Melihat Keindahan Masjid Jamik Taluak Bukittinggi, Perpaduan Corak Budaya Islam dan Minangkabau
Bangunan masjid yang berada di perbatasan kota Bukittinggi ini dibangun pada abad ke-19 oleh seorang ulama bernama H. Abdul Majid.
Bangunan masjid yang berada di perbatasan kota Bukittinggi ini dibangun pada abad ke-19 oleh seorang ulama bernama H. Abdul Majid.
Melihat Keindahan Masjid Jamik Taluak Bukittinggi, Perpaduan Corak Budaya Islam dan Minangkabau
Sumatra Barat kental dengan kebudayaan Islam tentu tidak lepas dari bangunan peninggalan yang kini masih dapat dijumpai dengan corak akulturasi budaya lokal dan agama Islam.
Salah satu bangunan dengan corak budaya Islam yang kini masih cukup eksis adalah Masjid Jami Taluak Bukittinggi. Bangunan ini terletak di Nagari Taluak IV Suku, Kecamatan Banuhampu, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Masjid ini cukup kental dengan percampuran budaya Minang dan Islam.
(Foto: Wikipedia)
-
Bagaimana Masjid Langgar Tinggi dirawat? Kendati sudah tiga kali diperbaiki, namun Assegaf tak mau bentuk aslinya diubah. Ia menginginkan agar bangunan menjadi warisan Islam zaman perdagangan di abad ke-19, sebagai bekal informasi bagi anak cucu.
-
Kapan Masjid Pecinan Tinggi Banten dibangun? Tahun pembangunan diperkirakan pada 1552, atau empat tahun sebelum pendirian Masjid Agung Banten lama pada 1556.
-
Kenapa Masjid Langgar Tinggi dibangun? Agar mudah melakukan syiar, para pedagang asal Yaman pun membangun sebuah musala sederhana yang kini menjadi Masjid Langgar Tinggi.
-
Di mana Masjid Agung Palembang terletak? Masjid Agung ini merupakan bagian dari peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin I atau biasa dikenal dengan Jayo Wikramo.
-
Kenapa Masjid Saka Tunggal dibangun? Untuk memperingati 1.000 hari meninggalnya Adipati, didirikanlah masjid tersebut.
-
Apa keunikan Masjid Langgar Tinggi? “Jadi kenapa namanya Langgar Tinggi, karena tempat salatnya di atas. Pada saat itu belum ada tempat salat yang di atas (lantai dua), maka dinamai Langgar Tinggi. Lantai bawahnya buat tempat istirahat pedagang,” terang Assegaf.
Dulunya masjid ini begitu ikonik, sampai-sampai bangunan ini paling banyak diabadikan ketika selama masa Pemerintahan Hindia Belanda yang dikoleksi oleh Tropenmuseum di Amsterdam.
Saat ini, Masjid Jamik Taluak Bukittinggi berada dalam pengelolaan Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Sumatra Barat, Riau.
Berdiri Sejak Abad 19
Mengutip situs kebudayaan.kemdikbud.go.id, bangunan masjid ini dulunya dibantu oleh masyarakat setempat sekitar tahun 1870 yang dipimpin oleh seorang ulama bernama H. Abdul Majid. Tokoh yang satu ini kini makamnya berada tepat di bekalang masjid.
Bangunan ini terdiri dari tiga bangunan pokok, yaitu bangunan masjid itu sendiri, Mihrab, dan juga menara. Pada bagian atap, terdiri dari tiga bahan seng, sementara bagian Mihrabnya berbentuk kubah.
Pada ruangan utama terdapat 5 tiang utama, 4 diantara berbentuk denah bujur sangkar dan satu tiang berada di tengahnya. Sementara itu, bentuk tiang kubus pada bagian bawah dan persegi delapan ada pada bagian tengah, dan puncaknya berbentuk pelipit.
Arsitektur Kental Budaya Minang
Dari segi arsitektur, bangunan masjid ini secara umum dipengaruhi oleh corak budaya Minang. Kemudian, pengaruh budaya Arab mulai datang ketika dibangunnya Minaret atau menara masjid kemudian disusul dengan pembuatan Fasad.
Pada bagian seluruh atap, termasuk atap ruang salat kecuali atap Minaret, berbentuk piramida berundak-undak, yang umum dimiliki masjid-masjid tua di Nusantara.
- Jadi yang Tertua di Kalimantan Barat, Ini Sejarah Masjid Jami Sultan Syarif Abdurrahman
- Menilik Masjid Tuo Ampang Gadang, Saksi Bisu Perkembangan Agama Islam Hingga Perjuangan Imam Bonjol
- Keunikan Masjid Merah Kedung Menjangan, Padukan Budaya Cirebon, Tiongkok dan Kudus
- Mengunjungi Masjid Agung Ponorogo, Dulunya Musala Tempat Ulama Bersembunyi dari Kekejaman Kolonial Belanda
Bedanya dengan atap masjid lainnya dibuat lebih miring dan permukaan yang cekung, sehingga cocok untuk bangunan di daerah beriklim tropis karena mampu mengalirkan air hujan dengan cepat.
Untuk bagian Minaret, ada tiga bagian yang di dalamnya terdapat tangga berbentuk spiral. Lalu dindingnya dipenuhi hiasan bercorak Arab dan Persia. Konon, munculnya Minaret ini dikenalkan oleh reformis Islam yang dikenal dengan nama Kaum Paderi.
Terdapat Kolam Unik
Di dalam masjid ini terdapat tiga kolam atau disebut Luhak dalam bahasa setempat yang berfungsi untuk mengambil wudu, dan biasanya di dalamnya juga dipelihara berbagai jenis ikan air tawar.
Letak dari Luhak ini berada di sisi depan, samping kanan, dan belakang. Selain itu, terdapat bangunan beratapkan runcing dan berbahan ijuk yang berfungsi sebagai lumbung.
Dari bangunan tersebut membuktikan pada zaman dahulu bangunan ini tidak jauh dari aktivitas masyarakat muslim maupun kehidupan sosial-ekonomi daerah setempat.