Tinjau Korban Banjir di Madina, Gubernur Sumut Sebut akan Tindak Tegas Ini
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi meninjau lokasi banjir di Desa Sikara Kara, Kecamatan Natal, Mandailing Natal, Sumut pada Senin (20/12).
Banjir melanda sejumlah wilayah di Sumatra Utara (Sumut) akibat hujan deras dengan intensitas tinggi yang melanda akhir-akhir ini. Salah satu daerah yang terdampak banjir yakni di Kabupaten Mandailing Natal (Madina).
Sejak Jumat (17/12), ada 16 kecamatan yang terendam banjir, yaitu Kecamatan Natal, Siabu, Batahan, Panyabungan, Panyabungan Barat, Panyabungan Selatan, Panyabungan Timur, Huta Bargot, Panyabungan Utara, Nagajuang, Batang Natal, Ranto Baek, Lingga Bayu, Sinunukan, Muara Batang Gadis dan Kotanopan. Setidaknya ada seribu lebih rumah warga yang terendam.
-
Di mana banjir terjadi di Semarang? Banjir terjadi di daerah Kaligawe dan sebagian Genuk.
-
Apa saja yang menjadi dampak dari banjir bandang di Sumatera Barat? Bencana itu telah menelan korban jiwa sebanyak 67 warganya. Ribuan orang mengungsi. Sejumlah ruas jalan, termasuk jalan, nasional juga masih terputus akibat kejadian itu.
-
Kenapa banjir terjadi di Semarang? Curah hujan tinggi yang mengguyur Semarang pada Rabu (13/3) hingga Kamis dini hari menyebabkan sejumlah daerah dilanda banjir dan tanah longsor.
-
Di mana banjir terjadi di Jakarta? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. "Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).
-
Di mana banjir di Cirebon timur terjadi? Banjir di wilayah Cirebon timur ini kemudian viral di media sosial pada Rabu (6/3). Dalam video yang beredar terlihat sejumlah karyawan kesulitan mengevakuasi kendaraan roda dua miliknya yang terparkir di area pabrik.
-
Bagaimana nasi kuning di Sukabumi menjadi 'banjir'? Tetapi kata banjir di sini merujuk dari banyaknya kuah sayur yang dituang ke dalam satu piring nasi kuning.
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi meninjau lokasi banjir di Desa Sikara Kara, Kecamatan Natal, Madina pada Senin (20/12). Ia mengatakan, saat ini kondisi banjir di wilayah tersebut sudah berangsur surut. Bahkan pengungsi sudah ada yang kembali ke rumahnya.
“Alhamdulillah sudah surut, tinggal satu check point lagi, ada yang masih belum dapat dilalui kendaraan, yang lain sudah surut, bantuan sudah lancar,” katanya, melansir dari laman berita resmi Pemprov Sumut.
Tindak Tegas Aktivitas Rusak Lingkungan
infosumut.id ©2021 Merdeka.com
Gubernur Edy mengatakan, banjir di Madina ini merupakan banjir lima tahunan. Ada beberapa permasalahan yang menyebabkan banjir di daerah tersebut, diantaranya tambang ilegal, galian C ilegal, hingga pembalakan hutan.
Ia mengatakan, bahkan banyak ditemukan potongan kayu yang hanyut di lokasi-lokasi banjir tersebut. Saat ini Pemprov Sumut sedang mencari posisi pasti dari mana asal potongan kayu tersebut.
“Kita bisa menemukan potongan kayu itu, ini sedang kita pelajari, saat ini Kadis Kehutanan sedang berada di sana dengan tim, saya perintahkan untuk mengetahui posisi mana letak potongan kayu, saya belum memastikan, kita akan sampaikan ke masyarakat, dan akan tindak,” ujarnya.
Selain itu, Gubernur Edy menegaskan juga akan menertibkan tambang emas ilegal. Pasalnya, tambang tersebut sudah memberikan dampak pada masyarakat. Ia akan mengalihfungsikan pekerjaan penambang emas ke sektor lain seperti peternakan, perkebunan dan pertanian.
“Ada kegiatan ilegal, khusus tambang emas, saat ini sedang dalam proses karena kemarin terhambat Covid-19 sehingga kita undur, nanti kita akan ubah alih fungsi rakyat di dalam pelaksanaan melakukan galian emas,” tambahnya.
Kerusakan yang Disebabkan Banjir Madina
Instagram/@edy_rahmayadi ©2021 Merdeka.com
Sementara itu, melansir dari ANTARA, Bupati Madina HM Jakfar Sukhairi Nasution melaporkan kerusakan yang ditimbulkan akibat banjir dan longsor yang melanda wilayahnya kepada Gubernur Edy. Banjir tersebut telah membuat 4.500 kepala keluarga (KK) mengungsi dan fasilitas insfrastruktur banyak yang rusak.
"Akibat banjir ini sebanyak 4.500 Kepala Keluarga (KK) mengungsi, selain itu sejumlah fasilitas umum seperti jalan, jembatan, sekolah, lahan pertanian dan bangunan pemerintah lainnya banyak yang rusak," sebut Jakfar.
Selain itu, bencana banjir tersebut telah merusak 6.200 hektar lahan persawahan dan 250 hektar lahan holtikultura. Sedangkan untuk fasilitas sekolah, terdapat 33 sekolah yang terendam dalam musibah banjir itu.