Kerangka Utuh Berusia 2.700 Tahun Ini Masih Pakai Perhiasan Mewah, Penyebab Kematiannya Terungkap
Selain masih memakai perhiasan mewah, kerangka yang jenis kelaminnya masih misterius ini juga dikubur dengan senjata.
Kerangka Utuh Berusia 2.700 Tahun Ini Masih Pakai Perhiasan Mewah, Penyebab Kematiannya Terungkap
Di Turki, sebuah temuan arkeologis baru-baru ini mengungkapkan penemuan bersejarah yang sangat menarik di Kastil Ayanis, yang terletak di provinsi Van, Turki timur, berbatasan dengan Iran.
Para arkeolog menemukan sebuah kerangka yang sangat utuh, yang diyakini merupakan milik seseorang dengan status sosial tinggi, dan diperkirakan meninggal sekitar 2.700 tahun yang lalu akibat gempa bumi.
Sumber: Greek Reporter
Kerangka ini ditemukan mengenakan perhiasan mewah dan dikelilingi oleh senjata-senjata serta barang-barang istimewa seperti prasasti dua sisi dan segel.
Bernasib Tragis
Penemuan ini memberikan wawasan yang luar biasa tentang kehidupan mewah individu tersebut pada abad ke-8 SM, sampai akhirnya mereka mengalami nasib tragis di dalam benteng.
Sumber: Greek Reporter
-
Kapan kerangka ditemukan? Para ahli arkeologi menemukan situs pemakaman khusus wanita dan anak-anak tepat di bawah permukaan bukit pasir Teluk Whitesands di Kota St David’s, Wales.
-
Dimana kerangka tersebut ditemukan? Temuan ini adalah hasil dari kegiatan penggalian di Bukit Blossom yang merupakan sebuah situs pada zaman Holosen Akhir (4350-2980 SM) berlokasi di Lembah San Joaquin bagian utara California, Amerika Serikat.
-
Apa makna dari penemuan kerangka? Menurut INAH, penemuan terbaru ini memberikan pemahaman baru tentang hubungan antara anak-anak, pengorbanan manusia, dan dewa perang Huitzilopochtli.
-
Mengapa gelang Zaman Perunggu itu dikubur? 'Mungkin niatnya sebagai tempat penyimpanan sementara dengan maksud untuk menemukan harta karun itu pada tahap tertentu. '
-
Kenapa tulang kerangka ditemukan terawetkan? Jenna Smith dari Dyfed Archaeological Trust yang memimpin penggalian mengatakan kerangka tersebut cukup awet karena seluruhnya terendam di dalam pasir.
-
Siapa yang menemukan kerangka tersebut? Para ahli arkeologi menemukan situs pemakaman khusus wanita dan anak-anak tepat di bawah permukaan bukit pasir Teluk Whitesands di Kota St David’s, Wales.
Kastil Ayanis adalah situs bersejarah yang sangat penting bagi peradaban kuno Urartu.
Kerajaan Urartu eksis selama Zaman Besi, dari abad ke-9 hingga ke-6 SM. Wilayah mereka mencakup sebagian besar daerah yang kita kenal sekarang sebagai Armenia, Iran Barat, dan wilayah timur Turki.
Foto: X/@obilgin65
Gempa Bumi
Selama bertahun-tahun, para ahli telah berspekulasi bahwa Ayanis runtuh akibat gempa bumi dan kebakaran setelahnya. Namun, bukti konkret yang mendukung teori ini belum ditemukan sejak penggalian dimulai pada akhir tahun 1980-an.
Mehmet Işıklı, yang memimpin tim arkeolog dalam penggalian ini dan merupakan seorang profesor di Departemen Arkeologi Universitas Atatürk, menyatakan bahwa penemuan kerangka ini memberikan bukti yang sangat penting mendukung teori gempa bumi.
Analisis Kerangka
Selanjutnya, para ahli akan melakukan analisis antropologis terhadap kerangka ini untuk menentukan usia dan jenis kelamin individu tersebut. Mereka juga akan berusaha melihat apakah ada sisa-sisa jaringan otak individu tersebut, meskipun ada perbedaan pendapat di antara para peneliti mengenai apakah jaringan lunak semacam itu masih dapat bertahan dalam kondisi yang terawat dengan baik seperti ini.
Prasasti Aksara Paku
Selain kerangka, ditemukan pula sebuah prasasti aksara paku (cuneiform) berlapis ganda di dekat kerangka tersebut. Prasasti ini akan diterjemahkan oleh para ahli, dan hasilnya diharapkan dapat memberikan informasi berharga tentang posisi dan status individu tersebut dalam masyarakat Urartu. Selain itu, prasasti ini juga dapat memberikan wawasan penting tentang kondisi sosial dan politik di Ayanis pada masa itu.
Kerangka dan tengkoraknya dalam kondisi yang sangat baik, dan ada kemungkinan bahwa beberapa bagian otak yang terdegradasi secara kimia masih dapat ditemukan. Meskipun demikian, Erkan Konyar, seorang lektor kepala di Universitas Istanbul yang mengkhususkan diri dalam Sejarah Kuno dan bukan anggota tim penemuan ini, memperingatkan bahwa jaringan otak biasanya tidak bertahan lama dalam iklim wilayah Van.