adanya testosteron pada wanita membuat wanita berpotensi tinggi untuk kena asma pasca pubertas. Hasil penelitian kami mengungkapkan bahwa hormon seks pria ini bisa menekan produksi jenis sel limfoid yang memicu alergi asma serta menghindarkan dari inflamasi yang ada di dalam sistem pernapasan," ungkap Cyril Seillet, peneliti dari Physiopathology Centre of Toulouse-Purpan, Prancis.
"Testosteron bekerja secara langsung pada ILC2s atau sel limfoid ini dan menghambat proliferasi di dalamnya. Karena pria memiliki banyak testosteron, maka akan terjadi penurunan risiko asma," tegasnya. "Sehingga hal inilah yang membuat kenapa lebih banyak wanita yang kena asma dibandingkan dengan pria."
Baca juga:
7 Jenis alergi yang bisa bahayakan nyawa manusia, apa saja?
4 Hal sepele dalam kamar tidur yang bisa bikin tubuh sakit
7 Alasan yang bikin bersin tak kunjung berhenti
5 Keuntungan saat memelihara tanaman di dalam ruangan
Bisakah manusia meninggal karena tersedak duri ikan?
-
Apa saja aspek yang dulunya dianggap terpisah dalam pemahaman kesehatan? Kesehatan mental dan kesehatan fisik telah lama dianggap sebagai aspek yang terpisah dalam pemahaman kita tentang kesehatan dan kesejahteraan.
-
Di mana para astronot ini melakukan penelitian tentang sakit kepala? Tim peneliti melakukan penelitian terhadap 24 astronot yang pergi ke Stasiun Antariksa Internasional (ISS) selama 26 minggu.
-
Kenapa kesehatan lidah penting? Seiring dengan fungsinya yang kompleks, kesehatan lidah dapat mencerminkan kondisi keseluruhan dari kesehatan seseorang. Perubahan warna, tekstur, atau adanya gejala seperti luka, bintik, atau pembengkakan pada lidah bisa menjadi tanda awal masalah kesehatan yang lebih serius.
-
Mengapa penelitian ini penting untuk memahami perkembangan tubuh dan penyakit? Studi ini memberikan pemahaman lebih lanjut tentang proses perkembangan yang mendasari, yang dapat membantu dalam penelitian dan penanganan penyakit di masa depan.
-
Siapa yang melakukan penelitian mengenai keheningan? “Sejauh ini, sampai penelitian kami muncul, belum ada tes empiris utama untuk pertanyaan ini. Dan itulah yang ingin kami berikan,” kata Rui Zhe Goh, peneliti bidang Sains dan Filsafat dari Johns Hopkins University. Goh dan para profesornya mengerjakan ilusi sonik untuk memahami jika orang merasakan keheningan saat mereka memproses suara dari perspektif kognitif.
-
Kapan penelitian ini dilakukan? Studi ini didasarkan pada National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999–2018, yang melibatkan lebih dari 17.000 wanita berusia 20 hingga 65 tahun.