Melihat Balairung Sari Tabek, Bukti Tumbuhnya Prinsip Demokrasi di Tanah Minangkabau
Jauh dari sebelum masa kemerdekaan Indonesia, prinsip demokrasi sudah lebih dulu lahir di dalam lapisan masyarakat Minangkabau.
Jauh dari sebelum masa kemerdekaan Indonesia, prinsip demokrasi sudah lebih dulu lahir di dalam lapisan masyarakat Minangkabau.
Melihat Balairung Sari Tabek, Bukti Tumbuhnya Prinsip Demokrasi di Tanah Minangkabau
Sebelum terbentuknya Indonesia menjadi negara kesatuan, sistem pemerintahan dahulu masih berbentuk sebuah kerajaan. Namun, tidak ada yang menduga jika prinsip demokrasi yang kita terapkan hari ini ternyata sudah berlangsung sejak lama.
Di Tanah Minang, terdapat sebuah bangunan yang menjadi saksi ditegakkannya prinsip demokrasi yang bernama Balairung Sari Tabek. Letaknya berada di Jorong Tabek, Nagari Tabek, Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar.
(Foto: Wikipedia)
-
Bagaimana sejarah Museum di Puro Mangkunegaran? Museum ini terletak tak jauh dari Balai Kota Solo, berdasarkan sejarahnya, museum ini sudah dibangun sejak tahun 1867 dan dulunya digunakan sebagai kantor untuk De Javasche Bank Agentschap Soerakarta.
-
Apa arti dari sebutan "Inyiak Balang" untuk Harimau dalam budaya Minangkabau? Julukan atau penyebutan khusus tersebut menjadi bentuk dari penghormatan masyarakat Minang kepada hewan tersebut. Penggunaan kata "Inyiak" sendiri tidak main-main. Pasalnya "Inyiak" dalam bahasa Minang disebut sebagai panggilan kehormatan untuk tetua yang sudah setara dengan kakek atau bapak. Sementara "Balang" mengarah pada kulit belang Harimau.
-
Apa bukti sejarah yang menunjukan kebesaran Purnawarman? “Inilah (tanda) sepasang telapak kaki yang seperti kaki Dewa Wisnu (pemelihara) ialah telapak yang mulia sang Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia”.
-
Apa itu peribahasa Minangkabau? Sebuah pepatah umumnya berisi pesan dan makna yang diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi hidup. Setiap daerah bahkan punya pepatahnya masing-masing. Salah satunya adalah pepatah Minang.
-
Bagaimana KEK Singhasari memanfaatkan sejarah? Keunggulan lain dari KEK Singhasari yakni adanya sektor pariwisata dengan tema heritage and sejarah. Hal ini dilatarbelakangi nilai situs sejarah kerajaan Singhasari.
-
Bagaimana cara penduduk Desa Nagari Pariangan mempertahankan budaya dan sejarah mereka? Dalam menjunjung tinggi nilai sejarah, masyarakat setempat pun bisa menjadikan situs peninggalan hanya dengan sepetak sawah saja. Seperti sawah milik Gadang Satampang Baniah merupakan sawah pertama yang dibuka untuk leluhur masyarakat Minang yang dijadikan cagar budaya.
Sampai detik ini bangunan bersejarah tersebut masih berdiri kokoh meski harus diterpa zaman dan modernisasi. Bangunan yang kental dengan kebudayaan Minang ini diyakini menjadi balai adat tertua di Minangkabau.
Lantas, seperti apa sejarah dan eksistensi Balairung Sari Tabek ini? Simak informasi selengkapnya yang dirangkum merdeka.com dari berbagai sumber berikut.
Asal-usul Balairung
Mengutip situs kebudayaan.kemdikbud.go.id, penegakan demokrasi di Tanah Minang ini tak lepas dari kehadiran Medan nan Bapaneh dan Medan nan Balinduang.
Bagi masyarakat Minang, balai ini dikenal sebagai Medan nan Balinduang. Kata "Medan" mengandung arti tempat orang berkumpul, sedangkang "Balinduang" adalah tempat yang tertutup. Di tempat inilah dilangsungkannya pertemuan untuk musyawarah dan berunding suatu perkara.
Bangunan dengan ukuran 18 x 4,4 meter ini diyakini sebagai balai adat tertua di Minangkabau yang konon didirikan pada sekitar abad 15 yang lalu.
Di Balairung inilah para tetua adat untuk mengambil keputusan terkait permasalahan yang terjadi pada masyarakat mereka.
Bangunan Penuh Filosofis
Balairung Sari Tabek ini terbuat dari kayu dan beratapkan ijuk. Selain itu, desain lantai panggung yang datar dan memanjang ini diartikan bahwa setiap orang memiliki kah yang sama dalam bermusyawarah.
Dari bangunan ini pula menjadi bagian dari representasi pepatah Minang yaitu "Duduk Sama Rendah, Berdiri Sama Tinggi.
(Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id)
- Mengenal Sosok I Nyoman Nuarta, Seniman di Balik Kemegahan Istana Garuda IKN
- Menyusuri Makam Lareh Canduang, Saksi Eksistensi Jabatan Adat Buatan Belanda di Minangkabau
- Mengenang Momen Pengumuman Hari Lebaran di Masa Awal Kemerdekaan Indonesia
- Kisah Burung Berpangkat Letnan Paling Berjasa Bagi Pejuang Indonesia Sampai Tewas Ditembak di Hadapan Komandan
Kemudian, bagian bangunan yang paling merepresentasikan konsep demokrasi adalah setiap ruangannya tidak disekat ataupun dinding penutup. Artinya tidak ada hal-hal yang bersifat rahasia dalam setiap jengkal diskusi dan pengambilan keputusan.
Arsitektur Sederhana
Selain berbahan dasar kayu dan ijuk sebagai atapnya, bentuk Balairung Sari Tabek ini ditopang dengan tiang-tiang berjumlah 18 pasang dengan tinggi kurang lebih 3 meter dan tinggi panggung kira-kira 1 meter.
Dari segi arsitektur, bangunan ini berdiri dengan sistem "Pasak" yang mampu menahan dari guncangan gempa dan bencana alam lainnya. Hal ini juga berangkat dari lokasi Tanah Datar yang berada di jalur lempeng bumi.
Bertahan di Era Modernisasi
Konsep demokrasi yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu ini tentu akan menghadapi tantangan setiap waktu, begitu juga dengan Balairung ini. Kini, bangunan tersebut dikelola langsung oleh pemerintah dan sudah terdaftar sebagai cagar budaya.
Eksistensi Balairung ini juga masih terjaga dengan baik. Masyarakat sekitar masih menggunakan bangunan ini sebagai tempat untuk berunding, berkumpul, dan melakukan pertemuan adat.
Selain itu, bukan hanya masyarakat sekitar saja yang memanfaatkan Balairung, orang-orang dari luar Tanah Datar pun rela datang untuk berkumpul dan mengadakan rapat di tempat yang penuh sejarah dan nilai-nilai budaya.