Mengintip Eksotisnya Kerajinan Motif Ukir Khas Toraja, Kaya Makna dan Falsafah Hidup
Saat belum adanya aksara tulis menulis, masyarakat Toraja sudah menggunakan lukisan dengan simbol untuk menjelaskan falsafah kehidupan. Hingga saat ini motif Toraja masih bisa ditemui. Hingga beberapa seniman yang peduli mengenalkan motif Toraja pada karya seninya.
Tana Toraja seolah tak pernah berhenti menyuguhkan adat istiadatnya yang memuka dunia. Masyarakatnya yang tradisional dengan kepercayaan dan upacara keagamaan yang terbilang unik. Ialah rambu solo dengan ritual ma'nene, membersihkan kerangka orang meninggal. Namun lebih dari itu, keunikan non ritual lain juga melengkapi keeksotisan Toraja, salah satunya seni lukis yang endemik di Tana Toraja.
Motif seperti ini memang mudah dijumpai pada bagungan rumah Tongkonan asli Toraja. Coraknya khas dengan lengkap dengan perpaduan warnanya. Warna motif toraja biasanya menggunakan warna merah putih, kuing, dan hitam yang punya makna terselubung di dalamnya. Lebih jauh lagi, aneka motif Toraja ini diaplikasikan dalam ukiran kayu yang menambah eksotis kerajinan khas Toraja.
-
Apa itu Tradisi Ujungan? Warga di kampung adat Cibadak, Desa Warung Banten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak memiliki sebuah tradisi unik bernama Ujungan.
-
Kapan Tradisi Mantu Kucing dimulai? Tradisi Mantu Kucing dilakukan oleh masyarakat di Dusun Njati, Pacitan, Jawa Timur sejak 1960-an.
-
Bagaimana cara melakukan Tradisi Ujungan? Tradisi ini dilakukan dengan cara saling pukul satu sama lain menggunakan sebilah batang rotan.
-
Di mana tradisi Kawin Tangkap terjadi? Tradisi kawin tangkap merupakan perkawinan yang dilakukan dengan cara menangkap perempuan dengan paksa untuk dikawinkan dengan seorang pria yang tidak dicintainya.Tradisi kawin tangkap memiliki makna dalam mengangkat derajat atau untuk menghilangkan rasa malu kepada keluarga laki-laki.
-
Dimana Tradisi Ujungan dilakukan? Warga di kampung adat Cibadak, Desa Warung Banten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak memiliki sebuah tradisi unik bernama Ujungan.
-
Kapan tradisi Larung Kepala Kerbau dilakukan? Tradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat pesisir terutama yang berprofesi seorang nelayan di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.Tradisi ini menjadi bagian dari puncak pesta rakyat para nelayan setelah berpuasa selama sebulan dan biasa dilakukan pada tanggal 7 Syawal atau 1 minggu setelah Hari Raya Idul Fitri.
Ada puluhan motif Toraja yang merupakan asal-usul dan falsafah hidup suku Toraja sejak nenek moyang dahulu kala.
©2021 Merdeka.com/Allako Pasanggang
Salah satu seniman pelestari motif khas Toraja ini ialah Misran. Ia mengekspresikan motif Toraja pada kerajinan ukir dengan jenis yang beragam. Setidaknya sejak tahun 2006 ia membuat ukiran kayu bermotif Toraja.
Ukiran yang ia buat bukanlah sembarang ukiran kerajinan biasa. Selain enak dipandang mata sebagai kesenian. Lebih jauh, penggunaan motif Toraja membuatnya istimewa. Bisa dikatakan, motif Toraja ini merupakan sarana tulis menulis kuno yang melibatkan simbol tertentu.
Sebagaimana yang telah diketahui, saat nenek moyang Toraja belum mengenal aksara, mereka menggunakan simbol dan motif. Berbagai macam simbol ini kemudian menjadi sakral. Di dalamnya terkandung makna kehidupan, filosofi hidup, hingga menceritakan asal usul masyarakat asli Toraja.
©2021 Merdeka.com/Allako Pasanggang
Setiap ukiran dan motif pada ragam hias Toraja memiliki nama dan makna khusus. Motifnya biasanya adalah hewan dan tanaman yang melambangkan kebajikan, contohnya tanaman air seperti gulma air dan hewan seperti kepiting dan kecebong.
Dalam penelitian menyebutkan ada setidaknya 67 motif ukiran yang ada pada rumah adat Tongkonan. Motif tersebut di antaranya Pa' Barre' Allo, Pa' Manuk Londong, Pa' Tedong, dan Pa' Sussu'.
Motif ukiran Toraja kini secara bertahap diterapkan pada kerajinan modern. Salah satunya rumah lampu dengan motif unik ini. Bermotif Paq Ulu Gayang yang memiliki makna keris emas yang melambangkan perjuangan dalam mencari harta.
©2021 Merdeka.com/Allako Pasanggang
Kayu yang digunakan untuk membuat kerajinan ukir motif Toraja ini berasal dari kayu uru, kayu endemik Tana Toraja. Kayu ini dipilih karena cukup mudah untuk diukir. Aneka penutup lampu tidur ini bercerita mengenai kehidupan masyarakat Toraja.
Tahap pembuatannya dimulai dari pembuatan sketsa, proses pengukiran, mewarnai, hingga merangkai menjadi hiasan yang indah.
©2021 Merdeka.com/Allako Pasanggang
Kerap kerajinan seni ukir motif khas Toraja dijadikan buah tangan wisatawan yang mengagumi pesona Tana Toraja. Saat ini bahkan kerajinan ukir motif Toraja yang digeluti Misran mampu terjual hingga ke berbagai kota besar. Seperti Sulawesi, Papua, Kalimantan, hingga Jakarta.
Kendala yang dihadapi ialah kurangnya perhatian akan kerajinan khas Toraja yang kaya makna. Misran tengah menggalakkan memasarkan kerajinan uniknya melalui media sosial. Bersama Sanda Rupa Arts, ia mengenalkan kerajinan eksotis dari Tana Toraja.
(mdk/Ibr)