Mengenang Perang Batak, Perjuangan Mempertahankan Wilayah Leluhur dari Gempuran Kolonial Belanda
Perang Batak, perjuangan mempertahankan tanah leluhur dari pasukan Belanda.
Dalam mempertahankan tanah kelahiran dan tradisi adat, masyarakat Batak berperang melawan Belanda dalam peristiwa Perang Batak.
Mengenang Perang Batak, Perjuangan Mempertahankan Wilayah Leluhur dari Gempuran Kolonial Belanda
Keberadaan kolonial Belanda di Nusantara tak lekang dari perang serta konflik dengan masyarakat adat. Kedatangan mereka tak hanya menguasai wilayah, melainkan juga menyebarkan paham-paham baru salah satunya agama.
Narasi tersebut tak jauh berbeda ketika kedatangan Belanda ke Tanah Batak. Setelah Perang Padri berlangsung, mereka menyebarkan kekuasaan dengan basis kewilayahan hingga ke Sumatra Utara. Penyebaran kekuasaan inilah yang ditakutkan oleh masyarakat Batak saat itu.
Dianggap sebagai ancaman, masyarakat Batak yang berniat mempertahankan tanahnya itu menyebabkan terjadi peperangan yang disebut Perang Batak.
-
Apa yang dilakukan Sisingamangaraja XII untuk melawan Belanda? Sisingamangaraja XII menjadi sosok yang berjuang melawan penjajah Belanda. Dia memimpin perlawanan bersenjata melawan Belanda untuk mempertahankan wilayah dan kebudayaan Batak. Perlawanannya menjadi simbol perlawanan rakyat Batak terhadap kolonialisme Belanda.
-
Apa yang menjadi bukti perluasan kekuasaan Belanda di Sumatra Barat? Tak hanya menjadi saksi Perang Padri, Benteng de Kock juga menjadi bukti bahwa Belanda telah menduduki tanah Sumatra Barat yang meliputi Bukittinggi, Agam, dan Pasaman.
-
Dimana pasukan Belanda mendarat di Jawa Timur? Kabupaten Tuban, Jawa Timur menjadi lokasi pendaratan pasukan agresi militer Belanda ke-II.
-
Siapa yang menceritakan tentang masa penjajahan Belanda di Kampung Gantungan Sirah? Wardiman, salah seorang warga Kampung Gantungan Sirah, mengatakan bahwa kini nama kampung itu sudah diganti dengan nama “Gunung Sari”. Ia mengatakan, saat masih bernama “Gantungan Sirah”, di kampung itu sering terjadi warga yang bunuh diri dengan cara gantung diri. Wardiman bercerita, waktu zaman penjajahan Belanda, lokasi kampung itu digunakan sebagai tempat para tentara Belanda melakukan kekerasan terhadap warga pribumi. Mereka melakukan eksekusi terhadap para warga dengan digantung kepalanya.
-
Apa yang ditampilkan dalam Pagelaran 'Pahlawan Nusantara' dari Sabang hingga Merauke? Pagelaran 'Pahlawan Nusantara' dari Sabang hingga Merauke adalah sebuah pertunjukan megah dan kolosal yang disajikan dengan cara yang menarik, melibatkan rangkaian musik dari daerah dan nasional. Kolaborasi antara para seniman akan menghiasi keindahan yang akan memperkaya aksi pertunjukan teatrikal, tarian dari berbagai daerah serta tarian kontemporer, parade busana etnik Indonesia, serta 31 lagu daerah dan nasional yang akan dibawakan di atas panggung.
-
Kenapa Jaka Sembung melawan Belanda? Ia juga akan meyakinkan masyarakat bahwa kolonialisme merupakan bentuk perbudakan dan akan merugikan kampung ketika sudah berhasil dikuasai.
Pemicu Peperangan
Perang Batak mulai berlangsung dari tahun 1878 hingga 1907 atau selama 29 tahun lamanya. Semua berawal dari perubahan pandangan Belanda dalam melakukan penjajahan di bumi Nusantara yang disebut Pax Netherlandica.
Sistem baru ini mengubah cara Belanda dalam menguasai daerah dengan menerapkan kolonialisme dan imperialisme dengan melakukan politik ekspansi. Pax Netherlandica ini dilakukan dalam penguasaan di tanah Batak.
Selain menguasai wilayah, Belanda pun juga membawa pengaruh budaya baru, yaitu penyebaran agama kristen yang tergabung dalam gerakan Rijnsche Zending dan tokoh penyebarannya yaitu Nommensen.
Masyarakat Batak yang takut tanah dan adat leluhurnya ini hilang, mereka pun berusaha melawan sekaligus mempertahankan tanah kelahirannya dari orang-orang Belanda tersebut.
Sejak kedatangan misionaris ke tanah Batak yang ditolak oleh Sisingamangaraja XII membuat mereka tidak terima atas perlakuan tersebut. Sampai pada akhirnya para misionaris bergabung dengan pemerintah Belanda dan memulai melakukan perlawanan.
Peran Sisingamangaraja XII
Mengutip dari merdeka.com, dalam mengantisipasi menyebarnya kekuasaan dan paham yang dilakukan Belanda, perang pun pecah ketika Raja Sisingamangaraja XII melakukan kampanye kepada masyarakat setempat.
Ketika Belanda tiba di wilayah Silindung, rakyat setempat sudah mulai melakukan perlawanan dan pengusiran terhadap militer Belanda. Kondisi tersebut memicu pihak Belanda marah dan akhirnya mereka mengirim pasukan per 8 Januari 1878.
Lagi-lagi kecerdikan Belanda dalam mengirim pasukannya ke wilayah tersebut yang ternyata hanyalah alibi belaka. Maksud mereka tetap satu: menguasai wilayah kekuasaan Raja Sisingamangaraja XII.
- Napak Tilas Kolam Renang Peninggalan Belanda di Tapsel, Lokasinya Dikelilingi Hutan Pinus dan Lahan Sawit
- Sejarah Tambang Batu Bara di Indonesia Sejak 1846, Sempat Diwarnai Peperangan
- Kejinya Pasukan Belanda di Aceh Bunuh Warga Satu Desa, 1 Anak Kecil Disisakan Ini potretnya
- Belanda akan Kembalikan Harta Karun Indonesia yang Dijarah Pada Masa Penjajahan
Pukul Mundur
Tahun 1894, Belanda melakukan ekspansi serangan untuk menguasai wilayah Bakarra yang menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Batak. Sisingamangaraja XII bersama pasukannya itu mundur dan berpindah ke Parlilitan.
Tahun 1904, pasukan di bawah pimpinan Mayor van Daalen dari Aceh Tengah, terus melanjutkan pergerakan ke Tapanuli Utara. Pada tahun 1907, pasukan Belanda berhasil menangkap Boru Sagala, istri Sisingamangaraja XII beserta dua anaknya.
Keberadaan Sisingamangaraja XII pun berhasil tidak diketahui Belanda setelah kabur ke Hutan Simsim dan ia menolak bernegosiasi dan menyerah dengan keadaan tersebut.
Sampai akhirnya pada sebuah pertempuran di tahun 1907, Sisingamangaraja XII gugur bersama putrinya dan dua orang putranya yang menjadi akhir dari Perang Batak.