Demi Menghindari Kematian, Orang Ini Rela Keluarkan Duit Rp 31 Miliar per Tahun
Banyak hal yang dilakukan demi orang ini menghindar dari kematian.
Banyak hal yang dilakukan demi orang ini menghindar dari kematian.
Demi Menghindari Kematian, Orang Ini Rela Keluarkan Duit Rp 31 Miliar per Tahun
Banyak orang yang telah melakukan berbagai cara untuk terlihat muda, sehat, dan hidup lebih lama.
Namun, rutinitas jutawan 45 tahun asal AS bernama Bryan Johnson mungkin adalah salah satu yang paling ekstrem. Mengapa?
-
Kenapa kematian adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari? Kematian memang menjaddi sesuatu hal yang tidak bisa kita hindari.
-
Kenapa kelelawar sering dikaitkan dengan kematian? Mitos ini berasal dari keyakinan bahwa kelelawar memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan dunia lain, sebab mereka aktif pada malam hari dan hidup di gua-gua yang dikaitkan dengan alam roh.
-
Kenapa ketan unti dikenal sebagai "kue kematian"? Bagi masyarakat Tugu, ketan unti biasanya dikenal sebagai kue kematian. Ini karena, kue tersebut hanya disajikan saat ada anggota keluarga yang meninggal dunia. Sangat penting bagi warga Kampung Tugu dalam mendoakan orang yang sudah meninggal sebelum dimasukkan ke dalam kubur.
-
Siapa yang mengaitkan kelelawar dengan kemampuan meramalkan kematian? Masyarakat Māori di Selandia Baru mengaitkan kelelawar dengan hokioi, mitos burung nokturnal yang konon memiliki kemampuan meramalkan kematian.
-
Mengapa burung hantu dikaitkan dengan kematian? Mitos burung hantu juga sering dianggap sebagai simbol kematian dalam beberapa budaya. Mereka dikaitkan dengan dunia roh dan dianggap sebagai perantara antara dunia manusia dan dunia yang tidak terlihat.
-
Kenapa kematian karena sebab alami dianggap sebagai kematian yang seharusnya dialami oleh manusia? Di sisi lain, terdapat pula istilah kematian karena sebab alami atau kematian secara alami. Kematian karena sebab-sebab alami inilah yang seharusnya dialami oleh manusia.
Mengutip laporan TIME dan The Guardian, Kamis (21/12), Johnson dikabarkan tengah menjalani pola hidup dan perawatan yang mahal demi memiliki tubuh berusia 18 tahun.
Dilaporkan, jutawan ini menghabiskan biaya hingga kurang lebih USD2 juta atau sekitar Rp31 miliar setiap tahunnya demi menyewa sebuah tim riset untuk menyelidiki bagaimana cara agar dapat hidup lebih lama.
Dia juga harus membayar ratusan ribu dolar per bulannya untuk menginfuskan satu liter plasma muda putra remajanya ke dalam aliran darahnya yang kian menua setiap bulannya.
Dia sendiri menyuntikkan darahnya ke dalam tubuh sang ayah yang berusia 70 tahun, agar kesehatan fisik dan kognitifnya yang terus menurun dapat diperbaiki.
Johnson juga menghabiskan waktunya untuk mengembangkan sistem perpanjangan hidup yang disebut Blueprint, di mana Johnson menyerahkan seluruh keputusan mengenai tubuhnya ke sekumpulan dokter yang menggunakan data tersebut untuk mengurangi penuaan di tubuhnya.
Dia juga harus bangun jam 5 pagi setiap harinya dan menjalani pola hidup yang ketat. Semua ini dilakukannya bukan tanpa alasan. Menurutnya, hidup dengan pola ketat bisa menghindarkan sesuatu yang selama ini dianggap tidak bisa dihindarkan: kematian.
“Kebanyakan orang menganggap kematian tidak bisa dihindari. Pada dasarnya kami hanya mencoba memperpanjang waktu yang kami miliki sebelum kami mati. Saya rasa belum pernah ada masa dalam sejarah di mana Homo sapiens dapat mengatakan secara tulus bahwa kematian mungkin tidak dapat dihindari,”
Bryan Johnson.
Tentu para ahli sangat tidak setuju dengan pendapat ini. Dr. Pinchas Cohen, dekan Leonard Davis School of Gerontology di University of Southern California, AS, menyatakan bahwa kematian bukanlah suatu pilihan, melainkan sesuatu yang tertulis dalam gen manusia.
- Punya Banyak Uang Receh Koin Kembalian Belanja? Ini Tempat Menukar ke Pecahan Lebih Besar
- Sadisnya Pembunuh Perempuan Kenalan Lewat Michat, Naik Pitam Gara-Gara Ogah Bayar Rp100.000
- Pengusaha ini Rela Keluarkan Rp30 Miliar per Tahun untuk Kembali Muda
- Temuan Fosil Ini Jelaskan Nenek Moyang Ular Pernah Punya Kaki
Namun, tidak ada bukti yang menyatakan bahwa kematian dapat dihindari.
Tidak ada teknologi yang menunjukkan bahwa manusia sedang mengarah kepada keabadian.