Mengenal Tengkiang, Lumbung Padi Milik Suku Semende yang Kini Mulai Hilang
Sebuah bangunan yang khusus dibuat untuk menyimpan padi pasca panen milik Suku Semende ini berada biasa ditemukan di lahan persawahan.
Hampir setiap masyarakat Indonesia masih mengandalkan sumber bahan pangan berupa padi. Tak heran jika petani masih menjadi salah satu profesi serta mata pencaharian utama bagi warga khususnya yang berada di pedesaan.
Tradisi dan kearifan lokal yang berkaitan dengan menanam hingga panen padi masih dilakukan oleh masyarakat di beberapa daerah. Mereka juga memiliki cara masing-masing serta doa-doa tertentu agar nantinya mendapatkan hasil panen yang melimpah.
-
Di mana sebagian besar tanaman padi yang terdampak kekeringan berada? Dari luas 84 hektare tersebut, 76 hektare di antaranya karena kekeringan, 6 hektare karena serangan organisme pengganggu tanaman, dan 2 hektare karena serangan hama wereng.
-
Kapan Pantai Pecaron menampilkan kesenian kompangan? “Pada momen hari besar di sini juga ditampilkan kesenian kompangan, kesenian tradisional daerah dengan iringan rebana, lantunan lagu agamis dengan atraksi silat yang semakin menambah seru,” kata Nafisah, salah seorang pengelola Pantai Pecaron.
-
Kapan Suku Rejang tiba di pesisir barat Sumatera? Mereka diduga berlayar melintasi lautan dan menepi di pesisir barat Sumatera pada abad ke-2.
-
Di mana letak Telaga Sarangan? Kota Magetan memiliki Telaga Sarangan yang pesonanya siap memanjakan mata Anda. Terletak di Kaki Gunung Lawu Julukan The Nice of Java Kabupaten ini memiliki tempat wisata yang mendunia yaitu Telaga Sarangan yang sudah lama menjadi destinasi wisata utama.
-
Kapan Hari Lebah Sedunia diperingati? Setiap tahun pada tanggal 20 Mei, dunia merayakan Hari Lebah Sedunia, sebuah peringatan yang mengingatkan kita semua tentang makhluk kecil yang memiliki peran besar dalam kelangsungan hidup planet kita.
-
Kapan Hari Sirkus Sedunia diperingati? Hari Sirkus Sedunia yang diperingati setiap tanggal 17 April, adalah sebuah perayaan internasional yang didedikasikan untuk menghormati dan mengapresiasi seni pertunjukan sirkus serta para pemain dan seniman yang terlibat di dalamnya.
Pada masyarakat di Kabupaten Muara Enim tepatnya di kawasan Semende memiliki kearifan lokal sendiri yang cukup unik. Namun, seiring berjalannya waktu kearifan lokal ini sudah mulai ditinggalkan dan hilang, mereka biasa menyebutnya dengan Tengkiang.
Tengkiang memang dimanfaatkan oleh masyarakat Suku Semende untuk menyimpan padi hasil panennya. Bangunan khusus ini sengaja diletakkan di dekat area persawahan. Jadi setiap lahan sawah di sana pasti ada lumbung padinya atau Tengkiang.
Pondok yang Kecil
Tengkiang adalah sebuah bangunan yang bentuknya mirip pondok berukuran kecil tanpa jendela. Bahan bangunannya terdiri dari bambu yang dipipihkan bernama Pelupuh. Inilah yang menjadi ciri khas dari lumbung padi milik Suku Semende.
Pada bagian atapnya, pada zaman dahulu terbuat dari kulit kayu yang dikeringkan, lalu disusun dan dianyam rapi dengan warna kehitaman yang khas.Dulunya Tengkiang digunakan petani di sana untuk menyimpan padi. Para petani sengaja membangun bersebelahan dengan rumah Dungau.
Selain itu, pada sisi samping Tengkiang dibuat pondok oleh petani. Ada juga yang membangun Tengkiang bersebelahan dengan Rumah Baghi yang dulu sempat populer pada masanya.
- Mengenal Rangkiang, Lumbung Padi Milik Masyarakat Minangkabau Mirip Rumah Gadang
- Pasangan Lansia Tinggal di Rumah Mewah di Tengah Sawah, Begini Cara Mengangkut Bahan Bangunannya
- Demi Ganti Untung, Kemenag Kembali Lakukan Pendataan 236 Lahan Milik Warga Terdampak Pembangunan UIII
- Jadi Kuli Pemotong Rumput di Malaysia, Pasutri TKI Ini Berhasil Bangun Rumah Mewah Bak Istana di Kampung Halaman
Lantai dari Tengkiang ini dibuat dari susunan bambu yang berfungsi agar padi yang disimpan cepat kering dan tidak dimakan kutu atau berubah menjadi busuk.
Cadangan Pangan
Sejak zaman dahulu, masyarakat Suku Semende telah menggunakan Tengkiang untuk menyimpan hasil panen padi mereka. Tujuan utamanya adalah sebagai cadangan pangan untuk menghadapi masa tanam berikutnya.
Penggunaan Tengkiang oleh masyarakat Suku Semende masih mengikuti cara tradisional yang menjadi bagian dari kearifan lokal mereka. Di sepanjang areal persawahan, terlihat bangunan Tengkiang, dimana setiap hektare lahan sawah biasanya dilengkapi dengan satu Tengkiang.
.Tengkiang tidak hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan padi, tetapi juga memiliki makna sosial yang mendalam. Ketika ada warga yang mengalami musibah atau kesulitan dalam hal pangan, setiap keluarga Suku Semende akan turut berpartisipasi dengan mengeluarkan padi dari cadangan mereka.
Hal ini dilakukan untuk saling membantu dan meringankan beban keluarga yang sedang mengalami kesulitan.Dengan demikian, Tengkiang tidak hanya sebagai simbol kemandirian pangan tetapi juga sebagai wujud solidaritas sosial dalam komunitas Suku Semende.
Sudah Mulai Ditinggalkan
Semakin hari zaman terus berubah dan semua serba instan dan mudah. Dampak ini juga berimbas pada keberadaan Tengkiang. Kini masyarakat setempat sudah tidak lagi menggunakan Tengkiang untuk menyimpan cadangan padi. Kebanyakan lumbung padi sudah pindah ke area yang dekat dengan rumah penduduk.
Meskipun Tengkiang masih bisa ditemukan di beberapa tempat, tetapi fungsinya sudah berbeda dan bahkan kondisi bangunannya sudah tidak terawat dan bahkan rusak berat.