Temuan Kerangka Aneh Prasejarah, Jadi Bukti Raksasa Pernah Bermukim di California
Keberadaan raksasa di masa lalu merupakan subjek yang menarik dan kontroversial.
Ilmuwan menemukan kerangka manusia dewasa yang terlihat tidak biasa di Lembah San Joaquin bagian utara California, Amerika Serikat.
Temuan Kerangka Aneh Prasejarah, Jadi Bukti Raksasa Pernah Bermukim di California
Keberadaan raksasa di masa lalu merupakan subjek yang menarik dan kontroversial. Banyak mitologi dan legenda dari berbagai belahan dunia dipenuhi dengan cerita tentang raksasa yang berkuasa. Makhluk besar yang kuat perkasa itu seringkali ditakuti oleh penduduk setempat. Namun, tidak jarang subjek tentang raksasa sering kali diabaikan oleh para sejarawan yang menganggap bahwa cerita tersebut hanya sebagai dongeng belaka. Padahal, sudah banyak mitos dan legenda yang telah dikonfirmasi keasliannya oleh ilmu pengetahuan modern.
-
Di mana kerangka manusia raksasa ditemukan? Apa yang disebut 'Raksasa Julcuy' ditemukan pada awal 2019 oleh ahli geologi Theofilos Toulkeridis dan arkeolog Florencio Delgado di dekat desa Julcuy di Provinsi Manabí, Ekuador.
-
Siapa yang menemukan kerangka manusia raksasa? Apa yang disebut 'Raksasa Julcuy' ditemukan pada awal 2019 oleh ahli geologi Theofilos Toulkeridis dan arkeolog Florencio Delgado di dekat desa Julcuy di Provinsi Manabí, Ekuador.
-
Siapa yang menemukan kerangka raksasa itu? Pada 1911, para penambang yang mencari guano kelelawar, bahan penting untuk pupuk, menemukan barang-barang aneh di sebuah gua dekat Lovelock, Nevada.
-
Apa yang unik dari kerangka manusia purba raksasa? Tidak hanya besar, tetapi beberapa kerangka ini, yang diyakini sebagai mumi, juga memiliki rambut merah yang khas.
-
Dimana tengkorak raksasa itu ditemukan? Foto yang beredar di media sosial itu disertai klaim palsu yang menyebut tim geolog menemukan tengkorak raksasa di Desa Valukare sella walawe.
-
Dimana kerangka aneh itu ditemukan? Kerangka ini pertama kali ditemukan sekitar tahun 1970-an di makam Romawi, dikubur dalam posisi meringkuk seperti janin di dalam rahim.
Dilansir laman Ancient Pages, dalam sebuah jurnal Internasional Paleopatologi sekelompok ilmuan mendeskripsikan penemuan kerangka manusia dewasa yang terlihat tidak biasa. Temuan ini adalah hasil dari kegiatan penggalian di Bukit Blossom yang merupakan sebuah situs pada zaman Holosen Akhir (4350-2980 SM) berlokasi di Lembah San Joaquin bagian utara California, Amerika Serikat.
Zaman Holosen Akhir
Gigantisme
Akromegali merupakan kelainan tubuh langka yang belum banyak didokumentasikan dari temuan-temuan prasejarah, terutama di Amerika Utara. Kelainan ini merupakan gangguan langka yang terjadi pada sistem endokrin yang mirip dengan gigantisme. "Ini adalah bukti awal kondisi ini pada manusia, satu-satunya kasus yang didokumentasikan dari California prasejarah, dan salah satu kerangka yang lebih lengkap yang didokumentasikan dengan kondisi ini," kata Dr. Eric Bartelink, seorang antropolog fisik di Universitas California, Chico.
Sebuah artikel menarik yang diterbitkan oleh Western Digs terkait penemuan ini berpendapat bahwa pria yang meninggal ini "diperkirakan berada di usia pertengahan 30-an pada saat kematiannya.
Sisa tulangnya ditemukan dalam sebuah gundukan pemakaman bersama dengan 176 jenazah lainnya dekat Kota Central Valley, Elk Grove.”
Pria tersebut merupakan bagian dari budaya memburu dan meramu yang dikenal sebagai suku Windmiller. Masyarakat ini “menguburkan jenazah mereka dengan posisi datar dan menghadap ke bawah, bukan dalam posisi menunduk dengan kepala menghadap ke barat”. Pria ini dikubur dengan perlengkapan makam yang lengkap. Penyebab kematiannya tidak diketahui.
"Orang dengan akromegali memiliki harapan hidup yang lebih rendah dan banyak masalah pernapasan serta jantung ketimbang orang yang normal," kata Dr. Bartelink.
"Tidak seperti gigantisme sejati, di mana kelenjar pituitari mulai melepaskan jumlah hormon pertumbuhan yang berlebihan pada masa kanak-kanak, akromegali tidak dimulai hingga masa dewasa awal, setelah semua tulang panjang tubuh telah selesai tumbuh.
Tumor pada kelenjar pituitari memicu keluarnya hormon dengan merangsang pertumbuhan yang berlebihan pada perkembangan tulang di wajah, tangan, kaki.
Bartelink membandingkan tengkorak jasad itu dengan 14 tengkorak laki-laki lainnya dari gundukan yang sama dan menemukan bahwa tengkorak tersebut lebih tinggi dan lebih lebar.