Limbah Elektronik dari Komputer AI Diprediksi Bakal Tak Terbendung di 5 Tahun Mendatang
Kenaikan popularitas kecerdasan buatan generatif (AI) berpotensi menambah masalah limbah elektronik.
Menurut para peneliti, limbah elektronik yang berasal dari server komputer kecerdasan buatan (AI) diperkirakan akan meningkat secara signifikan pada tahun 2030. Mereka mengusulkan perlunya strategi daur ulang untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Dalam sebuah studi yang diterbitkan di Nature Computational Science, peneliti mengungkapkan bahwa popularitas AI generatif akan menyebabkan lonjakan besar dalam volume limbah elektronik.
-
Apa yang dibayangkan oleh AI? Hasilnya sungguh memesona. Coldplay memainkan musik mereka di tengah latar belakang Gunung Bromo yang diselimuti kabut, menambah pesona dan kemegahan dari acara tersebut. Ribuan penonton terlihat memadati area tersebut.
-
Apa yang ditemukan para ahli dengan menggunakan AI? Para ahli dari Universitas Bradford, Nottingham, dan Stanford telah mengembangkan algoritma analisis khusus untuk membuat sebuah penemuan: salah satu objek dalam lukisan karya Raffaello Sanzio/Raphael ternyata tidak dilukis oleh sang maestro.
-
Apa tujuan LG dalam menerapkan AI? LG yakin bahwa AI bisa menumbuhkan pengalaman pengguna yang lebih peduli, berempati, dan penuh pengertian.
-
Bagaimana perangkat lunak menerjemahkan perintah pengguna ke bahasa mesin? Perangkat lunak juga berfungsi sebagai penerjemah perintah ke dalam bahasa mesin agar perangkat keras bisa menerimanya dengan baik.
-
Apa hasil dari penelitian tentang perbandingan lelucon AI dan manusia? Hasilnya sangat luar biasa, karena 69,5 persen juri menganggap tanggapan ChatGPT lebih lucu dibandingkan tanggapan manusia.
-
Apa itu prompt dalam dunia AI? Prompt adalah pertanyaan atau bahkan pernyataan yang dibuat untuk memberikan panduan pada AI dalam memberikan respons sesuai dengan permintaan. Sederhananya, tugas yang diberikan kita kepada AI.
Mereka memperkirakan bahwa total limbah elektronik dapat mencapai antara 1,2 hingga 5,0 juta metrik ton pada tahun 2030, yang berarti sekitar seribu kali lipat dibandingkan dengan tahun 2023, seperti yang dikutip dari DW Indonesia pada Jumat (1/11).
"Kami menemukan, limbah elektronik yang dihasilkan oleh AI generatif, khususnya model bahasa, dapat meningkat secara dramatis, berpotensi mencapai 2,5 juta ton per tahun pada tahun 2030 jika tidak ada penerapan langkah-langkah pengurangan limbah," ungkap Asaf Tzachor, seorang pakar keberlanjutan di Universitas Reichman, Israel, dan salah satu penulis studi tersebut.
Selain itu, penelitian ini juga memberikan beberapa solusi untuk mengurangi limbah elektronik, seperti strategi untuk memperpanjang masa pakai, menggunakan kembali, dan mendaur ulang perangkat keras AI generatif. Dengan langkah-langkah tersebut, mereka memperkirakan bahwa produksi limbah elektronik dapat berkurang antara 16 persen hingga 86 persen.
"Dari penelitian ini dengan jelas terlihat, sifat krisis limbah elektronik bersifat global, oleh karena itu penting untuk fokus pada pengelolaan limbah elektronik lintas batas negara," kata Saurabh Gupta, pendiri Earth5R, sebuah organisasi keberlanjutan yang berbasis di India. Meskipun Gupta tidak terlibat dalam penelitian ini, pernyataannya menekankan pentingnya kolaborasi internasional dalam menangani masalah limbah elektronik yang semakin mendesak.
Apa Itu Limbah Elektronik?
Setiap kali kita membuang perangkat elektronik yang sudah tidak terpakai atau rusak, kita menciptakan limbah elektronik. Ini mencakup berbagai barang seperti komputer, ponsel pintar, pengisi daya, kabel, mainan elektronik, mobil, dan sistem server yang lebih besar.
Limbah elektronik menyumbang sekitar 70 persen dari total limbah beracun yang dihasilkan di seluruh dunia setiap tahunnya, sementara hanya 12,5 persen dari limbah elektronik tersebut yang berhasil didaur ulang. Data dari The World Counts menunjukkan betapa cepatnya pertumbuhan limbah elektronik ini.
