Prediksi Mengerikan Ilmuwan soal Matahari akan Mati, Apa yang akan Terjadi dengan Bumi?
Matahari pun punya umur. Ilmuwan telah memproyeksikan dalam kurun waktu ini Matahari akan mati.
Matahari pun punya umur. Ilmuwan telah memproyeksikan dalam kurun waktu ini Matahari akan mati.
Prediksi Mengerikan Ilmuwan soal Matahari akan Mati, Apa yang akan Terjadi dengan Bumi?
-
Mengapa tanaman pada akhirnya akan mati? Seiring bertambahnya usia tanaman, pembelahan sel mereka melambat dan akhirnya berhenti, mengakibatkan kegagalan untuk beregenerasi dan akhirnya mati.
-
Mengapa bintang mati? Bintang merupakan bola gas panas yang ditopang oleh fusi nuklir yang mengubah hidrogen menjadi helium di dalam inti bintang. Ketika fusi nuklir berhenti, bintang akan mati.
-
Kapan peran Matahari mulai dipahami? Meskipun mereka mungkin belum memahami semua fungsi matahari, telah tercipta pemahaman bersama bahwa matahari berperan penting dalam kehidupan mereka.
-
Bagaimana cara bintang mati? Bintang-bintang dapat mati dengan dua cara utama, tergantung dari massanya. Bagi bintang bermassa rendah, fusi nuklir berakhir ketika semua hidrogen di dalam inti bintang telah diubah menjadi helium. Tanpa panas dan tekanan fusi dari luar, bintang akan runtuh ke dirinya sendiri.
-
Kapan kerangka tersebut diperkirakan meninggal? Para arkeolog menemukan sebuah kerangka yang sangat utuh, yang diyakini merupakan milik seseorang dengan status sosial tinggi, dan diperkirakan meninggal sekitar 2.700 tahun yang lalu akibat gempa bumi.
-
Kapan Gerhana Matahari Total akan terjadi? Bumi akan mengalami kembali fenomena gerhana matahari total pada tanggal 8 April 2024 mendatang.
Matahari, pusat tata surya yang begitu terang, dalam kurun waktu sekitar 5 miliar tahun ke depan, ia akan menghadapi masa akhirnya.
Hal tersebut merupakan pandangan yang diberikan oleh fisikawan Frederick C. Bruhweiler, seorang ahli kosmologi yang berpengalaman dalam menganalisis fenomena di luar angkasa.
Mengutip Space.com, Sabtu (16/3), ketika matahari mencapai tahap akhirnya, ia akan berubah menjadi katai putih. Ini adalah bentuk terakhir dari bintang bermassa rendah seperti matahari.
Setelah menghabiskan semua bahan bakarnya, matahari perlahan-lahan akan memudar menjadi objek yang semakin redup dan padat.
Walau memiliki volume jauh lebih besar daripada Bumi, katai putih yang dihasilkan oleh matahari akan memiliki ukuran yang hampir sama dengan planet ini.
Dalam fase katai putih, komposisi inti matahari akan berubah. Mayoritas dari inti tersebut akan terdiri dari karbon dan oksigen, menyisakan lapisan tipis helium yang belum terbakar di sekitarnya.
Proses evolusi ini akan berdampak pada Bumi. Saat matahari mengalami perubahan menuju fase raksasa merah, planet ini mungkin akan menghadapi akhirnya.
Peningkatan produksi energi oleh matahari yang sedang mengalami perubahan akan memaksa bintang ini mengembang secara signifikan.
Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa dalam proses ini, Bumi mungkin akan terkena dampak langsung dari matahari yang membesar.
Bahkan jika Bumi berhasil bertahan, peningkatan luminositas matahari di tahap akhir evolusinya akan mengubah atmosfer dan lautan ini.
Saat matahari akhirnya memasuki tahap katai putih, pertanyaan muncul tentang nasib planet lain di tata surya kita. Raksasa gas seperti Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus mungkin akan mengalami pengikisan lapisan atmosfer terluar akibat hilangnya massa matahari.
Namun, meskipun matahari akan mati, hal tersebut tidak berarti akhir dari segalanya. Materi yang dilepaskan selama evolusi matahari baru akan menjadi bahan untuk pembentukan bintang dan sistem tata surya baru. Proses tersebut dapat menyebabkan terbentuknya bintang-bintang baru di masa depan.
Ketika matahari kehabisan hidrogen sebagai bahan bakar utamanya, ia akan mengalami perubahan drastis. Proses tersebut menyebabkan matahari menyusut menjadi katai putih, sementara materi luarannya membentuk nebula planet.
“Ketika sebuah bintang mati, ia mengeluarkan sejumlah besar gas dan debu yang dikenal sebagai selubungnya ke luar angkasa. Selubung tersebut bisa mencapai setengah massa bintang tersebut,”
ujar astronom Albert Zijlstra dari Universitas Manchester di Inggris.
Dengan memahami tahapan akhir dari kehidupan matahari, para ilmuwan juga dapat memahami apa yang akan terjadi di alam semesta lebih luas.
Namun, meskipun matahari tidak akan mengalami supernova atau menjadi lubang hitam, proses evolusi ini tetap menjadi bagian penting dari pemahaman tentang alam semesta yang luas.