Pemberian ASI Jadi Salah Satu Faktor yang Bisa Mengurangi Risiko Kanker Payudara
Risiko kanker payudara pada wanita bisa ditekan salah satunya dengan pemberian ASI secara rutin.
Pemberian ASI eksklusif selama dua tahun tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan bayi, tetapi juga berperan penting dalam mengurangi risiko kanker payudara pada ibu. Dr. Diani Kartini, Sp.B Subsp. Onk (K), seorang dokter spesialis bedah konsultan onkologi dari Universitas Indonesia, menegaskan bahwa menyusui dapat menurunkan kemungkinan terjadinya kanker payudara pada wanita.
"Orang yang tidak menyusui, tidak memiliki anak, merupakan faktor risiko untuk terjadinya kanker payudara," ujar Dr. Diani dilansir dari Antara.
-
Apa itu air payau? Air payau adalah campuran antara air tawar dan air laut (air asin). Jika kadar garam yang dikandung dalam satu liter air adalah antara 0,5 sampai 30 gram, maka air ini disebut air payau.
-
Siapa Aero Aswar? Aero Aswar bukanlah individu biasa; ia merupakan seorang atlet jet ski yang telah meraih banyak prestasi.
-
Kenapa ASI bisa encer? Penyebab ASI Encer Produksi air susu ibu (ASI) yang encer bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Beberapa penyebab umum ASI encer antara lain: 1. Kurang Frekuensi Menyusui Jika ibu tidak menyusui bayi dengan cukup frekuensi atau tidak memberikan cukup waktu untuk proses menyusui, produksi ASI dapat menurun. Frekuensi menyusui yang rendah atau penggunaan jadwal menyusui yang tidak sesuai dengan kebutuhan bayi dapat mempengaruhi produksi ASI.
-
Bagaimana air payau terbentuk? Air payau terjadi karena intrusi air asin ke air tawar. Hal ini dikarenakan adanya degradasi lingkungan.
-
Apa itu kutu air? Kutu air dapat dikenal juga sebagai tinea pedis atau athlete’s foot. Ini merupakan suatu infeksi jamur menular yang umumnya muncul di kulit kaki. Terutama pada sela-sela jari-jari kaki.
-
Apa saja dampak ASI encer? ASI encer dapat memiliki dampak pada pertumbuhan dan perkembangan bayi karena kualitas nutrisinya mungkin kurang optimal.
Penurunan risiko kanker payudara pada wanita yang menyusui berhubungan dengan perubahan hormonal yang terjadi selama masa menyusui. Hormon estrogen, yang diketahui berperan dalam perkembangan beberapa jenis kanker payudara, mengalami penurunan saat seorang ibu menyusui. Dengan demikian, periode menyusui selama dua tahun menjadi langkah pencegahan yang alami dan efektif untuk mengurangi kemungkinan terkena kanker.
Wanita yang tidak menyusui atau yang tidak memiliki anak cenderung memiliki risiko yang lebih tinggi terkena kanker payudara. Kondisi ini, menurut Dr. Diani, termasuk dalam kategori faktor risiko yang tidak dapat dicegah, seperti usia, jenis kelamin, dan faktor genetik. Namun, ia menekankan bahwa meskipun beberapa faktor risiko tidak dapat dihindari, terdapat langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk meminimalkan risiko kanker.
"Pola hidup sehat, seperti menjaga pola makan dan menjalani gaya hidup yang seimbang, dapat mengendalikan faktor risiko tersebut," katanya.
Selain faktor menyusui, Dr. Diani juga mengingatkan pentingnya deteksi dini melalui pemeriksaan rutin payudara, baik pada masa menyusui maupun setelahnya. Terkadang, benjolan dapat muncul setelah ibu berhenti menyusui, yang bisa disebabkan oleh ASI yang menggumpal atau adanya potensi tumor. Jika benjolan tersebut dapat bergerak saat disentuh, kemungkinan besar benjolan itu merupakan tumor jinak.
Namun, jika benjolan tidak bergerak atau terasa keras, segera konsultasi dengan dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut, seperti melalui USG atau mamografi. Deteksi dini dan penanganan cepat sangat penting untuk meningkatkan peluang kesembuhan.
- Kanker Paru Semakin Menyerang Orang di Usia Muda, Ketahui Faktor Risikonya
- Patut Diwaspadai, Dua Jenis Makanan Berikut Bisa Meningkatkan Risiko Terjadinya Kanker Payudara
- Kenali Apa itu Kanker Kandung Kemih, dari Penyebab, Gejala, Hingga Cara Penangannannya
- Gejala Tersembunyi dan Kunci untuk Pencegahan Kanker Kulit
Tanda-tanda lain yang harus diwaspadai terkait kanker payudara termasuk perubahan pada puting yang tertarik ke dalam, kulit payudara yang tampak berkerut seperti kulit jeruk, serta gejala yang lebih serius seperti nyeri di tulang belakang, sesak napas, atau batuk.
Dengan semakin meningkatnya kesadaran tentang pentingnya menyusui, diharapkan lebih banyak wanita memahami bahwa menyusui tidak hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga berperan dalam menjaga kesehatan payudara mereka.
Mengkombinasikan pola hidup sehat dengan pemberian ASI eksklusif selama dua tahun dapat menjadi langkah signifikan dalam upaya pencegahan kanker payudara, yang hingga kini masih menjadi salah satu penyebab utama kematian pada wanita.