Hadapi Darurat Sampah, SD di Bandung Minta Pedagang Tak Layani Siswa yang Tidak Bawa Kotak Makan
SD di Bandung ini bergerak untuk mengendalikan sampah di tengah masa darurat.
SD di Bandung ini bergerak untuk mengendalikan sampah di tengah masa darurat.
Hadapi Darurat Sampah, SD di Bandung Minta Pedagang Tak Layani Siswa yang Tidak Bawa Kotak Makan
SDN 077 Sejahtera di Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung, menerapkan program ramah lingkungan di tengah masa darurat sampah. Salah satu yang saat ini digencarkan adalah Jamping atau jajan pakai misting (kotak makan). Para penjual jajanan diminta tak layani siswa yang tidak membawa wadah.
-
Apa yang dilakukan SD Pelita Fajar untuk atasi sampah? Sekolah ini bahkan sudah melakukan gerakan antisipasi sampah berlebih sebelum masa darurat sampah di ibu kota Provinsi Jawa Barat itu.
-
Kenapa SD Pelita Fajar ajarkan pemilahan sampah? Saat sudah dewasa, kebiasaan memilah sampah lantas bisa dipraktikkan di lingkungan masyarakat sehingga bisa menanggulangi darurat sampah. 'Jadi, kami biasakan sejak kecil. Harapannya, nanti anak-anak ini terbiasa memilah sampah,' kata dia.
-
Bagaimana cara mengatasi masalah sampah di Bantargebang? Demi menghindari longsor, maka dilakukan teknik terasering. "Jadi langkah itu yang kita terapkan sembari menunggu dibangunnya ITF di Jakarta.," kata Kepala Satuan Pelaksana TPST Bantargebang UPST DKI Jakarta, Handoko Raitno Solusi Lain Tahun ini, pabrik pengolah sampah atau refuse-derived fuel (RDF) plant akan dibangun di Bantargebang.
-
Bagaimana SD Pelita Fajar ajarkan pemilahan sampah? Pihak sekolah memulai kebijakan ini dengan meminta siswa-siswinya untuk membawa kota makan dan wadah minum sendiri. Ini sebagai cara pengurangan sampah dari kegiatan jajan, yang kebanyakan menggunakan tempat berbahan plastik. Kebiasaan kemudian berlanjut dengan cara mengajarkan siswa di sana untuk membuang sampah sesuai kategori organik, anorganik dan residu yang sudah disiapkan di tiap-tiap kelas.
-
Kenapa sampah plastik diolah di Bandung? Upaya warga sendiri merupakan langkah preventif untuk mengurangi sampah plastik yang sulit terurai dan berpotensi menumpuk hingga ribuan tahun.
-
Apa yang dilakukan warga Sarijadi untuk mengatasi sampah? Mengolah sampah yang sulit terurai menjadi aktivitas rutin warga di wilayah Sarijadi, Kota Bandung, Jawa Barat.
Siswa diminta membawa bekal dari rumah
Mengutip laman Pemkot Bandung, Jumat (20/10), pihak sekolah sebelumnya sudah berupaya melakukan sosialisasi terkait program tersebut.
Para siswa diimbau untuk membawa makan dari rumah melalui kotak makan, atau membeli makan di penjual dengan wadah sendiri.
"Kita edukasi kepada para pedagang agar tidak melayani makanan jika murid tidak menggunakan misting," kata Kepala Sekolah SDN 077 Sejahtera, Ihat Solihat
Mencoba kurangi sampah dari sumbernya
Salah satu cara yang dilakukan SD tersebut untuk menghadapi darutan sampah adalah dengan mengurangi sampah langsung dari sumbernya.
Ini karena kebanyakan sampah yang diproduksi di sekolah adalah sampah plastik, yang juga berasal dari sisa jajanan.
"Hal terpenting mengurangi, sampah dari sumbernya. Para murid diwajibkan membawa misting (kotak makan),” kata Ihat, lagi.
Terapkan kurikulum pengelolaan sampah berkelanjutan
Selain mengimbau siswa dan para pedagang, sekolah tersebut juga menerapkan program pengelolaan sampah berkelanjutan.
Pengelolaan ini dilakukan melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Kurikulum Merdeka tahun ajar 2021/2022 lalu.
Melalui kurikulum itu siswa diajarkan bagaimana mengelola sampah seperti mengolah cangkang telur menjadi pupuk organik oleh siswa kelas 1 dan 2, mengolah sampah organik menjadi ecoenzyme oleh kelas 3 dan 4 serta mengolah sampah daun melalui teknik kompos bata terawang untuk siswa kelas 5 dan 6.
Biasakan siswa pilah sampah di sekolah
Program berikutnya yang dijalankan adalah “gomi select”.
Program ini melatih para siswa untuk membiasakan diri dalam memilah sampah plastik, botol plastik, kertas dan tutup botol untuk diolah melalui Ecobrick. Sedangkan kertas akan dijadikan kreasi kerajinan tangan.
"Gomi Select ini kita adopsi dari bahasa jepang yang berarti memilah sampah. Kenapa namanya Gomi? Ini untuk membuat nama yang menarik bagi siswa," terang Ihat
Sisa limbah makanan dijadikan kompos
Sementara sisa sampah makanan, akan diolah menjadi pupuk kompos. Makanan-makanan sisa kemudian dimasukkan ke dalam bambu untuk dilakukan pembusukkan.
"Kami bergerak sebelum ada darurat sampah. Kami mendapatkan penghargaan Adiwiyata Nasional 2013 dan melakukan pengolahan sampah mandiri sudah mulai sejak 2020. Sekarang kita sedang berusaha meningkatkan status Adiwiyata Mandiri," terang Ihat.
Sekolah tersebut berharap agar program-programnya itu bisa berjalan dengan baik, sehingga pengurangan sampah bisa terjadi.