Ini Keunggulan Kacamata Holografik yang Dipamerkan Mark Zuckerberg
Zuckerberg memperkenalkan prototipe kacamata pintar holografik, Orion, yang memungkinkan pengguna melihat objek digital yang dilapisi dunia nyata.
CEO Meta, Mark Zuckerberg, memamerkan sejumlah produk AI dan realitas campuran baru, termasuk versi masa depan dari kacamata holografik, pada konferensi pengembang tahunan Connect, milik perusahaan itu.
Zuckerberg memperkenalkan prototipe kacamata pintar holografik, Orion, yang memungkinkan pengguna melihat objek digital yang dilapisi dunia nyata. Menurutnya, perangkat ini bahkan dapat dikontrol dengan gelombang otak melalui “antarmuka saraf.”
- Mark Zuckerberg Ramalkan 10 Tahun Lagi Barang yang Sering Dibawa Orang Kemana-mana ini Tak Lagi Diperlukan
- 2 Kata Telak dari Mark Zuckerberg Tampar Inovasi Apple Vision Pro
- Meski Jadi Orang Terkaya di Dunia, Segini Ternyata Gaji Mark Zuckerberg dan Elon Musk
- Kekayaan Mark Zuckerberg Bertambah Rp442 Triliun dalam Satu Hari
Kacamata Orion saat ini belum tersedia, dan Zuckerberg tidak memberikan gambaran waktu kapan produk tersebut akan dirilis atau berapa harganya. Namun, ia menegaskan bahwa prototipe ini memberikan gambaran sekilas tentang masa depan yang sedang diupayakan Meta.
“Kacamata pintar holografik ini menggunakan jenis tampilan yang sama sekali baru,” ujar Zuckerberg saat mengenakannya.
“Ini bukan tampilan tembus pandang, ini dunia nyata dengan hologram yang melapisinya,” tambahnya.
Kacamata Orion terbukti menjadi tantangan teknis bagi para insinyur perusahaan, namun jika berhasil, ini akan menjadi lompatan besar bagi Meta. Saat ini, Meta menawarkan perangkat “kacamata pintar” yang jauh lebih terbatas dibandingkan Orion.
Meta juga memperkenalkan pembaruan pada kacamata pintar Ray-Ban yang populer. Kacamata ini dibuat dan dijual melalui kemitraan dengan raksasa kacamata, Essilor Luxottica. Meskipun tidak memiliki fitur realitas campuran, kacamata ini dilengkapi kemampuan AI berbasis suara yang bisa melakukan penerjemahan bahasa secara real-time, serta membuat catatan dan pengingat bagi pengguna.
Dikutip dari The Verge, Jumat (27/9), perangkat keras untuk Orion terdiri dari tiga bagian yakni kacamata itu sendiri, "gelang saraf" untuk mengendalikannya, dan cakram komputasi nirkabel yang menyerupai baterai besar untuk telepon.
Kacamata ini tidak memerlukan telepon atau laptop untuk bekerja, tetapi jika berada lebih dari 12 kaki dari cakram, perangkat ini tidak dapat digunakan. Orion menawarkan bidang pandang 70 derajat, lebih luas daripada kacamata AR mana pun yang ada saat ini.
Mengutip pengalaman jurnalis dari The Verge, bidang pandang yang lebih sempit sering kali membuat AR terasa kecil dan kurang mendalam, seperti melihat melalui lubang intip. Dengan Orion, pengguna harus mendekati objek virtual sebelum tepinya mulai menghilang. Ini memberikan pengalaman AR yang lebih mendalam dan interaktif, dibandingkan dengan perangkat serupa yang ada di pasaran.
Kacamata Orion memiliki berat 98 gram, menjadikannya lebih berat daripada kacamata biasa, namun jauh lebih ringan daripada headset realitas campuran seperti Meta Quest atau Apple Vision Pro. Bingkainya terbuat dari magnesium, yang lebih ringan daripada aluminium dan digunakan untuk mendistribusikan panas secara merata.
Tujuh kamera yang tertanam dalam bingkai digunakan untuk menambatkan objek virtual di ruang nyata. Selain itu, kamera-kamera tersebut membantu pelacakan mata dan tangan, serta memungkinkan asisten AI Meta memahami apa yang dilihat pengguna.
Dengan kombinasi AI, pelacakan canggih, dan kontrol saraf, Orion memiliki potensi untuk merevolusi cara pengguna berinteraksi dengan dunia digital, menjadikannya salah satu perangkat paling menarik di masa depan teknologi.