Kurang atau Kelebihan Tidur, Sama-sama Bisa Berdampak Buruk pada Pasien Diabetes
Pada pasien yang mengalami diabetes, kekurangan atau kelebihan tidur bisa menyebabkan dampak buruk pada kondisi mereka.
Tidur yang buruk selama ini diketahui dapat meningkatkan komplikasi diabetes. Namun, tahukah Anda bahwa tidur terlalu banyak juga bisa berbahaya? Para peneliti mengungkapkan bahwa bagi pasien diabetes, baik kurang tidur maupun tidur berlebihan dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil.
Dilansir dari Medical Daily, komplikasi mikrovaskular adalah masalah jangka panjang yang umum terjadi pada penderita diabetes, dan memengaruhi pembuluh darah kecil. Komplikasi ini biasanya meliputi retinopati (kerusakan pembuluh darah mata), nefropati (kerusakan pembuluh darah ginjal), dan neuropati (kerusakan saraf).
-
Kenapa kurang tidur bisa sebabkan diabetes? 'Penelitian sebelumnya, termasuk penelitian kohort dan penelitian eksperimental menunjukkan bahwa kebiasaan tidur yang pendek secara berulang terkait dengan peningkatan risiko terkena diabetes tipe 2,' ungkap Diana Aline Nôga, PhD, seorang pakar saraf dari Universitas Uppsala di Swedia, kepada Kesehatan.
-
Kenapa kurang tidur bisa bikin diabetes? Meskipun hingga kini para peneliti belum bisa mengatakan dengan pasti bahwa kebiasaan kurang tidur menyebabkan diabetes tipe 2, namun studi baru-baru ini telah menunjukkan lebih banyak bukti bahwa kurang tidur berhubungan dengan komplikasi kesehatan yang serius.
-
Siapa yang berisiko diabetes karena kurang tidur? Kelompok peneliti tidak menemukan keterkaitan antara pola makan yang sehat dan penurunan risiko diabetes tipe 2 pada peserta yang tidur kurang dari enam jam setiap harinya.
-
Bagaimana penelitian tahu hubungan kurang tidur dan diabetes? Data ini diperoleh dari informasi 247.000 individu yang dikumpulkan antara tahun 2006 dan 2010 dari UK Biobank, suatu pangkalan data biomedis yang luas.Tim mengelompokkan peserta ke dalam beberapa kategori berdasarkan lamanya tidur setiap harinya, yaitu tujuh hingga delapan jam, enam jam, lima jam, atau tiga hingga empat jam. Peneliti juga mengevaluasi pola makan peserta dan memberikan nilai pada skala dari nol (paling tidak sehat) hingga lima (paling sehat). Peneliti memantau peserta selama rata-rata 12,5 tahun untuk meneliti korelasi antara kualitas tidur yang buruk, pola makan, dan munculnya diabetes tipe 2.
-
Apa yang diteliti tentang tidur dan diabetes? Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa mengurangi paparan cahaya pada malam hari dapat menjadi cara efektif untuk mencegah diabetes tipe 2.
-
Bagaimana tidur terlalu lama berpengaruh ke kesehatan? Efeknya terlihat pada gangguan metabolisme dan hormon, seperti insulin, yang dapat mempengaruhi kontrol gula darah.
Dalam sebuah studi baru, para peneliti menyelidiki hubungan antara durasi tidur dan penyakit mikrovaskular pada individu yang baru didiagnosis dengan diabetes tipe 2. Mereka menemukan bahwa durasi tidur yang pendek dikaitkan dengan risiko 2,6 kali lebih tinggi terkena penyakit mikrovaskular, sementara durasi tidur yang panjang dikaitkan dengan peningkatan risiko sebesar 2,3 kali lipat untuk kondisi yang sama.
Para peneliti memantau durasi tidur dari sekitar 400 orang dengan diabetes tipe 2. Mereka mendefinisikan tidur pendek sebagai kurang dari tujuh jam dan tidur panjang sebagai sembilan jam atau lebih. Mereka mencatat bahwa sekitar 12 persen pasien mengalami tidur pendek, sementara 28% memiliki tidur yang panjang secara rata-rata.
Studi ini mengungkapkan bahwa 38% dari mereka yang tidur pendek dan 31% dari mereka yang tidur panjang menunjukkan tanda-tanda kerusakan pembuluh darah kecil, yang menggarisbawahi dampak signifikan dari kurang tidur dan tidur berlebihan terhadap kesehatan pembuluh darah pada penderita diabetes.
Mereka selanjutnya mengamati bahwa risiko komplikasi mikrovaskular meningkat seiring dengan usia. Misalnya, penderita diabetes berusia di atas 62 tahun yang mengalami tidur pendek memiliki risiko 5,7 kali lebih tinggi terkena penyakit pembuluh darah kecil.
"Pada pasien T2DM yang baru didiagnosis, durasi tidur pendek dan panjang sama-sama terkait dengan prevalensi penyakit mikrovaskular yang lebih tinggi dibandingkan dengan durasi tidur optimal di malam hari. Usia memperkuat hubungan antara durasi tidur pendek dan penyakit mikrovaskular, menunjukkan peningkatan kerentanan di antara individu yang lebih tua," tulis para peneliti.
Temuan penelitian ini akan dipresentasikan pada Pertemuan Tahunan Asosiasi Eropa untuk Studi Diabetes tahun ini, yang akan diadakan di Madrid pada bulan September mendatang.
Para peneliti memperingatkan bahwa temuan tersebut harus dianggap sebagai data awal sampai diterbitkan dalam jurnal yang ditinjau sejawat, dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami efek dari kurang tidur pada penderita diabetes.
"Perubahan gaya hidup pada pasien diabetes tipe 2 mungkin termasuk intervensi tidur. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menetapkan peran durasi dan kualitas tidur pada pasien ini," mereka menambahkan.