Mengenal Sedekah Rame, Tradisi Gotong Royong dari Melayu Lahat dalam Kegiatan Pertanian
Mengenal Sedekah Rame, Tradisi Gotong Royong dari Melayu Lahat dalam Kegiatan Pertanian.
Salah satu upacara adat di Palembang ini masih mengusung konsep gotong royong dan rangkaian acara ini dilakukan oleh para petani.
Mengenal Sedekah Rame, Tradisi Gotong Royong dari Melayu Lahat dalam Kegiatan Pertanian
Indonesia dengan berbagai macam suku bangsa tentunya memiliki upacara adat, budaya, dan tradisi yang berbeda-beda.
Lebih dari itu, kebudayan dari tiap suku tersebut sudah menjadi bagian dari identitas serta sudah mendarah daging di setiap diri masyarakatnya.
Di Sumatera Selatan kebudayaan tentu sangat kaya dan beragam. Beberapa di antaranya memiliki makna hidup yang mungkin relevan dengan zaman sekarang ini.
Salah satunya yaitu Sedekah Rame yang masih mengusung konsep gotong royong.
-
Kapan Hari Lebah Sedunia diperingati? Setiap tahun pada tanggal 20 Mei, dunia merayakan Hari Lebah Sedunia, sebuah peringatan yang mengingatkan kita semua tentang makhluk kecil yang memiliki peran besar dalam kelangsungan hidup planet kita.
-
Apa yang dilakukan warga dalam tradisi Sedekah Merapi? Ribuan warga lereng Gunung Merapi mengikuti ritual Sedekah Merapi dengan melabuhkan kepala kerbau untuk menyambut malam 1 Suro (kalender Jawa) atau 1 Muharram 1445 Hijriyah di Joglo Merapi 1, Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Boyolali, Jateng.
-
Kapan Hari Sirkus Sedunia diperingati? Hari Sirkus Sedunia yang diperingati setiap tanggal 17 April, adalah sebuah perayaan internasional yang didedikasikan untuk menghormati dan mengapresiasi seni pertunjukan sirkus serta para pemain dan seniman yang terlibat di dalamnya.
-
Kapan Hari Bersyukur Sedunia diperingati? Hari Bersyukur Sedunia (World Gratitude Day) diperingati setiap tanggal 21 September.
-
Kapan Hari Bela Negara diperingati? Setiap 19 Desember, bangsa Indonesia memperingati Hari Bela Negara.
-
Kapan Hari Lahir Pancasila diperingati? Hari Lahir Pancasila, yang diperingati setiap tanggal 1 Juni, adalah momen penting dalam sejarah Indonesia.
Sedekah Rame biasa dilakukan oleh masyarakat Melayu Lahat yang sudah menetap di Sumatera Selatan.
Dari upacara ini kita bisa menilai jika mereka masih sangat mengandalkan tuhan dalam bercocok tanam.
Seperti apa pelaksanaan Sedekah Rame khas Melayu Lahat ini? Simak informasi selengkapnya yang dihimpun merdeka.com dari berbagai sumber berikut.
Arti Sedekah Rame
Setiap upacara adat pasti diwariskan secara turun-temurun, begitu juga halnya dengan Sedekah Rame ini.
Mengutip dari berbagai sumber, arti dari Sedekah Rame yaitu sedekah bersama-sama.
Hal ini terlihat dari setiap pelaksanaannya yang melibatkan setiap masyarakat khususnya petani yang memiliki lahan persawahan.
Budaya gotong royong begitu kental dalam upacara ini, setiap orang akan mengucap doa dan syukur ketika waktu tanam hingga panen padi.
Asal-usul Sedekah Rame
Melansir dari situs warisanbudaya.kemdikbud.go.id, ada seorang bernama Kriye Mambul. Ia mempelajari Sedekah Rame ini didapatnya ketika sedang bermalam atau menginap di Kesultanan Palembang.
Kriye Mambul melalui jalur sungai menuju Palembang menggunakan perahu. Setiap bermalam di Kesultanan Palembang, ia mempelajari beberapa upacara adat atau tradisi masyarakat termasuk Sedekah Rame ini.
Kemudian Kriye Mambul tetap konsisten mempelajari Sedekah Rame ini sampai menguasainya. Lalu, setelah memahami dan menguasainya, upacara ini mulai diterapkan di Batu Urip.
Sedekah Rame dilaksanakan secara berkala sesuai dengan situasi dan kondisi di Batu Urip. Bahkan, sampai saat ini upacara tersebut masih tetap bertahan dan lestari.
Tahap Pelaksanaan Sedekah Rame
Ada beberapa tahapan dalam setiap pelaksanaan Sedekah Rame ini.
Pertama, mengadakan pertemuan para pemuka masyarakat untuk meminta izin. Kemudian pertemuan pemuka masyarakat dengan para pemilik sawah untuk menentukan tanggal pelaksanaan.
Lalu pertemuan antara Rie dan tetua kampung untuk pembagian tugas.
Tahap kedua yaitu pelaksanaan upacara, pertama meletakkan perlengkapan upacara dan membakar menyan.
Lalu pemberian kesempatan untuk sambutan, kemudian penyampaian amanat dan aliksah puyang, lalu memanjatkan doa penutup dan terakhir menyantap hidangan bersama-sama.
Tahap ketiga atau terakhir ini dilakukan setelah upacara, mubus babak yang dibagi dua bagian yaitu pengeringan air dan bersih-bersih saluran air, dan kedua adalah penangkapan ikan yang boleh di bawa pulang atau dijual kembali