Paparan Rendah Gravitasi Ternyata Bisa Pengaruhi Kualitas Sperma Manusia
Paparan rendah gravitasi yang mungkin dialami oleh astronot bisa menyebabkan masalah pada kualitas spermanya.
Dalam upaya menjelajahi alam semesta dan membangun koloni di luar Bumi, manusia mungkin menghadapi tantangan besar yang belum banyak diperhitungkan: bagaimana gravitasi rendah atau mikrogravitasi memengaruhi kemampuan reproduksi manusia, terutama kualitas sperma.
Dilansir dari Science Alert, sebuah penelitian terbaru yang dipimpin oleh peneliti dari Technical University of Catalonia dan Dexeus University Hospital di Spanyol mengungkap bahwa mikrogravitasi dapat menyebabkan gangguan serius pada pergerakan dan vitalitas sperma.
-
Bagaimana astronot bisa mencium bau luar angkasa? Namun demikian, kenyataannya adalah setelah kembali dari perjalanan di luar stasiun luar angkasa, astronot secara teratur mencium aroma unik saat melepaskan helm mereka.
-
Bagaimana astronot mencapai luar angkasa? Penerbangan operasional pertama Program Pesawat Ulang-alik pada tahun 1980an membawa gelombang manusia baru ke luar angkasa.
-
Apa saja yang dilakukan astronot di luar angkasa? Mayoritas astronot yang dikirim ke luar angkasa, 86 persen, menyelesaikan perjalanan dengan setidaknya satu kali orbit mengelilingi Bumi.
-
Kenapa kepulangan astronot tertunda? Serangkaian masalah dengan pesawat luar angkasa Boeing CST-100 Starliner menunda kepulangan dua astronot dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
-
Apa yang terjadi pada astronot saat mereka berada di luar angkasa? Kepergian astronot ke luar angkasa dapat menyebabkan pengaruh buruk pada tubuh astronot tersebut, yang salah satunya adalah sakit kepala.
-
Makanan apa yang berbahaya bagi astronot? Makanan ini “Haram” Bagi Astronot di Luar Angkasa, Kalau Dikonsumsi Membahayakan Nyawa Penelitian terbaru mengungkap bahaya astronot mengonsumsi makanan ini. Secara umum, salad baik untuk manusia, jadi menanam sayuran segar di orbit sepertinya merupakan cara terbaik bagi penjelajah luar angkasa untuk tetap sehat.
Penelitian ini melibatkan 15 sampel sperma manusia yang dibagi menjadi dua kelompok. Setengah dari sampel tetap berada di Bumi, sementara setengah lainnya diterbangkan melalui penerbangan parabola untuk menciptakan kondisi mikrogravitasi. Hasilnya menunjukkan bahwa sperma yang terpapar mikrogravitasi mengalami penurunan signifikan dalam motilitas (kemampuan bergerak) dan vitalitas (jumlah sperma yang hidup).
“Meskipun tidak menyebabkan kehilangan total, perubahan gravitasi yang besar, termasuk mikrogravitasi, menyebabkan penurunan signifikan dalam vitalitas dan motilitas sperma, yang menunjukkan bahwa konsekuensi negatifnya akan lebih besar jika paparannya berlangsung lebih lama,” tulis para peneliti dalam laporan mereka.
Sperma Tersesat di Antariksa
Penurunan kecepatan curvilinear, yaitu seberapa cepat sperma bergerak menuju tujuannya, menjadi salah satu dampak terbesar dari paparan mikrogravitasi. Kondisi ini membuat peluang sperma untuk membuahi sel telur jauh lebih kecil dibandingkan di Bumi.
Namun, tidak semua aspek kesehatan sperma terpengaruh oleh mikrogravitasi. Beberapa parameter seperti fragmentasi DNA, bentuk sperma, stres oksidatif, dan apoptosis (kematian sel terprogram) tidak menunjukkan perubahan berarti dalam kondisi ini. Meski begitu, efek penurunan motilitas dan vitalitas cukup menjadi perhatian serius, terutama jika manusia berencana untuk membangun komunitas jangka panjang di luar Bumi.
Misteri di Balik Pengaruh Mikrogravitasi
Meskipun penelitian ini memberikan wawasan baru, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab, termasuk alasan pasti mengapa mikrogravitasi memengaruhi kesehatan sperma. Para peneliti menduga bahwa perubahan dalam proses kimia yang menjaga kesehatan sperma mungkin berperan.
- Asap Rokok Bisa Merusak Kualitas Sperma, ini Penjelasannya
- 7 Cara Sederhana Tingkatkan Kualitas Sperma, Penting Bagi Pasutri yang Sedang Lakukan Program Kehamilan
- Astronot Alami Kesulitan Berpikir Cepat Saat Berada di Luar Angkasa, Ini Penyebabnya
- Apakah Sperma Bisa Menghilangkan Jerawat? Begini Penjelasan Medisnya
"Lebih banyak studi diperlukan sebelum teknik reproduksi berbantuan dapat dipertimbangkan untuk kemungkinan reproduksi manusia di luar angkasa," tulis para peneliti.
Hingga saat ini, studi tentang reproduksi di luar angkasa masih terbatas, sebagian besar karena seks belum menjadi prioritas dalam misi antariksa. Namun, dengan meningkatnya rencana misi jangka panjang dan berkembangnya industri pariwisata antariksa, topik ini semakin relevan.
Hasil Penelitian Ini Terhadap Mimpi Tinggal di Luar Angkasa
Jika umat manusia serius ingin membangun koloni di Bulan, Mars, atau lokasi lainnya di alam semesta, reproduksi akan menjadi bagian integral dari keberlangsungan hidup. Dalam penelitian sebelumnya, eksperimen dengan sperma hewan di Stasiun Luar Angkasa Internasional sudah menunjukkan bahwa konsepsi di kondisi mikrogravitasi mungkin tidak mudah. Kini, para peneliti mendesak untuk melanjutkan studi dengan sperma manusia guna memahami lebih jauh dampak kehidupan luar angkasa terhadap biologi dasar manusia.
"Dengan rencana misi antariksa jangka panjang yang akan datang dan meningkatnya minat pada pariwisata antariksa, topik kemungkinan konsepsi manusia di bawah kondisi mikrogravitasi menjadi semakin relevan," ungkap para peneliti.
Penelitian ini membuka jalan bagi eksplorasi yang lebih mendalam tentang bagaimana tubuh manusia akan beradaptasi dengan kondisi luar angkasa, termasuk dalam hal reproduksi. Jika kita ingin mewujudkan impian membangun koloni manusia di luar Bumi, memahami dan mengatasi tantangan ini adalah langkah penting.