Berkat e-commerce, pasutri ini tak lagi makan sepiring berdua
Berkat usaha bed cover dan sprei online, pasangan suami istri ini bisa mengubah kondisi perekonomian keluarganya.
Perjuangan yang berdarah-darah saat dulu, masih terngiang oleh Dedy Indrawan dan istrinya. Bagaimana tidak, dia sudah merasakan betapa pusingnya lilitan hutang menjadi ancaman bagi dia dan istrinya. "Kami sempat dililit hutang ratusan juta rupiah dan selama dua tahun keadaan ekonomi kami terpuruk, bahkan terkadang harus makan sepiring berdua," kenang dirinya.
Dari situ, ada filosofi yang ia yakini bahwa perjalanan bisnis tidak selalu mulus. Memang, saat itu Dedy tidak langsung menjadi wirausaha. Dia, sebelumnya pernah bekerja menjadi staf pemasaran bank swasta di daerahnya di Yogyakarta. Namun ternyata, bekerja di bank tidak membuat dia dan keluarga cukup. Buktinya, Ia dan istrinya saat itu hidup di sebuah kontrakan kecil. Mungkin, bekerja di Bank hanya gengsi saja yang tinggi. Sadar bahwa bekerja di Bank tak cukup, ia mencoba mengais rezeki dengan mengojek malam harinya.
-
Dimana kita bisa menemukan inspirasi kata-kata selamat datang di online shop? Melansir dari berbagai sumber, Rabu (1/11), berikut merdeka.com rangkum mengenai 40 kata-kata selamat datang di online shop yang bisa dijadikan sebagai bahan referensi.
-
Siapa yang melakukan riset tentang kepuasan berbelanja online di e-commerce? Melihat situasi pasar digital di awal tahun 2024 yang terus bergerak mengikuti perkembangan kebutuhan dan preferensi masyarakat, IPSOS melakukan riset dengan tajuk ”Pengalaman dan Kepuasan Belanja Online di E-commerce”.
-
Apa perbedaan utama antara e-commerce dan marketplace? Meskipun keduanya seringkali digunakan secara bergantian, namun sebenarnya ada perbedaan yang signifikan di antara keduanya.
-
Kenapa Hari Jomblo di Tiongkok menjadi Hari Belanja Online? Seperti halnya Hari Valentine di Amerika Serikat yang dianut oleh Hallmark, Hari Jomblo di Tiongkok juga dikooptasi oleh raksasa e-commerce Alibaba pada tahun 2009 dan diubah menjadi hari belanja online besar-besaran.
-
Siapa nama kakek penjual sapu tangan yang menginspirasi netizen? Seorang kakek berusia 74 tahun di India bernama Hasan Ali menginspirasi netizen dengan menjual sapu tangan di Stasiun Borivali, Mumbai.
-
Apa yang menginspirasi dari kisah bisnis pempek ini? Kisah bisnis istri polisi ini seketika menuai beragam tanggapan dari publik. Banyak apresiasi hingga dukungan yang dilayangkan bagi keduanya.
"Setelah pulang kerja, saya coba narik ojek. Tapi tak berhasil menutup kebutuhan hidup keluarga," jelasnya.
Dedy pun mencoba keberuntungan lain dengan door to door menawarkan produk asuransi dan lagi-lagi usaha ini tak kunjung berhasil memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Keadaan tidak lantas membuat Dedy menyerah. Menurutnya, perubahan ke arah yang lebih baik harus dimulai dari diri sendiri dan sedini mungkin. "Saya tidak mungkin tega membiarkan istri dan dua putri saya tinggal di sebuah kontrakan kecil seumur hidup. Kalau bukan kita yang memulai perubahan, siapa lagi, kalau tidak dimulai sekarang, kapan lagi," jelasnya dengan menggebu.
Akhirnya Dedy memberanikan diri memulai bisnis seprai dan bed cover secara online dengan bermodalkan pinjaman uang dari seorang kerabat yang nominalnya tidak seberapa, namun nyatanya hal tersebut bukanlah penghalang yang berarti. "Berbisnis melalui internet tetap mungkin dilakukan walaupun hanya dengan modal seadanya," tutur pemilik sekaligus pengelola toko online Jaxine Sprei and Bedcover.
Jaxine Sprei and Bedcover semakin lama semakin berkembang. Ia memutuskan untuk berhenti bekerja dari bank dan fokus menggarap bisnis online-nya. Setelah tiga tahun hanya mengambil stok barang dari supplier kini akhirnya Dedy mampu memproduksi seprai dan bed cover sendiri, namun pemasaran yang awalnya dilakukan melalui website pribadi lambat laun dirasa tidak lagi efektif untuk menindaklanjuti pesanan yang dari hari ke hari kian bertambah. "Saya kewalahan mengelola website sendiri dan di sisi lain persaingan dengan website kompetitor juga semakin ketat," kata Dedy.
Ia akhirnya memutuskan untuk memasarkan produknya melalui mal online, salah satunya Tokopedia. "Dengan memasarkan produk di Tokopedia, saya tidak perlu lagi pusing memikirkan SEO dan posisi keyword saya di search engine," terang Dedy. Ia juga menambahkan, dengan bergabung bersama Tokopedia, produknya lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
"Pengunjung Tokopedia sendiri sudah ramai. Hal itu secara langsung membantu saya dalam mempromosikan brand kami ke seluruh penjuru Indonesia," imbuh laki-laki yang saat ini sudah berhasil mempekerjakan 24 orang karyawan dan mengirimkan ribuan paket seprai, serta bed cover setiap bulannya.
Sebelum memulai bisnis online, hidup Dedy dan keluarga kecilnya serba pas-pasan dengan hanya mengandalkan gaji bulanan sebagai karyawan, yang bahkan untuk sekadar membeli sepeda motor saja harus mencicil selama tiga tahun. Dedy yang usai lulus kuliah sempat berdagang angkringan ini juga harus bekerja siang dan malam untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun berkat kegigihannya dalam membangun bisnis melalui internet, kehidupannya berubah. "Internet memberi dampak yang begitu besar bagi hidup kami, khususnya dalam mengubah kondisi perekonomian keluarga kami," jelas Dedy.
Ia juga menambahkan, "Bisnis online membuat kami mampu membeli sebuah rumah, tiga buah mobil dan empat sepeda motor dengan mudah," tutupnya bersyukur.
(mdk/dzm)