Mengenal Kiras Bangun, Pahlawan Nasional Asal Tanah Karo
Pada 2005, nama Kiras Bangun ditetapkan menjadi salah satu Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Pada 2005, nama Kiras Bangun ditetapkan menjadi salah satu Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Mengenal Kiras Bangun, Pahlawan Nasional Asal Tanah Karo
Ia berjuang demi kemerdekaan Indonesia dengan cara menggalang kekuatan lintas agama di Sumatra Utara khususnya Kabupaten Karo.
Pria kelahiran 1852 itu adalah ayah kandung dari Payung Bangun, seorang tokoh militer yang memimpin pasukan Barisan Harimau Liar atau BHL.
Penasaran dengan profil Kiras Bangun? Simak rangkuman selengkapnya yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini.
Masa Muda
Mengutip dari beberapa sumber, pada masa mudanya Kiras kerap berkelana dari satu desa ke desa lain untuk memelihara norma, adat, dan budaya setempat.
Berkat usahanya tersebut, ia berhasil menyatukan seluruh masyarakat yang diberi nama pasukan Urung. Pasukan tersebut dibentuk untuk melawan Belanda di Tanah Karo.
-
Kapan Rohana Kudus mendirikan surat kabar Soenting Melajoe? Sebagai jurnalis perempuan pertama di Indonesia, Rohana Kudus mendirikan surat kabar khusus perempuan yang ia pimpin sendiri, bernama Soenting Melajoe pada 10 Juli 1912.
-
Siapa yang diduga berselingkuh dalam berita tersebut? Tersandung Dugaan Selingkuh, Ini Potret Gunawan Dwi Cahyo Suami Okie Agustina Gunawan Dwi Cahyo suami Okie Agustina kini sedang menjadi sorotan usai foto diduga dirinya menyebar di sosial media.
-
Apa yang menjadi sorotan Kantor Berita Amerika tentang OKU Timur? Potensi perikanan terutama kampung patin yang ada di OKU Timur menjadi lirikan dunia Internasional, di mana tim dari Kantor Berita Amerika Associated Press beraudensi dan wawancara bersama Bupati OKU Timur H Lanosin ST, Senin 24 Juli 2023 di Ruang Budensi Bupati OKU Timur.
-
Apa saja yang ditemukan di Situs Banten Girang sebagai bukti peradaban di masa lampau? Di area tersebut terdapat kompleks bangunan, arca hingga makam dari tokoh agama yang cukup berpengaruh kala itu.
-
Bagaimana pernyataan tersebut dibantah? Seorang dokter kulit di negara bagian Maryland, AS yang berspesialisasi dalam terapi cahaya untuk penyakit kulit membantah klaim kacamata hitam yang dikaitkan dengan kanker."Apakah kacamata hitam yang menghalangi sinar UV bersifat melindungi? Ya. Apakah ada bukti bahwa memakai kacamata hitam berbahaya bagi kesehatan mata atau kulit? Tidak," dikutip dari AFP.
-
Apa kabar terbaru dari Nunung? Nunung bilang badannya sekarang udah sehat, ga ada keluhan lagi dari sakit yang dia alamin. Kemo sudah selesai "Nggak ada (keluhan), karena kemo-nya sudah selesai sudah baik, aman, Alhamdulillah," tuturnya.
Selain itu, ia juga dikenal sebagai juru damai antar desa lantaran sosoknya terkenal lihai dan jago dalam menyelesaikan masalah di masyarakat.
Tak heran jika Kiras Bangun bisa menyatukan desa-desa lalu menjadikannya pasukan atau Urung untuk melawan penjajah Belanda yang ingin melakukan ekspansi hingga ke Tanah Karo.
Julukan Garamata
Kiras Bangun punya julukan Garamata yang berarti mata merah. Hal ini berkaca dari aktivitasnya sejak usia muda yang terus berkelana dari desa ke desa untuk mewujudkan rasa kekeluargaan.
Selain itu, kunjungan itu juga bagian dari ikatan kekerabatan warga Merga Silima serta terpeliharanya norma-norma adat budaya Karo dengan baik.
Bernegosiasi dengan Belanda
Pada tahun 1870, Belanda sudah mulai menguasai daerah Sumatra Timur yaitu Langkat dan Binjai untuk membuka perkebunan tembakau. Belanda direncakan akan kembali melakukan ekspansi ke Karo.
Dari situ, eksistensi Kiras Bangun akhirnya sampai ke telingan pihak Belanda. Maka dari itu, pihak Belanda mencoba untuk menjalin persahabatan dengan Kiras agar Belanda bisa masuk ke wilayah Karo.
Usut punya usut eksistensi Kiras sendiri tersebar oleh Nimbang Bangun yang masih ada ikatan kekeluargaan dengannya.
Nimbang Bangun terus mendesak Kiras untuk membukakan jalan bagi Belanda untuk melakukan aktivitas perkebunan di Karo. Namun, tekad Kiras tetap bulat yaitu menolak mereka masuk ke Karo.
Kiras terus memperingatkan Belanda untuk segera mengangkat kaki dari wilayahnya, namun mereka keras kepala. Malah, Belanda telah mempersenjatai pasukannya dan menduduki kawasan Kabanjahe. Genderang perang pun ditabuh, Kiras segera mempersiapkan seluruh pasukannya
Kiras pun berhasil mengusir Belanda setelah 3 bulan menduduki Kabanjahe. Hal ini tak lepas dari kerja sama antar kepala desa agar Belanda tidak mudah memasukinya dan melakukan ekspansi besar-besaran.
Pahlawan Nasional
Kiras gugur pada 22 Oktober 1942 dan dimakamkan di Desa Batukarang, tempat kelahirannya dulu.
Pada 2005, nama Kiras Bangun ditetapkan menjadi salah satu Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.