Sejumlah Gejala Overstimulasi yang Mungkin Kita Alami dalam Kehidupan Sehari-hari
Overstimulasi tidak hanya terjadi pada bayi saja, hal ini juga bisa dialami oleh orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari dengan gejala berikut:
Pernahkah Anda merasa kewalahan dengan semua hal yang terjadi di sekitar Anda? Mungkin suara televisi, tangisan bayi, dering ponsel, hingga suara bising dari luar rumah terasa seperti terlalu banyak untuk ditangani. Jika iya, Anda mungkin sedang mengalami overstimulasi, kondisi yang sebenarnya dialami oleh banyak orang dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut survei, sebanyak 82% orang dewasa melaporkan pernah merasakan gejala overstimulasi. Meski tampak sepele, efek dari kondisi ini bisa berdampak besar pada kesehatan mental dan kesejahteraan kita.
-
Kapan biasanya overstimulasi terjadi pada bayi? Dilansir dari Healthline, menurut Dr. Kevin Kathrotia, seorang neonatologis dan ahli pediatri, fase ini umumnya terjadi sekitar 2 minggu hingga 3 hingga 4 bulan pertama kehidupan bayi.
-
Mengapa overstimulasi pada bayi bisa mengganggu? Terjadinya overstimulasi pada bayi bisa menjadi suatu hal yang mengganggu sehingga penting untuk mengetahui cara mengatasinya. Overstimulasi pada bayi adalah fenomena umum yang dapat terjadi ketika bayi atau anak menerima lebih banyak rangsangan daripada yang mereka bisa tangani atau yang biasa mereka alami.
-
Apa saja ciri-ciri bayi yang mengalami overstimulasi? Overstimulasi pada bayi dapat ditandai dengan beberapa perilaku pada bayi, antara lain: Menangis yang keras: Bayi mungkin menangis lebih keras dari biasanya pada saat mengalami overstimulasi. Menarik diri dari sentuhan atau memalingkan kepala: Bayi cenderung menunjukkan penolakan terhadap sentuhan atau berusaha menghindarinya.Menginginkan dipeluk: Bayi mungkin mencari kelekatan fisik dengan ingin dipeluk.Ingin lebih sering menyusu: Mereka mungkin mencari kenyamanan dengan lebih sering menyusui. Rewel atau mudah marah: Bayi dapat menunjukkan ketidaknyamanan atau ketegangan dengan menjadi rewel atau mudah marah.Mengencangkan tinju atau menggerakkan lengan dan kaki: Tindakan fisik seperti mengencangkan tinju atau gerakan yang tidak teratur dapat menandakan ketidaknyamanan.Berperilaku takut: Mereka mungkin menunjukkan rasa takut atau cemas. Tantrum: Bayi bisa mengalami tantrum sebagai reaksi terhadap ketidaknyamanan yang dirasakan.Bergerak-gerak: Mereka mungkin menunjukkan gerakan yang tidak terkoordinasi atau hektik.Perilaku sangat lelah: Bayi mungkin menunjukkan kelelahan ekstrem sebagai akibat dari overstimulasi.Melakukan tindakan untuk menenangkan diri: Beberapa bayi mungkin mencoba untuk menenangkan diri dengan mengisap tangan atau jari mereka.
-
Bagaimana cara mengatasi bayi yang overstimulasi? Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk menenangkan bayi yang terlalu terangsang: Keluarkan mereka dari situasi stimulasi berlebih: Mengubah lingkungan menjadi tempat yang lebih tenang dan gelap dapat membantu mengurangi rangsangan yang membuat bayi terlalu terangsang.Membungkus bayi: Membungkus bayi dengan selimut memberikan tekanan yang stabil dan dapat meniru kenyamanan dalam kandungan. Menenangkan mereka dengan white noise: Memutar musik lembut atau menggunakan mesin white noise dapat membantu menciptakan lingkungan yang menenangkan.Pegang bayi Anda, tetapi siapkan untuk memberikan ruang bagi mereka: Beberapa bayi mungkin ingin dipeluk atau disentuh, sementara yang lain mungkin merasa lebih nyaman saat dibiarkan sendiri untuk menenangkan diri.
-
Apa yang terjadi ketika seseorang merasa terlalu banyak beban tanggung jawab? Ketika beban tanggung jawab menjadi terlalu berat untuk ditanggung, mudah untuk merasa terlalu dibebani dan kelelahan.
-
Apa akibat dari terlalu banyak menunda dan menumpuk pekerjaan saat sedang stres? Ketika kita mulai mengatakan 'ya' pada hal-hal yang kita tidak punya waktu untuk atau tidak punya kapasitas emosional atau mental untuk, kita mulai merasa kesal," jelasnya.
Apa Itu Overstimulasi?
Dilansir dari Well and Good, overstimulasi atau sensory overload terjadi ketika otak dan sistem saraf kita menerima terlalu banyak informasi dari lingkungan, hingga melampaui kapasitas untuk memprosesnya. “Sensory overload adalah kondisi yang kita alami ketika terlalu banyak informasi sensorik masuk,” jelas April Snow, LMFT, seorang terapis yang fokus pada individu dengan sensitivitas tinggi dan introversi.
