Kenalan dengan Geopark Maros-Pangkep, Kompleks Bebatuan Kapur yang Mirip Menara
Keindahan karst Maros-Pangkep bahkan diakui ilmuwan geologi dunia, Alfred Russel Wallace sejak abad ke-19 silam.
Geopark Maros-Pangkep di Kelurahan Leang Leang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan jadi salah satu taman geologi dunia yang diakui UNESCO sebagai Global Geopark Network 2023.
Satu kekhasan di sini adalah kompleks bebatuan kapurnya yang berderet dan menjulang tinggi menyerupai menara. Letaknya berada di tengah-tengah sawah dan sungai, sekaligus sebagai tempat hidup hewan aneka flora dan fauna di sana.
-
Apa yang menjadi ciri khas dari Geopark Silokek di Sumatra Barat? Salah satu destinasi wisata di Kabupaten Sijunjung ini memiliki berbagai peninggalan sejarah berupa tebing-tebing tinggi dari bebatuan tua zaman Paleozoikum.
-
Apa yang dibahas dalam Munas Badan Pengelola Geopark se-Indonesia? Dalam munas tersebut dibahas sejumlah agenda. Antara lain penguatan kelembagaan dan jejaring Geopark Indonesia, serta pembahasan program pendukung konservasi Geopark.
-
Siapa yang hadir dalam Munas Badan Pengelola Geopark se-Indonesia? Munas dihadiri perwakilan 29 badan pengelola geopark di Indonesia. Badan Pengelola Geopark seluruh Indonesia kumpul di Banyuwangi mengikuti Musyawarah Nasional (Munas), Jumat (7/7/2023).
-
Kapan Geopark Silokek ditetapkan sebagai Taman Bumi? Geopark Silokek telah ditetapkan sebagai Taman Bumi oleh Kemenparekraf sejak tahun 2018 lalu, bersamaan dengan Geopark Sawahlunto dan Geopark Ngarai Sianok-Maninjau.
-
Dimana lokasi Geopark Merangin berada? Berada di sentral Pulau Sumatra, Geopark Merangin ini memiliki luas sekitar 4.832,32 km persegi yang hampir ditutupi oleh dataran dengan puncak tertingginya berada di Gunung Masurai dengan ketinggian 2.900 mdpl.
-
Dimanakah Geopark Silokek terletak di Sumatra Barat? Geopark dengan luas 130.000 hektare atau 1.300 kilometer ini berada di dua kecamatan yakni Sumpur kudus dan Sijunjung.
Menurut cerita, kawasan ini dahulunya merupakan lautan. Struktur karst yang tumbuh adalah bagian dasarnya dan serupa dengan terumbu karang yang kemudian berproses secara alami sehingga menjadi sebuah daratan.
Pengunjung juga akan disuguhkan dengan kearifan lokal khas setempat, melalui desa wisata Rammang-Rammang yang eksotis.
Menyusuri Sungai Menikmati Keindahan Gugusan Karst Menjulang
Saat pertama menginjakkan kaki di Geopark Maros-Pangkep, pengunjung langsung diajak melihat secara dekat bagaimana wajah taman bumi yang terbentuk secara alami.
Salah satu andalannya adalah menggunakan transportasi perahu mesin kecil, untuk melalui rute Sungai Pute dengan panjang total sekitar 211 km persegi.
Mengutip situs geoparkmarospangkep.id, sungai ini merupakan rute transportasi andalan masyarakat lantaran kawasan geopark dan perkampungan dikelilingi sungai. Warga pun banyak yang hidup dari hasil tangkapan dan pertanian di sana.
- Luas dan Ketinggiannya Kian Menyusut, Gumuk Pasir Parangtritis Segera Direstorasi demi Wujudkan Geopark Nasional
- Mengunjungi Situs Masjid Keramat & Sentra Dodol Kandangan di Geopak Meratus Kalsel
- Serunya Berkunjung ke Museum Karst Wonogiri, Jadi yang Pertama di Indonesia dan Terbesar se-Asia Tenggara
- Menjelajahi Kekayaan Alam di Geopark Meratus, dari Hutan Hujan hingga Mata Air Panas Non Vulkanik
Melihat Ribuan Kelelawar Bermigrasi
Selain menyaksikan keindahan deretan bukit karst dari atas Sungai Pute, pengunjung juga akan disuguhkan aktivitas ribuan kelelawar yang bermigrasi setiap harinya.
Mengutip YouTube Kemenparekraf, ribuan kelelawar ini biasanya keluar gua pada petang hari dan kembali lagi keesokan harinya sekitar pukul 07:00 WITA.
Di sana juga terdapat momen tak terduga, yakni terjadinya rantai makanan antara burung elang dan kelelawar yang tengah berterbangan. Pemandangan ini jadi daya tarik yang tak boleh dilewatkan saat berwisata ke sini.
