Sosok Prof. Mohamad Sjaaf, Dokter Mata Jebolan STOVIA yang Menjadi Rektor Pertama Universitas Andalas
Pria asal Koto Gadang ini sempat melanjutkan studi dokter di Belanda dan menjadi salah satu tokoh kesehatan di Indonesia yang cukup legendaris.
Pria asal Koto Gadang ini sempat melanjutkan studi dokter di Belanda dan menjadi salah satu tokoh kesehatan di Indonesia yang cukup legendaris.
Sosok Prof. Mohamad Sjaaf, Dokter Mata Jebolan STOVIA yang Menjadi Rektor Pertama Universitas Andalas
Prof. Dr. Mohamad Sjaaf atau biasa ditulis dengan M. Sjaaf atau M. Syaaf ini merupakan seorang ahli kesehatan mata dan juga sempat menjadi tenaga pengajar.
(Foto: Wikipedia)
Putra Koto Gadang
M. Sjaaf lahir di Koto Gadang, sebuah desa di Kabupaten Agam, Sumatra Barat pada 16 November 1889. Ayahnya bernama Oemar St. Baheram dan ibunya bernama Saoedah. Sjaaf lahir menjadi satu-satunya anak laki-laki dari lima bersaudara.
-
Kapan dokter Soebandi gugur? Mengutip situs Begandring, dokter tentara sekaligus wakil komandan Divisi Damarwulan ini gugur ditembak tentara Belanda dalam sebuah penyergapan di Desa Karang Kedawung, Jember pada 8 Februari 1949.
-
Siapa Rajif Sutirto? Rajif Sutirto dikenal luas sebagai Ketua Umum Relawan Konco Prabowo. Ia juga tergabung dalam partai milik Prabowo, yaitu Gerindra.
-
Apa yang dr. Soetomo lakukan untuk membantu masyarakat? Soetomo merupakan dokter spesialis kulit dan kelamin. Ia punya kontribusi besar menangani wabah lepra di Kota Surabaya dengan memberikan pengobatan gratis di kliniknya.
-
Siapa yang menembak dokter Soebandi? Mengutip situs Begandring, dokter tentara sekaligus wakil komandan Divisi Damarwulan ini gugur ditembak tentara Belanda dalam sebuah penyergapan di Desa Karang Kedawung, Jember pada 8 Februari 1949.
-
Kenapa dr. Soebandi gugur? Mengutip situs Begandring, dokter tentara sekaligus wakil komandan Divisi Damarwulan ini gugur ditembak tentara Belanda dalam sebuah penyergapan di Desa Karang Kedawung, Jember pada 8 Februari 1949.
-
Bagaimana Gatotkaca dari Sukoharjo melawan hoaks? Danar mengatakan, tempat paling tepat untuk menanyakan kebenaran terkait berita yang mereka peroleh adalah tempat di mana mereka menuntut ilmu, seperti melakukan diskusi atau sharing dengan guru terkait berita yang mereka dapatkan.
Ayahnya bekerja sebagai juru tulis Kontrolir Oud Agam dan sempat bekerja pula di kantor Asisten Residen Padangsche Bovenlanden pada tahun 1881 sampai 1910.
Sjaaf lahir bukan dari kalangan keluarga yang terpandang dan ekonomi yang serba berkecukupan.
Masa Pendidikan
Mengutip berbagai sumber, Sjaaf menempuh pendidikan di sekolah partikelir Belanda di Fort de Kock. Lalu ia melanjutkan studi di Sekolah Belanda di kota Bukittinggi.
Pada tahun 1904, Sjaaf melanjutkan studi di STOVIA atau sekolah dokter di Batavia. Tahun 1913 ia berhasil menyelesaikan studi kedokteran lalu diangkat menjadi dokter Hindia di Ngawi yang berada dibawah Karesidenan Madiun.
Kemudian Sjaaf dipindahkan ke Medan pada Mei 1916 hingga tahun 1919. Lalu Sjaaf bertugas di Solok, Sumatra Barat dan hanya sekitar beberapa bulan saja.
Kesempatan Melanjutkan Studi
Sjaaf yang dikenal sebagai dokter pintar dan andal, Pemerintah Hindia Belanda memberikan dia kesempatan untuk melanjutkan studi ilmu kedokteran di negeri kincir angin.
Ia pun berangkat pada tahun 1919 dan berhasil menyelesaikan ujian dokter Belanda pada Desember 1921. Hasil ini memastikan dirinya untuk bisa melanjutkan ke tingkat doktoral.
Tahun 1923 saat usianya menginjak 34 tahun, Sjaaf berhasil menyandang gelar doktor setelah melakukan studi di Universitas Amsterdam. Di usianya yang masih muda, ia sudah memiliki gelar bergengsi dan tidak semua orang bisa mendapatkannya kala itu.
- Copot Dekan FK yang Tolak Dokter Asing, Rektor Unair: Tidak Ada Komentar
- Mengenal Sosok Marah Roesli, Dokter Hewan Sekaligus Sastrawan Pencipta Karya Siti Nurbaya
- Dokter Spesialis Olahraga Jelaskan Sejumlah Budaya Kebugaran di Indonesia yang Perlu Diubah
- Prabowo Janji Bangun 300 Fakultas Kedokteran, IDAI: Jangan Hanya Kejar Kuantitas Dokter tapi Kualitas Acak Kadut
Duduki Jabatan Penting
Setelah meraih gelar bergengsi, Sjaaf kembali ke Tanah Air dan langsung menjabat sebagai Direktur dokter di rumah sakit mata pertama di Sumatra Barat yang disebut Whitlaustichting.
Pada tahun 1950, ia juga pernah jadi ketua Faculteit der Geneeskunde (Fakultas Kedokteran) Surabaya, cabang dari Nood Universiteit van Indonesie Jakarta.
Tahun 1955, ia menjabat sebagai Kepala Bagian Histologi dan Dekan Fakultas Kedokteran FIPIA (Fakultas Kedokteran serta Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam) di Bukittinggi.
Jabatan tertinggi yang pernah Sjaaf emban adalah menjadi Rektor pertama Universitas Andalasan, Sumatra Barat pada tahun 1956. Universitas ini diresmikan langsung oleh Moh. Hatta pada 23 Desember 1955.