"Mengurangi limbah elektronik penting, karena pembuangan yang tidak tepat akan menyebabkan pelepasan bahan berbahaya, seperti timbal dan merkuri, yang membahayakan ekosistem dan kesehatan manusia," jelas Gupta dalam emailnya kepada DW.
Penelitian yang diterbitkan pada 28 Oktober 2024 ini berfokus pada limbah elektronik yang dihasilkan dari algoritma AI generatif, yang merupakan jenis AI yang mampu menghasilkan teks, gambar, video, atau musik berdasarkan kumpulan data yang sangat besar.
Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa penggunaan AI memerlukan energi yang cukup besar. Menurut analisis dari perusahaan riset SemiAnalysis, diperkirakan bahwa pada tahun 2030, AI akan menyerap sekitar 4,5% dari total produksi energi global yang ada.
Di sisi lain, Tzachor menjelaskan bahwa masih terdapat ketidakjelasan mengenai jumlah limbah elektronik yang dihasilkan oleh program AI generatif seperti ChatGPT. Penelitian yang dilakukannya mencakup semua sumber daya komputasi yang diperlukan untuk pelatihan dan penerapan AI di pusat data.
AI generatif sangat bergantung pada kemajuan cepat dalam infrastruktur perangkat keras serta teknologi chip. Oleh karena itu, terdapat indikasi bahwa seiring dengan pembaruan atau penggantian perangkat keras, AI generatif akan menghasilkan lebih banyak limbah elektronik.
"Jauh lebih mudah dan hemat biaya untuk mengatasi tantangan limbah elektronik yang ditimbulkan oleh AI saat ini, sebelum tantangan tersebut menjadi semakin besar di luar kendali," ungkap Tzachor. Dengan demikian, penting untuk melakukan langkah-langkah preventif agar dampak lingkungan dari teknologi ini dapat diminimalisir.
Limbah Elektronik dari Gen AI Sangat Melimpah
Tim peneliti telah mengembangkan sebuah model untuk menilai skala limbah elektronik yang dihasilkan oleh pusat data yang mendukung penggunaan model AI generatif, termasuk model bahasa besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah elektronik dapat mencapai angka 5 juta ton setiap tahunnya dalam kondisi di mana pertumbuhan AI diperkirakan sangat pesat.
"Namun perkiraan mereka mengenai limbah elektronik AI, berpotensi berada pada angka yang rendah," ungkap Tzachor, mengingat cepatnya perubahan dalam lanskap bisnis AI.
Tzachor juga menambahkan, "Faktor-faktor seperti pembatasan geopolitik pada impor semikonduktor dan pergantian server yang cepat, dapat meningkatkan produksi limbah elektronik yang terkait dengan AI generatif," dalam komunikasi kepada DW melalui email.
Gupta menekankan pentingnya limbah elektronik yang berasal dari ekosistem AI yang lebih luas.
"Studi ini memperkirakan bahwa angka ini akan meningkat seiring dengan meningkatnya adopsi teknologi AI, sehingga menciptakan tantangan lingkungan gabungan dari berbagai bentuk AI," jelasnya. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan global untuk mengurangi limbah elektronik yang dihasilkan.
Dari hasil penelitian tersebut, diungkapkan bahwa penerapan strategi ekonomi sirkular dapat meminimalkan timbulan limbah elektronik antara 16 persen hingga 86 persen. Ini menunjukkan potensi besar dalam mengatasi masalah limbah elektronik yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan teknologi AI.
Pendekatan Ekonomi Sirkular
Strategi ekonomi sirkular dirancang untuk mengurangi pemborosan dan meningkatkan efisiensi dalam penggunaan perangkat keras komputer. Menurut Tzachor, terdapat tiga tujuan utama dari strategi ini: pertama, memperpanjang masa pakai perangkat keras yang sudah ada untuk menunda kebutuhan akan peralatan baru; kedua, menggunakan kembali dan memproduksi ulang komponen; dan ketiga, mengekstraksi bahan berharga saat mendaur ulang perangkat keras.
Gupta sangat mendukung hasil penelitian ini. "Kisaran pengurangan sebesar 16-80 persen mencerminkan potensi besar dari strategi ini, terutama jika didukung oleh kebijakan, dan diterapkan secara luas di seluruh industri dan wilayah," ungkap Gupta. Organisasi yang dipimpinnya, Earth5R, telah menunjukkan efektivitas pendekatan strategi ekonomi sirkular, seperti yang dinyatakannya.
Dia juga menekankan bahwa limbah elektronik merupakan masalah global yang memerlukan pengelolaan limbah elektronik lintas batas yang adil, guna mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan yang ditimbulkan oleh ekspor limbah elektronik dari negara-negara berpenghasilan tinggi ke negara-negara berpenghasilan rendah.