Penyakit Menular Seksual yang Mungkin Terjadi Akibat Berganti-Ganti Pasangan, Perlu Diwaspadai Pasangan Tak Setia
Sejumlah masalah Penyakit menular seksual (PMS) bisa terjadi akibat sering berganti-ganti pasangan.
Penyakit menular seksual (PMS) merupakan ancaman kesehatan serius yang sering terjadi pada individu yang sering berganti-ganti pasangan tanpa penggunaan pengaman. Beberapa PMS dapat menimbulkan komplikasi jangka panjang, bahkan kematian jika tidak ditangani.
Di Indonesia, kasus-kasus PMS masih menjadi masalah kesehatan yang signifikan, terutama di kalangan anak muda yang aktif secara seksual. Studi menunjukkan bahwa hampir 50 persen dari total kasus PMS baru terjadi pada individu berusia 15–24 tahun, dengan kurangnya kesadaran dan pengetahuan sebagai faktor utama penyebaran.
-
Kapan rasa sakit saat kencing dapat dikaitkan dengan infeksi penyakit seksual? Klamidia, gonore, trikomoniasis, dan herpes genitalis semuanya dapat membuat kalian merasa sakit saat buang air kecil.
-
Apa saja jenis-jenis penyakit menular seksual yang bisa terjadi pada seseorang? Sejumlah penyakit menular seksual (PMS) rentan terjadi dan dialami oleh seseorang.
-
Apa saja ciri-ciri gonore pada wanita? Ciri-ciri gonore pada wanita adalah sebagai berikut: Keputihan yang encer, kental, atau berwarna kehijauan. Rasa sakit atau seperti terbakar saat buang air kecil. Periode yang lebih berat atau bercak di antara periode. Rasa sakit saat penetrasi vagina seksual. Rasa sakit yang tajam di perut bagian bawah. Terasa gatal dan nyeri di anus. Perdarahan rektal atau keluarnya cairan. Buang air besar yang menyakitkan.
-
Siapa yang bisa terkena gonore? Gonore merupakan salah satu penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) yang dikenal juga dengan nama Penyakit Menular Seksual (PMS). Gonore disebabkan oleh bakteri yang menginfeksi pria dan wanita.
-
Apa itu vaksin HPV? Vaksin HPV merupakan vaksin untuk mencegah infeksi human papillomavirus (HPV). HPV adalah virus yang dapat menyebabkan kutil kelamin dan berbagai jenis kanker di organ kelamin dan reproduksi, seperti kanker serviks, kanker penis, kanker anus, dan kanker tenggorokan.
-
Siapa saja yang berisiko terkena penyakit menular seksual? PMS bisa terjadi pada siapa saja, baik pria maupun wanita, meskipun risikonya lebih tinggi pada orang yang memiliki banyak pasangan seksual atau yang tidak menggunakan kondom saat berhubungan seksual.
Kebiasaan berganti pasangan merupakan dan melakukan hubungan seksual secara serampangan merupakan salah satu penyebab penularan PMS ini. Berikut beberapa jenis PMS yang mungkin terjadi akibat berganti-ganti pasangan:
1. Gonore
Gonore, atau kencing nanah, disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Penyakit ini menular melalui hubungan seksual baik vaginal, anal, maupun oral. Gejala gonore pada pria meliputi keluarnya cairan seperti nanah dari penis, nyeri saat buang air kecil, dan pembengkakan di area testis.
Pada wanita, gejalanya sering tidak tampak jelas, namun bisa meliputi keputihan yang tidak normal, nyeri panggul, dan perdarahan di antara periode menstruasi. Jika tidak diobati, gonore dapat menyebabkan komplikasi seperti kemandulan dan penyakit radang panggul pada wanita.
2. Sifilis
Sifilis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit ini memiliki beberapa tahapan, mulai dari luka tidak nyeri di area genital pada tahap awal hingga komplikasi serius seperti kerusakan otak, jantung, dan organ vital lainnya pada tahap lanjut. Sifilis juga dapat menular dari ibu ke anak selama kehamilan, menyebabkan komplikasi serius pada bayi yang baru lahir.
3. Klamidia
Klamidia adalah infeksi bakteri yang sering tidak menunjukkan gejala, terutama pada wanita. Penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan pada sistem reproduksi jika tidak diobati, termasuk penyakit radang panggul yang berpotensi menyebabkan kemandulan. Klamidia juga dapat meningkatkan risiko terkena infeksi HIV jika terpapar.
- Cara Aman Berhubungan Seksual Bagi Pasien Penyakit Jantung, Apa Saja Syaratnya?
- 10 Pertanyaan Tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) beserta Penjelelasannya
- Dokter Kandungan Sampai Syok, Pasien Muda Pacaran dari SD Hamil 5 Bulan Ternyata Punya Penyakit Seksual Menular
- 15 Penyakit Menular Seksual yang Mungkin Terjadi dan Perlu Diwaspadai
4. Human Papillomavirus (HPV)
HPV adalah virus yang menyebabkan kutil kelamin dan merupakan penyebab utama kanker serviks pada wanita. Virus ini sangat mudah menular melalui kontak seksual, dan beberapa tipe HPV juga berhubungan dengan kanker lainnya seperti kanker tenggorokan dan anus. Vaksinasi HPV dapat membantu mencegah infeksi dari jenis HPV berisiko tinggi.
5. Herpes Genital
Herpes genital disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) tipe 1 atau tipe 2. Penyakit ini ditandai dengan munculnya luka-luka atau lepuhan di area genital yang menyebabkan rasa sakit. Herpes genital tidak dapat disembuhkan, dan infeksi dapat kembali berulang. Virus ini juga bisa menular meskipun tidak ada luka yang terlihat.
6. Human Immunodeficiency Virus (HIV)
HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan dapat berkembang menjadi AIDS jika tidak diobati. Penularan HIV terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi seperti darah, air mani, dan cairan vagina. Penggunaan kondom dapat mengurangi risiko penularan, namun pergantian pasangan tanpa penggunaan kondom meningkatkan risiko infeksi.
Salah satu faktor utama yang meningkatkan risiko terkena PMS adalah pergantian pasangan seksual yang sering tanpa perlindungan. Setiap kali seseorang berganti pasangan, risiko paparan terhadap berbagai infeksi meningkat, terutama jika salah satu dari mereka terinfeksi tanpa disadari.
Penggunaan kondom secara konsisten dan benar sangat penting untuk mengurangi risiko PMS. Selain itu, menjaga komunikasi yang terbuka dengan pasangan mengenai riwayat kesehatan seksual dan melakukan tes PMS secara berkala juga sangat dianjurkan.
Pendidikan dan kesadaran tentang PMS juga menjadi kunci penting dalam pencegahan. Banyak individu, terutama remaja, tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang risiko dan dampak dari hubungan seksual yang tidak aman.
Penelitian menunjukkan bahwa kurangnya informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah dapat memperparah masalah ini. Pemerintah dan organisasi kesehatan perlu memperkuat upaya penyuluhan dan akses ke layanan kesehatan seksual bagi masyarakat, terutama di kalangan remaja