TBC Rentan Dialami oleh Pasien Diabetes dan Hipertensi, Ini Alasannya
Kondisi diabetes dan hipertensi yang dialami seseorang rentan menyebabkan penularan TBC pada dirinya.
Penyakit Tuberkulosis (TBC) masih menjadi salah satu masalah kesehatan terbesar di Indonesia, dengan tingkat penularan yang sangat tinggi. Baru-baru ini, perhatian masyarakat tertuju pada keterkaitan antara TBC dengan dua kondisi kesehatan kronis: diabetes dan hipertensi. Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI) ke-70 dan Hari Ibu ke-96, IIDI Cabang Malang mengadakan penyuluhan kesehatan bertajuk "Pengaruh Hipertensi dan Diabetes terhadap TBC" di Sakura Hall RS Prima Husada Kabupaten Malang, Selasa (3/12).
Acara yang dihadiri oleh anggota Klub Prolanis Nusantara Sehat ini bertujuan memberikan wawasan penting kepada masyarakat tentang risiko yang mengintai pasien diabetes dan hipertensi terhadap TBC.
-
Kapan seseorang dikatakan mengidap diabetes? Seseorang bisa dikatakan memiliki penyakit diabetes, jika kadar gula darah mencapai lebih dari 200mg/dL, disertai dengan munculnya beberapa gejala, seperti sering haus, sering buang air kecil, sering merasa lapar, luka sulit sembuh dan lainnya.
-
Kenapa Pradiabetes berbahaya? Meskipun kadar gula darah pradiabetes belum cukup tinggi untuk diklasifikasikan sebagai diabetes tipe 2, kondisi ini bisa berubah menjadi berbahaya jika tidak ditangani.
-
Siapa yang berisiko terkena Pradiabetes? Hal ini termasuk kelebihan berat badan atau obesitas, gaya hidup yang tidak banyak bergerak, memiliki riwayat keluarga diabetes, dan berusia di atas 45 tahun.
-
Mengapa penting bagi penderita diabetes untuk menjaga berat badan ideal? Dengan menjaga berat badan yang ideal, penderita diabetes dapat lebih mudah mengendalikan kadar gula darahnya, karena berat badan yang berlebih seringkali berkaitan dengan resistensi insulin.
-
Kapan seseorang dikatakan menderita diabetes? Jika nilai 2 jam setelah minum glukosa mencapai lebih besar atau sama dengan 200 mg/DL (11,1 mmol/L)
-
Siapa yang berisiko terkena hipertensi? Beberapa anak mungkin mengalami hipertensi karena memiliki riwayat keluarga dengan tekanan darah tinggi.
Komitmen IIDI dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat
Ketua Panitia, Ibu Titin Bachtiar, dalam sambutannya menekankan pentingnya penyuluhan ini. “Tujuan penyelenggaraan acara ini tidak hanya untuk memperingati HUT IIDI dan Hari Ibu, tetapi juga sebagai bentuk kontribusi kami dalam membantu pemerintah memutus rantai penularan TBC,” ujar Titin.
Hal senada diungkapkan oleh Ketua IIDI Cabang Malang, Ny. Diyah Himawati Santosa, SE. Dia menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan wujud nyata dari dharma bakti para istri dokter dalam menunjang program pemerintah di bidang kesehatan. “Kami ingin masyarakat semakin sadar dan teredukasi mengenai bahaya TBC, terutama bagi mereka yang memiliki diabetes atau hipertensi,” tambahnya.
Diabetes dan Risiko Tinggi Terhadap TBC
Dalam sesi penyuluhan, dr. Zoraida Nur Wahyuni, Sp.PD menjelaskan bagaimana diabetes meningkatkan risiko seseorang terkena TBC hingga tiga kali lipat.
“Pada pasien diabetes, sistem imun mengalami gangguan sehingga tubuh lebih rentan terhadap infeksi, termasuk TBC,” jelas dr. Zoraida.