Ketika hal ini terjadi, sistem saraf kita cenderung salah mengartikan situasi sebagai ancaman. Respon tubuh pun terbagi menjadi dua: fight or flight (melawan atau melarikan diri) atau freeze (membeku). Snow menggambarkan situasi ini sebagai “kehabisan daya” pada sistem saraf, yang membuat tubuh kesulitan mengatur dirinya sendiri.
Caitlin Slavens, seorang psikolog berlisensi asal Kanada, menambahkan bahwa overstimulasi seringkali diperburuk oleh kondisi seperti kecemasan, depresi, kelelahan, kurang tidur, atau bahkan rasa lapar. “Sistem saraf Anda seperti ember yang hampir kosong; dengan cadangan yang minimal, tubuh akan kesulitan mengatur dirinya sendiri,” kata Slavens.
Gejala yang Muncul
Overstimulasi dapat memunculkan beragam gejala tergantung pada respons tubuh:
Gejala Fight or Flight:
Kecemasan
- Overparenting Mungkin Terjadi saat Mengasuh Anak, Ketahui Ciri-ciri serta Akibatnya pada Anak
- Tips Mengatasi Masalah Overstimulasi pada Bayi, Orangtua Perlu Tahu
- 11 Tanda Overstimulasi pada Bayi dan Cara Mengatasinya, Perlu Dipahami Orangtua
- Mengenal Gejala Selesma pada Anak, Begini Cara Mencegahnya
Iritabilitas
Kemarahan
Napas cepat
Pikiran yang terus berpacu
Gejala Freeze:
Lelah atau merasa malas
Mati rasa atau tidak merasakan emosi
Kesulitan berkonsentrasi
Kesulitan mengambil keputusan
“Ketika sistem saraf Anda tidak seimbang, bagian depan otak yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan dan fungsi eksekutif akan ‘mati’. Akibatnya, kita sulit berpikir jernih, tidur nyenyak, atau bahkan fokus,” jelas Snow.
Cara Mengelola Overstimulasi
Meskipun terdengar menantang, ada berbagai cara yang bisa kita lakukan untuk mengelola overstimulasi. Berikut beberapa langkah praktis yang disarankan para ahli:
1. Ingatkan Diri Bahwa Anda Aman
Berbicara pada diri sendiri mungkin terdengar aneh, tetapi hal ini sangat efektif. Dengan mengatakan, “Saya aman,” sistem saraf akan mulai merespons dengan lebih tenang.
2. Alihkan Fokus pada Lingkungan Sekitar
Jika Anda tidak bisa menjauh dari situasi yang membuat stres, cobalah mengalihkan perhatian. “Lihat ke kiri dan kanan untuk memperluas sudut pandang Anda,” saran Snow. Cara ini membantu otak memahami bahwa lingkungan sekitar sebenarnya tidak berbahaya.
3. Perlambat Aktivitas Anda
Ketika jadwal Anda terasa padat, usahakan untuk memperlambat ritme. Dengan memberi waktu lebih bagi tubuh untuk memproses informasi, sistem saraf akan lebih siap menghadapi stimulasi berikutnya.
4. Ambil Jeda dari Lingkungan yang Membuat Stres
Jika memungkinkan, luangkan beberapa menit untuk “melarikan diri” dari situasi yang terlalu membebani. Berada di ruangan yang sepi atau bahkan di luar rumah selama beberapa saat dapat memberikan sistem saraf waktu untuk pulih.
5. Latih Pernapasan Mindful
Cobalah teknik seperti box breathing: tarik napas selama empat hitungan, tahan selama empat hitungan, hembuskan selama empat hitungan, lalu tahan lagi selama empat hitungan. Ulangi hingga Anda merasa lebih tenang.
6. Gerakan Bilateral
Melakukan gerakan kiri-ke-kanan seperti berjalan, menggoyangkan kaki, atau mengetuk paha dapat membantu otak mengolah informasi dengan lebih baik.
7. Beri Tekanan pada Tubuh
Tekanan ringan pada tubuh, seperti memeluk diri sendiri atau menggunakan selimut berbobot, dapat memberikan efek menenangkan pada sistem saraf.
Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional?
Meskipun strategi di atas dapat membantu mengelola overstimulasi, ada kalanya kita perlu mencari bantuan profesional. Jika gejala overstimulasi terus mengganggu aktivitas sehari-hari atau terjadi secara berulang, segera konsultasikan dengan tenaga medis atau psikolog untuk mendapatkan penanganan yang lebih mendalam.
Overstimulasi adalah respons alami tubuh terhadap lingkungan yang penuh dengan informasi. Namun, dengan langkah-langkah yang tepat, kita bisa mengelola kondisi ini agar tidak mengganggu keseharian. Ingatlah, “Tubuh kita hanya memberi sinyal bahwa sistem saraf sudah mencapai batasnya,” ujar Snow. Jadi, saat Anda merasa kewalahan, gunakan strategi yang telah dibahas untuk membantu menenangkan pikiran dan tubuh Anda.
Jangan lupa, menjaga kesehatan diri adalah prioritas utama, karena hanya dengan kondisi tubuh dan pikiran yang sehat kita dapat menjalani hidup dengan lebih baik.