Menyaksikan Lukisan Tangan Purba di Gua Karst
Menyusuri lebih dalam lagi, masih terdapat keajaiban yang disuguhkan di Geopark Maros-Pangkep yakni lukisan tangan dari manusia purba. Kemudian ada juga lukisan hewan menyerupai babi, yang diperkirakan sebagai hasil buruan di zaman itu.
Jejak-jejaknya bisa disaksikan secara jelas di gua Leang Pettae dan tersebar di beberapa titik yang masih dalam satu kawasan.
Menurut para arkeologi, jika dilihat dari bentuknya yang cukup kecil diduga lukisan ini berasal dari anak-anak di zaman purba jutaan tahun silam.
Menjelajahi Kerajaan Kupu-Kupu
Tak jauh dari lokasi karst, terdapat tempat lainnya yak menarik yakni Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Tempat ini biasa dikenal sebagai kerajaan kupu-kupu, karena ditangkarkan berbagai jenis hewan cantik tersebut.
Kupu-kupu yang khas dan bisa disaksikan di antaranya Appias Nero yang memiliki warna kuning kemerahan serta Graphium Milon.
âJadi kalau spesies kupu-kupu Graphium ini dia sukanya memang di pasir. Nah kalau yang biasa di bunga-bunga itu jenisnya Pappilio. Jadi tidak semua kupu-kupu senang hinggap di bunga,â kata Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia Kabupaten Maros, Risman.
Ada Kadal Purba
Masih di kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, terdapat hewan endemik khas Sulawesi bernama Soa-Soa. Rupanya hewan ini sejenis kadal purba, dengan warna hitam pekat dan putih di perutnya.
Sehari-hari, hewan ini biasa ditemukan di sekitaran sungai. Itu karena, Soa-Soa biasa memangsa ikan-ikan kecil serta serangga yang hinggap di atas air sungai.
âIni nama latinnya Hydrosaurus Celebensis, ini sudah hampir punah ya dan termasuk hewan purba,â kata Risman.
Jadi Kawasan Karst Terbesar dan Terindah Kedua di Dunia
Merujuk situs ksdae.menlhk.go.id, kawasan karst di Geopark Maros-Pangkep telah dikenal sebagai daerah karst terbesar dan terindah kedua di dunia setelah di China Selatan yang memiliki luas ±46.200 ha.
Total luas kawasan karst Maros-Pangkep adalah ±22.800 ha KKMP termasuk dalam kawasan Taman Nasional (TN) Bantimurung Bulusaraung. Keindahan ini juga membuat geopark ini dikenal dunia, bahkan sejak zaman penjajahan Belanda.
Seorang Alfred Russel Wallace yang merupakan seorang naturalis sekaligus penjelajah, geografer, antropolog, biolog, dan ilustrator berkebangsaan Inggris bahkan menuangkan kekagumannya terhadap karst Maros-Pangkep lewat sebuah tulisan di tahun 1869.
"Ngarai, jurang, dan tebing di sini berlimpah, aku tidak melihatnya di tempat lain di Nusantara. Permukaan miring hampir tidak dapat ditemukan di mana saja, dinding besar dan massa kasar batu mengakhiri semua gunung dan melingkungi lembah. Di banyak bagian ada tebing vertikal atau bahkan menjorok lima atau enam ratus meter tingginya, namun dibungkus rapat-rapat dengan permadani vegetasi,â kata ilmuwan yang mencetuskan teori evolusi lewat seleksi alam itu.
Ini jadi bukti bahwa Indonesia kaya akan fenomena geologi yang indah dan mengagumkan sehingga perlu dirawat.
- Konsumsi Sabu, Pria di Medan Ini Habisi Pasangan Usai Berhubungan Intim
- 12 Peserta Program Pertukaran Pelajar Medan ke Gwangju Korsel, Ini Pesan Bobby Nasution
- Pilkada Jatim, Risma Bakal Terapkan SLTA Tanpa Bayar dan Makan Siang Gratis
- Nestapa Petani di Bromo, Diperintah Rawat Tanaman Ternyata Ladang Ganja Berujung Bui
- Gempa Bumi 5,3 Magnitudo Guncang Padang Sidempuan
Berita Terpopuler
-
VIDEO: Jokowi Tak Mau Buru-Buru soal Pindah ke IKN "Pindahan Rumah Ruwetnya Saja Kayak Gitu"
merdeka.com 19 Sep 2024 -
VIDEO: Jokowi soal Pindah ke IKN "Semua Harus Dipersiapkan, Tinggal Bawa Baju"
merdeka.com 19 Sep 2024 -
Respons Jokowi soal Seskab Definitif Pengganti Pramono Anung
merdeka.com 19 Sep 2024 -
Jokowi: Pekerjaan akan Hilang 85 Juta di Tahun 2025, Muncul Otomasi & AI
merdeka.com 19 Sep 2024 -
Jokowi Cerita Sempat Dibisiki 'Hati-hati Digulingkan' Saat Ingin Ambil Alih Freeport
merdeka.com 19 Sep 2024