Jadi Bagian dari Pendukung Kemerdekaan RI, Ini Kisah Surat Kabar yang Terbit Pertama Kali di Tanah Deli
Artikel dan tulisan yang dimuat di harian Waspada menjadi senjata utama untuk melawan Belanda.
Artikel dan tulisan yang dimuat di harian Waspada menjadi senjata utama untuk melawan Belanda.
Jadi Bagian dari Pendukung Kemerdekaan RI, Ini Kisah Surat Kabar yang Terbit Pertama Kali di Tanah Deli
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, keberadaan produk jurnalistik begitu dibatasi. Tak sedikit ide tulisan dilarang terbit hingga penulis yang akhirnya dipenjara akibat karyanya dianggap mengajak pembaca untuk melawan Belanda.
Meski tantangannya besar, perjuangan rakyat melalui tulisan tak henti-hentinya dilakukan.
Di Tanah Deli, lahir sebuah surat kabar yang didirikan oleh wartawati senior Ani Idrus dan H. Mohammad Said. Surat kabar itu bernama Waspada.
Keberadaan surat kabar ini menjadi bentuk sebuah dukungan dan perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Simak kisah sejarah surat kabar Waspada yang dihimpun merdeka.com berikut ini.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Kapan Soeharto mendengar berita kemerdekaan Indonesia? Di Yogyakarta dia mulai mendengar secara samar-samar tentang berita kemerdekaan Indonesia.
-
Bagaimana surat kabar Benih Merdeka menanamkan jiwa kemerdekaan? Dengan berdirinya surat kabar Benih Merdeka di bumi Sumatra, hal tersebut menjadi salah satu senjata dalam melawan penjajah Belanda melalui ide serta gagasan.
-
Apa tujuan utama dari surat kabar Benih Merdeka? Tak sampai situ, sang pendiri surat kabar Benih Merdeka juga memiliki cita-cita kemerdekaan bagi seluruh pembacanya di bumi Sumatra.
-
Kapan Rohana Kudus mendirikan surat kabar Soenting Melajoe? Sebagai jurnalis perempuan pertama di Indonesia, Rohana Kudus mendirikan surat kabar khusus perempuan yang ia pimpin sendiri, bernama Soenting Melajoe pada 10 Juli 1912.
-
Apa yang menjadi saksi bisu perjuangan masyarakat Boja dalam merebut kemerdekaan Republik Indonesia? Gedung itu menjadi saksi bisu perjuangan masyarakat Boja dalam merebut kemerdekaan Republik Indonesia.
Pertama Terbit di Medan
Harian Umum Nasional Waspada atau disebut dengan Waspada menjadi surat kabar harian tertua dengan sirkulasi terbesar yang ada di Tanah Deli. Waspada pertama terbit di Medan pada 11 Januari 1947 yang lantas ditetapkan sebagai hari jadi koran tersebut.
Kantor redaksi Waspada berada di Jalan Letnan Jenderal Suprapto No.1, Aur, Medan Maimun, Kota Medan, Sumatra Utara. Adapun slogan dan motto yang menjadi pegangan teguh surat kabar Waspada yang berbunyi "Demi Kebenaran dan Keadilan".
Tekad Pro Kemerdekaan
H. Mohammad Idris dan Ani Idrus sebagai tokoh di balik berdirinya Waspada menyatakan diri sebagai bagian dari pendukung Kemerdekaan RI.
Surat kabar daerah ini dengan tegas dan lugas menentang segala macam kolonialisme di Indonesia.
Artikel dan tulisan yang dimuat di harian Waspada menjadi senjata utama untuk melawan Belanda.
Di balik dukungannya terhadap kedaulatan Indonesia, tulisan-tulisan di surat kabar itu turut menanamkan teori dan semangat bagi para pembacanya agar terhindar dari pengaruh dan cengkeraman Belanda yang berusaha kembali menguasai daerah Medan khususnya areal perkebunan seperti tembakau dan rempah-rempah.
Asal Muasal Waspada
Mengutip dari beberapa sumber, penggunaan nama "Waspada" tak lepas dari kondisi masyarakat Medan yang dirundung ketakutan, kecemasan, dan panik luar biasa yang memicu sikap waspada. Tak sedikit warga Medan yang harus mengungsi ke daerah lain.
- Deretan Perilaku Aneh Ilmuwan yang Buat Orang Tak Percaya, Salah Satunya Ada yang Menjadi “Gelandangan”
- Pengharum Ruangan Meledak, Atap Rumah di Bogor Jebol dan Tembok sampai Hancur
- Patung Dewa Jagung Bangsa Maya Berusia 1300 Tahun Ditemukan dalam Kolam, Tersisa Hanya Kepalanya
- Ganjar Cerita jadi Tertuduh Utama Kasus Wadas hingga Dapat Stempel Hitam
Penamaan Waspada sendiri turut sejalan dengan berpindahnya kantor pemerintahan Republik di bawah pimpinan Gubernur Tengku M. Hassan ke Pematangsiantar.
Selain itu, nama Waspada juga terkait dengan lemahnya kekuatan delegasi Indonesia dalam perundingan dengan petinggi Belanda.
Perjanjian pemerintah RI dengan Belanda berujung pada kekalahan yang diputuskan perluasan wilayah kekuasaan Belanda agar terhindar dari gangguan tentara rakyat di Medan. Dalam hal ini pemerintah tidak "Waspada" terhadap strategi Belanda yang justru memberikan kerugian besar bagi para pejuang.
Alami Pembredelan
Pertama kali terbit, surat kabar Waspada mencetak 1.000 eksemplar meskipun dengan format setengah halaman. Selama berdirinya Waspada, koran ini kerap dibredel karena melawan Belanda.
Ketika Orde Lama, perjalanan surat kabar di Indonesia tidaklah mudah. Kesulitan ini juga dialami koran Waspada yang harus ekstra keras untuk bisa terbit secara mandiri. Belum lagi sulitnya mendapat bahan baku kertas yang harus impor terlebih dahulu.
Alami Pembredelan
Atas dedikasi dalam memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia, pemerintah Indonesia menganugerahi penghargaan kepada Mohammad Said berupa: Penghargaan Satya Penegak Pers Pancasila dari PWI (1985), Peniti Emas dari Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) Pusat atas jasanya ikut mendirikan SPS di Solo pada tahun 1946 dan membantu pembentukan SPS Cabang Sumut.
Sedangkan Hj. Ani Idrus-tokoh pers empat zaman sejak zaman kemerdekaan, orde lama, orde baru, dan reformasi dianugerahi Satya Lencana Penegak Pers Pancasila.