Menyambangi Masjid Baitul A\'la, Masjid Batu Giok Pertama di Indonesia
Masjid berlapis emas sudah biasa, masjid dengan lantai marmer banyak dijumpai. Namun siapa sangka ada masjid berbalut batu giok seluas ribuan meter persegi. Inilah Masjid Batu Giok pertama di Indonesia. Nantinya, Masjid Agung Baitul A’la Nagan Raya diharapkan menjadi wisata religi masyarakat lokal maupun mancanegara.
Indonesia tak henti-hentinya berdiri masjid sebagai tempat peribadatan umat muslim. Berbagai arsitektur masjid dengan gaya unik selalu menjadi daya tarik. Misalnya masjid dengan kubah emas, masjid berbentuk kapal, dan lain sebagainya. Namun kali ini lain daripada yang lain. Sebuah masjid berdiri dengan megahnya di bawah terik mentari kota Aceh.
Sekilas dari luar nampak seperti masjid pada umumnya. Namun jika mulai masuk ke dalam aula utama, desain interiornya sungguh memanjakan mata. Lantai dan dindingnya berbalut batu giok yang indah. Benar, lantainya terbuat dari permata hijau yang menjadi perhiasan dengan harga yang mahal. Masjid Batu Giok berdiri di Desa Lueng Baro, Kompleks Perkantoran Suka Makmue, Kabupaten Nagan Raya, Aceh.
-
Dimana lokasi foto jalan di samping Masjid Istiqlal? Foto: Nostalgia Suasana Jalan Jakarta Tahun 1989, Enggak Ada Macetnya! Jalan disamping Masjid Istiqlal.
-
Kapan Masjid Raya Sumatra Barat diresmikan? Awal pembangunan masjid ini ditandai dengan peletakan batu pertama pada 21 Desember 2007 silam.
-
Apa keistimewaan Beduk Masjid Jami Sabilul Huda Indramayu? Konon saat ditabuh suaranya pernah terdengar sampai Cirebon yang berjarak puluhan kilometer.
-
Kapan Masjid Agung Nur Sulaiman dibangun? Dilansir dari Rri.co.id, banyak penutur sejarah yang menyebut bahwa masjid ini dibangun pada tahun 1755, tepatnya pada akhir masa pemerintahan Raden Tumenggung Yudanegara II.
-
Kapan Masjid Baitul Makmur diresmikan? Bentuk dari kepala kubah masjid yang diresmikan tahun 1999 ini memiliki bentuk yang sama persis, sehingga menimbulkan kesan gaya arsitektur Timur Tengah yang begitu kental.
-
Dimana Masjid Agung Nur Sulaiman berada? Di sebelah barat Alun-Alun Kabupaten Banyumas, terdapat sebuah bangunan masjid kuno, namanya Masjid Agung Nur Sulaiman.
Dekorasi luarnya terkesan sederhana, dengan warna putih seluas dinding membentang. Nampak tangga dan ventilasi udaranya yang tertata rapih. Semuanya terlihat indah meskipun masih menyelesaikan tahap pembangunan.
©2021 Merdeka.com/Laode Muhammad Iqbal
Menginjakkan kaki di dalam masjid ini suasana terasa damai. Selain bangunan Masjid Baitul A’la yang teduh, nuansa sejuk terasa berkat lantainya yang dipenuhi oleh batu giok. Ornamen penghias yang berwarna keemasan menambah kesan elegan masjid ini.
Tak main-main, Masjid Baitul A’la Nagan Raya 5.000 meter persegi lantai dilapisi oleh batu giok. Sedangkan 2.700 meter persegi batu giok akan dipasang pada menara masjid. Batu giok ini didapatkan dari pencari batu giok di daerah tersebut. Pasalnya Nagan Raya memang terkenal sebagai penghasil kekayaan batu gioknya.
©2021 Merdeka.com/Laode Muhammad Iqbal
Tak hanya di lantainya saja, jajaran keramik dari batu giok turut mempercantik keindahan Masjid Agung Baitul A’la Nagan Raya. Gradasi warna biru tua, biru muda, hijau, cokelat dan kehitaman nampak kesan alaminya. Selain itu, aksen batu giok juga ditanamkan pada lapisan tiang masjidnya.
Sekilas mengenai batu giok, tingkat kekerasan batu ini lebih tinggi dibanding marmer atau granit. Manfaatnya juga beragam. Sejak lama di Negeri Tirai Bambu, batu giok dipercaya dapat meningkatkan kualitas kesehatan. Mulai dari menetralkan racun, memaksimalkan penyerapan oksigen, hingga mencegah penuaan dini.
Di alam, batu giok berbentuk bongkahan-bongkahan besar. Hanya batu giok, satu-satunya jenis permata yang diasah dan dibentuk berbagai model. Mulai dari ukuran kecil seperti kalung, dipahat menjadi patung, hingga dijadikan perabot seperti meja dan lantai.
©2021 Merdeka.com/Laode Muhammad Iqbal
Melihat ke atap, di bawah kubahnya terdapat ornamen unik yang menunjukkan aksen Timur Tengah. Warnanya diambil dari gradasi warna batu giok, antara biru, hijau, kekuningan hingga gelap. Selasar dengan warna indah lantainya yang berbahan dasar batu giok. Masjid Baitul A’la terdiri dari dua lantai. Lantai kedua berada mengelilingi tepian aula utama yang dipayungi oleh kubah indah.
©2021 Merdeka.com/Laode Muhammad Iqbal
Masjid Agung Baitul A’la diproyeksikan akan rampung pada akhir tahun 2021. Lama pengerjaannya memang dipengaruhi oleh pemasangan batu giok sebagai dekorasinya. Tak heran, diperlukan waktu 1 jam 10 menit untuk memotong dan menjadikan 60x150 sentimeter batu giok san memasangkan ke lantai.
Selama pembangunannya, Masjid Agung Baitul A’la Nagan Raya telah menelan biaya Rp 128 miliar. Nantinya, masjid ini diharapkan dapat menjadi pusat kajian keislaman. Selain itu, sarana pendidikan, hingga museum yang dapat mendatangkan wisatawan lokal maupun mancanegara.