Didirikan pada Masa Awal Kerajaan Mataram Islam, Masjid Tua di Sleman Ini Telah Berusia 4 Abad
Di belakang masjid, terdapat makam Panembahan Purbaya I, putra dari Panembahan Senopati
Masjid Sulthoni Wotgaleh terletak di Dusun Noyokerten, Kalurahan Sendangtirto, Kapanewon Berbah, Sleman. Masjid ini merupakan salah satu masjid tertua yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Mengutip situs Jogjaprov.go.id, masjid ini didirikan pada masa Kerajaan Mataram Islam tahun 1600. Saat itu, pembangunan masjid ini difungsikan sebagai Masjid Pathok Negara atau batas terluar wilayah kerajaan. Di belakang masjid ini terdapat makam tua Hastana Wotgaleh. Di sana dimakamkan Panembahan Purbaya I, putra dari Panembahan Senopati, raja pertama Kerajaan Mataram Islam.
-
Kapan Masjid Agung Sumenep dibangun? Masjid Agung Sumenep merupakan salah satu masjid tua di Indonesia. Kini, masjid yang didirikan pada tahun 1785 itu sudah berusia lebih dari dua abad.
-
Dimana masjid tertua ini berada? Tim Arkeolog Israel menemukan sebuah masjid kuno langka di Kota Rahat, Badui Negev, Israel.
-
Siapa pendiri Masjid Agung Sumenep? Pantangan Mengutip situs repositori.kemdikbud.go.id, Panembahan Sumala atau PanembahanNatakusuma, sang pendiri masjid mewakafkanmasjid ini kepada umat Islam secaraluas untuk digunakan beribadah, bukanhanya untuk warga kerajaan saja.
-
Kapan Masjid Al-Mahmudiyah Suro dibangun? Dikutip dari berbagai sumber, masjid ini didirikan oleh seorang ulama besar bernama KH. Abudrahman Delamat atau Ki Delamat di atas tanah wakaf miliki Kiai Kiagus H. Khotib Mahmud sekitar tahun 1889.
-
Dimana Masjid Agung Sumenep berada? Mengutip duniamasjid.islamic-center.or.id, pola ekletis ini merepresentasikan keberagaman etnis masyarakat yang tinggal di daerah penghasil garam tersebut.
-
Dimana masjid bersejarah itu berada? Situs ini merupakan sebuah masjid yang dibangun dari tanah dan batu oleh dinasti abad pertengahan yang berkuasa di Afrika Utara dan Spanyol.
Lantas apa saja keunikan dari masjid ini? Berikut selengkapnya:
Sejarah Masjid Sulthoni Wotgaleh
Masjid Sulthoni Wotgaleh berlokasi persis di selatan Bandara Adisutjipto Yogyakarta. Mengutip akun Facebook Sejarah Jogja, awalnya bangunan itu merupakan sebuah langgar yang didirikan pada sebuah tanah kosong di utara Kotagede. Namun saat Sultan HB VII bertakhta, langgar itu dipugar dengan gaya arsitektur mirip Kerajaan Demak.
Kata “Wotgaleh” pada masjid itu mengacu pada dua kata yaitu “wot” yang berarti jembatan, dan “galeh” yang artinya hati. Bila digabungkan, “Wotgaleh” memiliki arti tempat bagi orang-orang yang ingin menguatkan hati dan mencapai kesabaran lahir batin.
Mengalami Perubahan Bentuk
Seiring berjalannya waktu, Masjid Sulthoni Wotgaleh sudah mengalami perubahan yang sangat signifikan. Seluruh lantai masjidnya sudah diganti dengan keramik berwarna putih. Di bagian dalam ruangan utama juga sudah diberi keramik setinggi 1 meter hingga bagian mihrab.
Empat buah saka guru yang menopang bagian atap beserta umpaknya masih dalam kondisi asli. Bagian tumpang sari tampak telah diberi tambahan elemen kayu baru dan dipernis sehingga tampak mengkilat.
Secara bentuk keseluruhan bangunan Masjid Sulthoni Wotgaleh masih mempertahankan bentuk aslinya. Hanya saja perbaikan yang dilakukan tidak sesuai aturan yang ada dan mengalami beberapa penambahan.
Mitos Pesawat Jatuh
Keberadaan masjid itu tak lepas dari keberadaan makam Pangeran Purboyo I selama hidupnya, putra Panembahan Senopati itu lebih cenderung suka menyendiri dan memperkaya diri dengan “olah kanuragan” serta olah pikir dan jiwa. Beberapa masyarakat menganggap Pangeran Poerboyo adalah orang yang sakti. Kesaktian Pangeran Poerboyo ini menyebar di masyarakat luas, sehingga banyak masyarakat yang menganggap Masjid Sulthoni Wotgaleh merupakan tempat yang suci dan sakral.
Karena itulah keberadaan masjid dan makam tua ini tak luput dari mitos. Mitos yang cukup populer bagi warga di sana adalah jika ada pesawat yang melintas di kawasan masjid, maka pesawat itu akan jatuh. Insiden pesawat jatuh di dekat area masjid pun sudah terjadi beberapa kali.