Resah Banyak Sampah Plastik, Warga Medan Ini Ciptakan Sedotan dari Rumput yang Unik
Selain berukuran lebih besar dari rumput biasa, rumput purun juga lebih kokoh dan tentunya ramah lingkungan.
Apakah rumput bisa dijadikan sebagai peralatan makan? Jawabannya bisa. Adalah Erwianto Pratama Ong asal Medan yang menciptakan inovasi tersebut menggunakan sebatang rumput. Namun jangan salah, karena rumput yang dipakai merupakan rumput purun yang berukuran besar.
Selain berukuran lebih besar dari rumput biasa, rumput purun juga lebih kokoh dan tentunya ramah lingkungan. Sedotan juga bisa digunakan lebih dari sekali, sehingga lebih hemat serta steril untuk minuman.
-
Apa yang diraih oleh Kota Medan dalam bidang kebersihan dan lingkungan hidup? Kota Medan kembali diperhitungkan dalam bidang penanganan kebersihan dan lingkungan hidup setelah belasan tahun absen dalam penghargaan Adipura. Belum lama ini Kota Medan baru saja meraih penghargaan Adipura di bawah kepemimpinan Wali Kota Bobby Nasution.
-
Kenapa SDN 077 Sejahtera menerapkan program ramah lingkungan? SD di Bandung ini bergerak untuk mengendalikan sampah di tengah masa darurat. SDN 077 Sejahtera di Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung, menerapkan program ramah lingkungan di tengah masa darurat sampah.
-
Siapa yang berperan dalam peluncuran bahan bakar ramah lingkungan ini? “Inovasi ini juga sebagai peran aktif Indonesia dalam Dewan International Maritime Organization (IMO) yang berperan aktif dalam perlindungan lingkungan maritim,” ungkap Edy dikutip dari Cilacap.go.id.
-
Siapa Pak Raden? Tanggal ini merupakan hari kelahiran Drs. Suyadi, seniman yang lebih akrab disapa dengan nama Pak Raden.
-
Kapan Hari Sirkus Sedunia diperingati? Hari Sirkus Sedunia yang diperingati setiap tanggal 17 April, adalah sebuah perayaan internasional yang didedikasikan untuk menghormati dan mengapresiasi seni pertunjukan sirkus serta para pemain dan seniman yang terlibat di dalamnya.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
Ide ini sebelumnya dirintis Erwin karena resah akan banyaknya sampah plastik yang ditinggalkan pengguna sedotan biasa. Kendati inovasinya hebat, namun proses ini ia berhasil patenkan setelah berkali-kali percobaan dan kegagalan.
Kini produknya diburu oleh masyarakat yang sadar akan penumpukan sampah plastik, hingga tembus ekspor luar negeri. Berikut informasinya.
Resah Soal Kerusakan Lingkungan
Awal mula usaha ini dijalankan Erwianto setelah dirinya merasa resah dengan kondisi lingkungan saat ini dipenuhi pencemaran plastik. Sebab, selama ini sedotan menjadi elemen sehari-hari yang banyak digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan mengkonsumsi minuman dan tidak ada habisnya.
Erwianto kemudian berpikir untuk menciptakan sedotan berbahan rumput purun yang banyak ditemukan di wilayah rawa-rawa, serta mencoba memasarkannya.
“Awalnya saya mencoba membuat sedotan plastik, namun ternyata target marketnya kurang. Di luar negeri bahkan sudah beralih produk-produk ramah lingkungan,” terang pria berusia 35 tahun itu, mengutip Youtube Liputan6 SCTV, Senin (12/8).
- Ngaku Primitif, Diah Permatasari Akui Punya Tubuh Ramping di Usia 53 Tanpa Sedot Lemak, Potong Usus hingga Operasi Plastik
- Tak Ada Pelaminan Mewah Cuma Bermodal Bangku Plastik, Resepsi Sederhana Pengantin Baru di Jatim ini Jadi Sorotan
- Dampak Gempa Tuban, Dinding dan Keramik di Sejumlah Rumah Warga Alami Kerusakan
- Bikin Merinding! Ribuan Ulat Bulu Serbu Rumah Warga
Alasan Menggunakan Purun
Penggunaan tanaman purun sendiri karena sifatnya yang kuat namun tetap elastis. Ini tentu akan memudakan penggunanya saat meminum air, karena sifatnya yang tidak kaku.
Batang rumput yang digunakan memiliki panjang sekitar 10 sampai 15 cm, yang ia potong dan dia sterilisasi bagian dalamnya. Tanaman kemudian kemudian kembali dibersihkan menggunakan rendaman air hangat hingga bersih dari bakteri.
Setelah siap, sedotan purun kemudian dipanaskan di dalam oven dengan suhu hingga 100 derajat selsius. Usai kering dan steril, sedotan sudah siap untuk dikemas dan dikirim ke konsumen melalui kemasan kardus.
Berkali-kali Alami Kegagalan
Kendati sudah tembus hingga pasar India, Erwianto mengaku jika proses merintis usahanya ini terbilang tidak mudah. Ia berkali-kali melakukan percobaan, dengan hasil yang juga beberapa kali gagal.
Beberapa faktor di antaranya, karena sedotan belum steril lalu sedotan kurang kokoh hingga masih berbau.
“Saya terus menerus mencoba selama enam bulan, saya kasih ke famili dan minta mereka buat nyoba. Ternyata ini masih bau dan lain sebagainya. Saya kemudian belajar lagi, mencari tahu lagi nah sampai sedotannya sudah bagus,” kata dia.
Sedotan Lolos Uji Kesehatan
Karena sedotan digunakan untuk minuman, maka Erwianto akan sangat mengutamakan kualitas. Ia menyebut jika produknya tidak sembarangan ia produksi lalu dipasarkan.
Terdapat sejumlah pengujian, seperti ultra violet untuk mendeteksi bakteri, sampai benar-benar aman digunakan. Bahkan, Erwianto juga menguji keamanan sedotannya di dinas perindustrian setempat hingga produknya mendapat sertifikat aman dan layak digunakan.
“Sedotan saya juga sudah lulus dari dinas perindustrian, dan telah mendapat sertifikat kelayakan,” katanya.
Dijual Rp60 Ribu per 100 Batang Sedotan
Saat ini, harga sedotan yang dijualnya berkisar Rp60 ribu per kotak kemasan, dengan isi sebanyak 100 sedotan.
Selain di Sumatera, produk sedotan tersebut juga terjual hingga pulau Jawa bahkan mancanegara seperti India dan Singapura. Untuk penjualan di Medan, tak sedikit konsumen yang datang langsung ke tempat usahanya.
Selain peduli lingkungan, Erwianto juga memberdayakan ibu-ibu di sekitar tempat tinggalnya sehingga mereka bisa berdaya dan memiliki penghasilan sendiri.
“Penjualan saat ini mancanegara juga ada, kemarin sampai di India ya di Kota Mumbai, lalu ada juga sampai Singapura,” tambahnya.