Beliau menjelaskan bahwa diabetes adalah penyakit metabolik yang terjadi ketika tubuh tidak mampu mengontrol kadar gula darah secara normal. Kondisi ini sering kali disebabkan oleh kegemukan atau gangguan pada pankreas. Selain itu, banyak kasus diabetes yang tidak terdeteksi karena pasien enggan memeriksakan diri atau bahkan tidak menyadari gejalanya.
- Tak Hanya Dialami Orang Tua, Ini Penyebab Anak Muda Juga Rentan Mengalami Hipertensi
- 8 Tanda-tanda Diabetes yang Bisa Dikenali dari Perubahan Fisik, Harus Diwaspadai
- Rentan Terjadi Tanpa Disadari, Kenali Ciri dan Penanganan Hipertensi Tersembunyi Menurut Dokter Penyakit Dalam
- Ketahui Apa Itu Pra-Diabetes, Kenali Gejala dan Cara Pencegahannya
“Diperkirakan pada tahun 2030, jumlah penderita diabetes di dunia akan mencapai 400 juta orang,” lanjutnya. Fenomena ini semakin memprihatinkan karena banyak penderita berada dalam fase prediabetes yang tidak mendapatkan perhatian serius.
Pasien diabetes juga menghadapi komplikasi serius lainnya, seperti gagal ginjal, yang menyumbang 40% dari kasus gagal ginjal di dunia. Untuk mencegah komplikasi, dr. Zoraida merekomendasikan terapi diabetes yang mencakup diet, olahraga, pengendalian berat badan, serta pemeriksaan rutin.
Hubungan Antara Hipertensi, Diabetes, dan TBC
Hipertensi, meskipun tidak secara langsung meningkatkan risiko TBC seperti diabetes, juga dapat memengaruhi kesehatan secara keseluruhan. Penderita hipertensi sering kali memiliki metabolisme tubuh yang kurang optimal, sehingga sulit melawan infeksi jika terpapar bakteri TBC.
“Kombinasi diabetes dan hipertensi dapat semakin memperburuk kondisi sistem kekebalan tubuh, menjadikan pasien lebih rentan terhadap infeksi kronis seperti TBC,” ujar dr. Zoraida.
Gejala dan Pencegahan TBC
Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, bukan oleh faktor keturunan atau mistis sebagaimana mitos yang beredar di masyarakat. Penyakit ini menular secara langsung melalui percikan dahak penderita saat batuk atau bersin.
“Gejala utama TBC adalah batuk yang terus-menerus selama berbulan-bulan, bahkan setelah sempat sembuh sementara,” ungkap dr. Zoraida. Pemeriksaan dahak dan rontgen paru sangat disarankan untuk memastikan diagnosis TBC, terutama bagi mereka yang menunjukkan gejala tersebut.
Langkah pencegahan bagi pasien diabetes sangatlah penting. Selain menjaga kadar gula darah tetap terkontrol, pasien juga perlu berhati-hati terhadap orang di sekitar yang batuk, karena risiko penularan yang tinggi.
Pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam menangani hubungan kompleks antara TBC, diabetes, dan hipertensi merupakan suatu hal yang penting. Plt. Direktur RS Prima Husada, dr. Nur Mazidah, menyampaikan harapannya agar penyuluhan ini memberikan manfaat nyata bagi peserta. “Semoga bapak dan ibu dapat menerapkan pengetahuan yang diperoleh untuk menjaga kesehatan pribadi dan keluarga,” ujar dr. Mazidah.
TBC adalah ancaman nyata, tetapi bukan tanpa solusi. Dengan kolaborasi berbagai pihak, termasuk tenaga medis, pemerintah, dan masyarakat, rantai penularan TBC dapat diputus. Masyarakat diharapkan lebih peduli terhadap risiko penyakit ini, khususnya bagi mereka yang memiliki kondisi kesehatan kronis seperti diabetes dan hipertensi.