Sejarah Jugun Ianfu, Praktik Perbudakan Seksual pada Masa Pendudukan Jepang
Jugun Ianfu banyak direkrut dari luar Jepang sehingga sulit berkomunikasi dan tidak mengerti bahasa Jepang.
Jugun Ianfu banyak direkrut dari luar Jepang sehingga sulit berkomunikasi dan tidak mengerti bahasa Jepang.
Sejarah Jugun Ianfu, Praktik Perbudakan Seksual pada Masa Pendudukan Jepang
Masa pendudukan Jepang di Indonesia bukan sekadar tentang upaya untuk menguasai wilayah dan memenangkan peperangan semata. Di balik itu terdapat prajurit-prajurit yang siap secara lahir dan batin untuk memenangkan peperangan.
Para prajurit Jepang ini tentunya akan merasa lelah, letih, dan bosan selama peperangan. Tak hanya keletihan fisik, para prajurit tersebut juga lelah secara mental. (Foto: Pixabay)
-
Apa rahasia panjang umur masyarakat Jepang? Masyarakat Jepang memiliki pola makan sehat yang mendukung mereka memiliki umur panjang dan sehat. Jepang merupakan salah satu negara dengan beragam kuliner yang khas dan rasa yang lezat. Siapa sangka bahwa hal tersebut merupakan salah satu kunci dari kehidupan panjang umur masyarakat Jepang.
-
Bagaimana Balai Yasa Pengok di era Jepang? Pada tahun 1942, pemerintahan Jepang sempat mengambil alih Balai Yasa Pengok, tugasnya pun masih sama yaitu melaksanakan perawatan berat rangkaian gerbong kereta api maupun lokomotifnya.
-
Bagaimana bentuk rumput Jepang? Rumput Jepang memiliki bentuk daun yang menyerupai jarum dengan runcing dan ramping. Pertumbuhan rumput ini ditandai oleh daun-daun kecil yang padat, menciptakan penampilan yang teratur dan rapi.
-
Apa yang ditemukan di dalam penggalian arkeologi di Jepang? Peneliti menemukan lebih dari 100.000 koin kuno dalam penggalian arkeologi di situs Sosha Village East 03 di Kota Maebashi, Jepang.
-
Kenapa orang Jepang berumur panjang? Data-data yang diperoleh menunjukkan kalau 1 dari 1.450 penduduk Jepang berusia lebih dari 100 tahun. Apa yang menyebabkan warga Negeri Sakura panjang umur?
-
Mengapa nama Jepang perempuan banyak yang memiliki makna yang mendalam? Sebab, Jepang merupakan salah satu negara yang penduduknya turut mengedepankan moral. Masyarakatnya pun banyak memberi nama anak-anak mereka dengan sarat makna dan moral di belakangnya.
Dengan kelelahan mental yang semakin memuncak, ditemukan banyak kasus pemerkosaan yang dilakukan para prajurit Jepang. Kaisar pun menyadari hal itu dan cemas dengan keadaan para prajuritnya yang berpotensi terkena penyakit kelamin yang menular.
Agar para prajurit bisa kembali siap untuk berperang, Kaisar pun memerintahkan untuk membentuk sebuah tempat yang bertujuan untuk memulihkan mental prajuritnya. Kemudian lahirnya istilah Jugun Ianfu atau Teishintai yang berarti barisan sukarela penyumbang tubuh yang seluruhnya adalah wanita.
Praktik Jugun Ianfu ini rupanya terjadi di beberapa negara yang sedang atau sudah diduduki Jepang, salah satunya adalah Indonesia. Sebelumnya, tentara Jepang yang sudah menguasai Korea itu juga melakukan praktik serupa, tanpa ada penolakan sedikitpun.
Hiburan Dukungan Moral
Mengutip dari Artikel "Perempuan di Bawah Terik Mentari: Jugun Ianfu pada Masa Pendudukan Jepang di Indonesia 1942-1945" karya Beni Mandala dkk, awal mula pembentukan Jugun Ianfu ini sebagai upaya memberikan hiburan yang layak bagi para prajurit.
Mereka mendapatkan jasa Jugun Ianfu ini melalui cara konvensional atau dengan memasang iklan di surat kabar (apabila di perkotaan). Praktik ini pun juga tak lepas dari istilah Rumah Bordil yang berisikan para wanita untuk melayani para tamunya.
Hampir semua rekrutan Jugun Ianfu wajib mengganti namanya dari nama asli menjadi nama Jepang. Tak hanya itu, mereka dituntut mengingat nama tersebut agar bisa memberikan efek lain kepada para tamunya.
Praktik ini kerap dijumpai di beberapa negara yang dijajah oleh Jepang. Melayani para prajurit itu merupakan simbol dari dominasi penguasa yang tidak dapat dilawan oleh apapun. Terlepas dari itu, para wanita pemuas ini juga diselimuti dengan ketakutan yang hebat.
Memilih Wanita Simpanan
Melansir dari esi.kemdikbud.go.id, tak seluruh prajurit Jepang memuaskan hasratnya dengan sembarang wanita atau Jugun Ianfu. Beberapa lainnya justru memilih untuk mempunyai wanita simpanan daripada mengunjungi rumah bordil.
Banyak wanita simpanan itu berasal dari rumah bordil yang sudah berprofesi sebagai pelacur. Para tentara Jepang juga tidak segan untuk mencari wanita lokal yang sebagian besar adalah Eurasia. Orang Jepang menyebut wanita simpanan dengan sebutan san.
Berawal dari hubungan ini, tak sedikit dari mereka yang akhirnya memiliki anak. Tak sedikit orang-orang Eropa (salah satunya Belanda) yang memiliki keturunan dari orang Jepang yang disebut dengan kinderen van de vijan atau anak-anak musuh.
Berujung Kekerasan Seksual
Sementara dari sisi para Jugun Ianfu, sebuah penderitaan yang berat pun harus mereka tanggung sendirian. Tentara Jepang pun sudah terkenal kejam terkait kekerasan seksual sejak Perang Dunia II.
Ada tipe-tipe soal Jugun Ianfu, mulai dari peran wanita yang dipaksa untuk memuaskan hasrat para militer dan sipil Jepang. Wanita tersebut biasanya berusia gadis yang masih muda dan perawan. Kemudian ada juga Jugun Ianfu yang direkrut secara besar-besaran.
Jugun Ianfu banyak direkrut dari luar Jepang sehingga sulit berkomunikasi dan tidak mengerti bahasa Jepang. Hal ini semakin memperkecil risiko untuk membicarakan hal ini di depan umum.
Jugun Ianfu sendiri juga dianggap sebuah tindakan patriotik dan membantu peperangan. Namun, mereka ini bukanlah terjun ke medan perang, melainkan menyumbang tubuhnya kepada tentara Jepang yang tidak lepas dari paksaan.
Maskulinitas dan Agresivitas Tentara
Dengan ikut berperang, para pria tersebut akan merasa maskulinitasnya meningkat sehingga menjadi sebuah ekspresi untuk melakukan tindakan kekerasan seksual kepada wanita.
Praktik kekerasan itu sangat berkaitan dengan superioritas dan dominasi laki-laki yang ingin diakui sebagai kelompok yang berkuasa termasuk berkuasa dalam menguasai tubuh perempuan.