NASA Buka Lowongan Dengan Gaji Rp 263 Juta, Pekerjaan Hanya Tidur
NASA Buka Lowongan Dengan Gaji Rp 263 Juta, Pekerjaan Hanya Tidur
NASA sedang menghelat riset yang membutuhkan sukarelawan yang akan diberi gaji sebesar 18.500 USD. Angka ini setara dengan Rp 263,3 juta.
Riset ini merupakan kolaborasi antara NASA dan European Space Agency (ESA), bersama dengan German Aerospace Center.
-
Apa yang ditemukan para ilmuwan di luar angkasa? Para ilmuwan telah menemukan dua bintang dengan sifat misterius. Benda langit ini memancarkan gelombang radio setiap 20 menit. Anehnya lagi ia berkedip dan mati saat berputar menuju maupun menjauh dari Bumi. Para ilmuwan berasumsi bahwa mereka mungkin mewakili objek bintang tipe baru.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan di luar angkasa? Dua tim astronom yang dipimpin oleh ilmuwan di Caltech, telah menemukan tempat cadangan air terbesar yang pernah terdeteksi di alam semesta. Dan jaraknya 30 miliar triliun mil.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan di luar angkasa? Tim astronom pimpinan ilmuwan di Caltech, Amerika Serikat melaporkan penemuan air di luar angkasa. Mereka mengaku menemukan tempat cadangan air terbesar yang pernah terdeteksi di alam semesta.
-
Kapan penelitian ini dilakukan? Studi ini didasarkan pada National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999–2018, yang melibatkan lebih dari 17.000 wanita berusia 20 hingga 65 tahun.
-
Di mana penelitian ini dilakukan? Tim peneliti dari Universitas Yonsei di Seoul, Korea Selatan, berhasil mengembangkan varietas beras hibrida yang dipadukan dengan protein daging sapi dan sel lemak.
-
Mengapa penelitian ini penting? Selain membantu memahami lebih lanjut tentang sistem cuaca unik di planet es, temuan ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa medan magnet Neptunus dan Uranus berbeda dengan medan simetris yang dimiliki Bumi.
Mengutip laman Motherboard via Tekno Liputan6.com, Senin (1/4/2019), dalam riset kolaboratif ini, ketiganya akan meluncurkan studi bernama Artificial Gravity Bed Study (AGBRESA).
Studi akan menguji penggunaan gravitasi buatan, untuk mencegah atrofi otot dan tulang, yang mengganggu para astronot ketika mereka menghabiskan waktu yang lama di luar angkasa.
Pada studi tahap awal ini, lembaga antariksa tersebut bekerja sama dengan 24 partisipan yang terdiri dari 12 laki-laki dan 12 perempuan.
NASA kini tengah mencari relawan perempuan dengan rentang usia antara 25-55 tahun untuk studi fase kedua yang dimulai pada musim gugur ini.
NASA akan memberikan bayaran yang sama, yakni USD 18.500 atau sekitar Rp 263,3 juta per orang untuk mengerjakan tugasnya selama 2 bulan.
Apa yang harus dilakukan partisipan? Rupanya, para partisipan diminta untuk tetap berbaring di tempat tidur dalam sebuah laboratorium di Jerman, selama 60 hari.
"Seluruh eksperimen, makan, dan kegiatan rekreasi akan dilakukan sambil berbaring," demikian menurut keterangan tertulis NASA.
Gerakan para partisipan dibatasi untuk mencegah penempatan ketegangan pada tubuh peserta lainnya. Hal ini dirancang untuk meniru efek gravitasi nol saat sedang ada di ruang angkasa.
Tempat tidur para partisipan ini dimiringkan enam derajat untuk memudahkan perpindahan cairan tubuh, seperti pada astronot di ruang angkasa.
Sekadar informasi, ini bukan pertama kalinya NASA menyelenggarakan studi mengenai dampak nol gravitasi terhadap tubuh manusia.
NASA sebelumnya melakukan studi serupa di International Space Station dan juga di Bumi. Para partisipan juga diminta untuk berbaring selama beberapa waktu dalam lingkungan yang diatur menyerupai ruang angkasa.
Pada studi yang sekarang ini, partisipan menjalani pengujian yang mensimulasikan semacam ruang gravitasi buatan.
Menurut rilis, dua per tiga dari peserta akan ditempatkan di ruangan dengan sentrifugal khusus dan diputar tiap hari untuk membuat darah mengalir.
Hasilnya akan dibandingkan dengan partisipan yang tidak menjalani perawatan ini.
"AGBRESA memungkinkan kita untuk mengatasi masalah atrofi otot yang disebabkan oleh penurunan berat badan," kata Ketua tim eksplorasi manusia dan robot di ESA, Jennifer Ngo-Anh dalam siaran persnya.
Eksperimen ini bertempat di sebuah lab bernama envihab milik German Aerospace Center Institute of Aerospace Medicine di Cologne, Jermen.
Selebihnya, para partisipan harus melakukan pekerjaan selama 89 hari. Ini terdiri dari dan termasuk di dalamnya 60 hari riset, 5 hari orientasi, dan 14 hari masa istirahat dan rehabilitasi yang dilakukan di awal dan akhir riset berlangsung.
Sumber: Tekno Liputan6.com
Reporter: Agustin Setyo Wardani
Baca juga:
Sering Mati Lampu, Siswa SMA di Demak Buat Pembangkit Listrik Sendiri
Startup Ini Ingin 'Menginstall' Google di Otak, Caranya?
Dua Astronot Wanita Pertama Dunia Gagal Spacewalk, Mengapa?
7 Binatang Imut yang Ternyata Mematikan
Ilmuwan Temukan Cara 'Hapus' Ingatan Buruk Seseorang
4 Teknologi yang Kehadirannya Disesali Penemunya Sendiri
Peneliti Jogja Kembangkan Mesin Nitridasi Plasma, Bikin Irit Kendaraan dan Awet