Ada Samudra Baru Ditemukan di Bumi, di Sini Lokasinya
Temuan yang diperoleh dari analisis berlian langka yang terbentuk pada kedalaman 660 kilometer di bawah permukaan Bumi.
Terdapat lima samudra yang kita ketahui di Bumi, yaitu Atlantik, Pasifik, Hindia, Arktik, dan Samudra Selatan. Namun, sebuah penelitian baru-baru ini mengungkapkan adanya samudra keenam yang diduga berada di antara mantel atas dan bawah Bumi.
Menurut laporan dari New Scientist pada Senin (04/11/2024), perlahan-lahan munculnya samudra keenam ini menunjukkan bahwa keberadaannya tidak akan permanen. Proses pembentukan ini mungkin memerlukan waktu jutaan tahun, tetapi tidak dapat dihindari.
-
Planet kesembilan itu seperti apa? Planet kesembilan kemungkinan berada 20 kali lebih jauh dari matahari dibandingkan Neptunus. Selain itu, objek langit yang misterius ini diperkirakan memiliki massa sepuluh kali lipat dari bumi, dan cahaya memerlukan waktu empat hari untuk menjangkaunya.
-
Kenapa planet Bumi diberi nama 'Bumi'? Bumi dalam pemahaman bahasa Anglo-Saxon merujuk pada tanah tempat kita hidup, tempat kita menanam tanaman, dan tempat kehidupan muncul.
-
Kapan planet ini ditemukan? Pada awal tahun 2000-an, data yang diperoleh dengan menggunakan instrumen Ultra-Violet-Visual Echelle Spectrograph (UVES) pada Very Large Telescope milik European Southern Observatory menunjukkan bahwa WD0032-317 sedang bergerak dan nampak seperti ditarik-tarik oleh bintang yang mengorbit.
-
Siapa yang yakin Planet Kesembilan itu ada? Dalam jurnal yang akan dimuat di The Astrophysical Journal Letters, Michael Brown, seorang profesor astronomi planet di California Institute of Technology, menyatakan bahwa kemungkinan besar planet sembilan memang ada.
-
Apa yang sering terjadi di planet lain selain Bumi? Kini, terungkap bahwa hujan berlian jauh lebih sering terjadi di planet lain daripada yang dibayangkan.
-
Kapan samudra keenam di Bumi ini diperkirakan akan terbentuk? Laporan yang mengutip para ahli geologi berspekulasi bahwa dalam 5 hingga 10 juta tahun ke depan, Afrika akan terbelah menjadi dua.
Bukti yang ditemukan dalam analisis berlian langka yang terbentuk pada kedalaman 660 kilometer di bawah permukaan Bumi mendukung teori bahwa air laut menyertai lempeng subduksi dan memasuki zona transisi. Penemuan ini menegaskan bahwa siklus air juga melibatkan bagian dalam Planet Bumi.
Tim peneliti dari Jerman, Italia, dan Amerika yang menerbitkan studi mereka dalam jurnal Nature menyatakan bahwa struktur internal serta dinamika Bumi telah dipengaruhi oleh batas kedalaman 660 km yang memisahkan zona transisi mantel dan mantel bawah. Bukti menunjukkan keberadaan air di zona transisi (TZ), yaitu lapisan yang memisahkan mantel atas dan bawah Bumi.
Batas ini terletak pada kedalaman antara 410 hingga 660 kilometer, di mana tekanan yang sangat tinggi dapat mencapai 23.000 bar, menyebabkan mineral olivin hijau zaitun mengalami perubahan dalam struktur kristalnya. Olivin, yang juga dikenal sebagai peridot, membentuk sekitar 70 persen dari mantel atas Bumi.
Para ilmuwan melakukan analisis terhadap berlian yang berasal dari Botswana, yang terbentuk pada kedalaman 660 kilometer di antara zona transisi dan mantel bawah. Melalui teknik spektroskopi Raman dan spektrometri FTIR, analisis ini mengungkapkan inklusi ringwoodite yang menunjukkan kadar air yang signifikan.
Inklusi dalam berlian yang berukuran 1,5 sentimeter cukup besar untuk memungkinkan penentuan komposisi kimia yang akurat. Tim ilmuwan membuktikan bahwa zona transisi bukanlah area yang kering, melainkan menyimpan air dalam jumlah yang sangat besar.
- Ilmuwan Temukan 1 Samudra Baru yang Tak Tertulis dalam Buku Pelajaran
- Mengerikannya Banjir Bandang OKU: Sapu Mobil Travel dan Penumpangnya, Hancurkan Dump Truk
- Mengenal Suku Orang Laut, Penghuni Perairan Sumatra Timur yang Dulunya Dikenal Kawanan Perompak
- Menikmati Luasnya Samudra Hindia dari Puncak Sagara Kebumen, Cocok Jadi Tempat Liburan Tahun Baru Bersama Keluarga
Penelitian ini menunjukkan bahwa tempat tersebut dapat menyimpan hingga 1,5 persen air. Bahkan jika hanya 1 persen dari susunan molekul adalah air, artinya batuan ini mengandung tiga kali lebih banyak air dibandingkan dengan keseluruhan lautan yang ada di permukaan Bumi.
Apa yang Terjadi di Bumi?
Para peneliti telah mengungkapkan bahwa perairan baru muncul di tengah benua Afrika, yang menyebabkan benua tersebut mulai terbelah menjadi dua bagian. Negara-negara seperti Uganda dan Zambia saat ini terkurung di daratan, tetapi di masa depan, mereka mungkin memiliki garis pantai sendiri.
Fenomena ini terjadi akibat pergerakan lempeng tektonik, yang merupakan lempengan batu padat besar yang membentuk kerak Bumi dan mantel atas, atau yang dikenal sebagai litosfer. Meskipun pergerakan lempeng tektonik tidak terlihat oleh mata, mereka terus bergerak seiring waktu.
Lempeng tektonik Afrika, Arab, dan Somalia saling berdekatan, namun dalam kurun waktu 30 juta tahun terakhir, lempeng Arab dan Somalia perlahan-lahan menjauh dari lempeng Afrika. Proses ini menghasilkan apa yang dikenal sebagai Rift Afrika Timur.
Para ahli memperkirakan bahwa diperlukan waktu sekitar 30 juta tahun agar retakan yang nyata dapat terbuka. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa masyarakat Uganda atau Zambia tidak akan memiliki garis pantai dalam waktu dekat. Namun, perubahan ini tidak akan berhenti begitu saja.
Hal ini ditegaskan oleh Ken Macdonald, seorang geofisika kelautan dan profesor di University of California. Ia menjelaskan bahwa melalui pengukuran GPS, para ilmuwan dapat memantau laju pergerakan lempeng hingga beberapa milimeter per tahun.
Dengan semakin banyaknya data yang diperoleh dari pengukuran GPS, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai dinamika lempeng Bumi. Melihat ke depan, Macdonald juga memprediksi bahwa Teluk Aden dan Laut Merah akan membanjiri wilayah Afar dan Lembah Rift Afrika Timur, sehingga kawasan tersebut akan menjadi samudra baru dan bagian Afrika Timur akan terpisah menjadi benua kecil yang baru.