Mengenal Jernang, Tumbuhan Unik yang Jadi Sumber Ekonomi Masyarakat Orang Rimba Jambi
Tumbuhan merambat yang hidup di hutan tropis ini telah dibudidaya oleh masyarakat Orang Rimba sebagai salah satu sumber pendapatan mereka.
Indonesia begitu kaya akan keanekaragaman tumbuhan yang sangat bermanfaat bagi manusia, baik itu dari segi ekonomi maupun kehidupan sehari-hari. Di hutan dataran rendah Jambi terdapat satu tumbuhan yang dimanfaatkan oleh Orang Rimba, yaitu Jernang atau Dhaemorhop draco.
Jernang biasa juga disebut dengan Dragon Blood yang masih termasuk dalam golongan jenis rotan. Meski demikian, Jernang banyak dipanen bagian buahnya untuk digunakan dalam bahan baku pewarna industri.
-
Bagaimana Bunga Jeumpa diperbanyak? Perbanyakan Bunga Jeumpa ini dapat dilakukan dengan melalui biji yang tumbuh kurang lebih 3 bulan sesudah biji disebar.
-
Kenapa Jurig Jarian muncul? Legenda ini mengisahkan bahwa Jurig Jarian adalah hasil energi negatif yang berkumpul di lokasi tersebut.
-
Kapan Jumbrek di kukus? Langkah selanjutnya yaitu masukkan adonan yang sudah berbentuk terompet ke dalam dandang untuk mengukus. Kemudian tunggu sampai 30 menit.
-
Bagaimana Jaka Sembung melawan Ki Hitam? Akhirnya Jaka Sembung teringat pesan gurunya, Ki Sapu Angin yang menyebut jika ilmu rawa rontek bisa rontok saat pemiliknya tewas dan tidak menyentuh tanah. Di film itu, Jaka Sembung kemudian menebaskan parang ke tubuh Ki Hitam hingga terpisah, dan menusuknya agar tidak terjatuh ke tanah.
-
Sapa sing iso ngerti tebak-tebakan lucu Jawa? Tebak-tebakan dalam bahasa Jawa dapat menjadi sarana untuk memahami kebudayaan yang satu ini.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
Orang Rimba yang terkenal dekat dengan hutan ini memanfaatkan Jernang sebagai sumber penghasilan mereka. Sejak dulu Orang Rimba memanen Jernang untuk dibarter dengan kain maupun makanan. Tak tanggung-tanggung, beberapa dari mereka memiliki lahan sendiri untuk ditanami tumbuhan merambat yang satu ini.
Dengan ketergantungan terhadap hutan, Orang Rimba hidup berdampingan dengan Jernang. Selain bermanfaat bagi ekonomi mereka, tumbuhan ini juga turut dilestarikan dengan cara membudidayakannya.
Karateristik Jernang
Dihimpun dari berbagai sumber, Jernang memiliki nilai jual yang begitu tinggi. Tumbuhan merambat ini hidup di ketinggian sekitar 800 meter di atas permukaan laut. Hutan dataran rendah Jambi merupakan rumah yang cocok bagi Jernang.
Seperti halnya rotan, Jernang bisa tumbuh hingga setinggi 25 meter mengikuti pohon inangnya. Selain itu, Jernang juga membutuhkan pohon pelindung, mereka tidak akan tumbuh tanpa adanya pohon besar. Dari segi penanaman, Jernang tergolong mudah karena bisa tumbuh di tanah lembab tanpa perawatan khusus.
Biasanya Jernang bisa panen selama 2 kali dalam setahun. Momen ini sangat dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Orang Rimba untuk dijual kembali dengan nilai tinggi. Namun, lahan hutan yang mulai menyusut keberadaan tumbuhan ini pun sudah semakin sedikit.
- Mengenal 'Serangan Fajar' dan Sanksi Bagi Pemberi dan Penerima di Pilkada 2024
- Ekonomi Lemah, Wanita Paruh Baya di Kampung Terpencil Ini Tidak Tahu Nilai Rupiah
- Ekonomi Thailand Amburadul, Banyak Masyarakat Terjerat Utang dan Tak Mampu Bayar
- Mengenal Suku Togutil, Kelompok Etnis yang Hidup secara Nomaden di Kawasan Hutan Pulau Halmahera
Penghasil Jernang
Mengutip situs ANTARA, Orang Rimba sudah sejak lama dikenal sebagai penghasil Jernang. Sampai sekarang mereka masih menjalankan tradisi peninggalan nenek moyang mereka dan kehidupannya sangat bergantung pada hutan.
Jernang, bagi Orang Rimba adalah salah satu sumber pendapatan mereka di samping seluruh kebutuhan hidupnya diambil dari hutan. Biasanya hasil jualan Orang Rimba akan digunakan untuk membeli bahan kebutuhan yang tak tersedia di hutan seperti gula, kopi, dan kebutuhan lainnya.
Berkurangnya Lahan Hutan
Pemanfaatan Jernang semakin hari semakin berkurang, hal ini dikarenakan lahan hutan alami yang menjadi habitatnya sudah hilang satu per satu. Hal tersebut turut dirasakan oleh Orang Rimba yang sudah merasakan kesulitan memanen Jernang.
Mirisnya lagi, beberapa masyarakat setempat harus rebutan dalam memanen buahnya untuk dijual kembali. Padahal, bagi mereka berebut hasil hutan adalah pantangan yang harus ditegakkan. Dari segi ekonomi, Orang Rimba turut merasakan kesulitan karena Jernang adalah salah satu pendukung pendapatan sehari-hari.
Namun kondisi ini juga yang mendorong Orang Rimba untuk mengambil jernang muda, jernang yang menghasilkan resin sedikit dan kualitas yang tidak kalah bagusnya.
Agar Jernang terus hidup di tengah maraknya hutan yang menipis, akhirnya terdapat pelatihan dan inisiatif dari masyarakat setempat untuk melakukan budi daya Jernang. Penyuluhan dan pelatihan kepada Orang Rimba terus digalakkan agar dapat memanen buah Jernang dengan kualitas terbaik.