Ternyata Sebanyak Ini Jumlah Astronot yang Tewas selama Perjalanan Luar Angkasa
Associate Director Safety & Mission Assurance NASA, Nigel Packham memaparkan data tentang korban jiwa saat melakukan perjalanan luar angkasa.
Associate Director Safety & Mission Assurance NASA, Nigel Packham memaparkan data tentang korban jiwa saat melakukan perjalanan luar angkasa. Tercatat sebanyak 21 astronot yang tewas selama perjalanan luar angkasa dilakukan.
Puluhan korban ini berasal dari berbagai misi penerbangan antariksa yang berbeda, tiga oleh NASA dan dua oleh Uni Soviet yang sama-sama berujung maut.
-
Apa yang tertangkap oleh Satelit NASA? Salah satu foto yang tertangkap oleh Satelit observasi NASA dan United States Geological Survey (USGS), menangkap potret sisa banjir dari zaman es kuno yang terjadi pada 10.000 hingga 20.000 tahun lalu.
-
Siapa yang menuntut NASA? Keluarga Alejandro Otero menuntut lebih dari 80.000 dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp1,3 miliar kepada NASA setelah sampah antariksanya menembus atap rumah keluarga yang berada di Florida, AS tersebut.
-
Bagaimana cara kerja gaji astronot di NASA? Dilansir dari indeed, gaji rata-rata astronot di NASA di tahun 2023 bergantung kepada posisi dan pengalaman kerjanya, dan dimulai dari USD 104,898 sampai USD 161,141 per tahunnya atau setara dengan Rp.1,6 milyar sampai Rp.2,4 milyar per tahunnya.
-
Siapa astronot Indonesia yang nyaris ikut misi NASA? Sosok inspiratif ini bernama Pratiwi Sudarmono, yang pada Oktober tahun 1985 terpilih oleh badan antariksa Amerika Serikat, NASA, untuk bergabung dalam misi pesawat ulang-alik ke luar angkasa.
-
Bagaimana NASA berencana menyelidiki kejadian sampah luar angkasa ini? ISS akan “melakukan penyelidikan mendetail” tentang bagaimana puing-puing itu selamat dari pembakaran, menurut NASA.
-
Apa yang NASA uji coba? NASA sedang menguji Komunikasi Optik Luar Angkasa (DSOC) – menggunakan laser inframerah untuk mengirim pesan kembali ke Bumi.
Seorang pakar Aeronautika & Astronautika di University of Washington di Seattle, Jim Hermanson, menjelaskan bahwa umumnya kegagalan misi luar angkasa terjadi karena banyak faktor, seperti kesalahan teknis bahkan hingga perpolitikan.
"Kecelakaan-kecelakaan itu biasanya merupakan kombinasi dari keadaan yang tidak biasa, kesalahan peralatan, kesalahan manusia, politik, dan manajemen," ungkap Hermanson seperti dilaporkan LiveScience, Jumat (23/6).
Di antara lima kecelakaan pesawat yang telah disebutkan sebelumnya, ada dua yang paling menyeramkan dan keduanya datang dari pesawat ulang-alik milik NASA.
Pada Januari 1986, pesawat ulang-alik Challenger meledak setelah 73 detik diluncurkan. Tragedi tragis ini menyebabkan tewasnya tujuh awak kapal pesawat. Berdasarkan investigasi, kecelakaan ini timbul karena faktor suhu yang sangat dingin di salah satu bagian roket, membuat roket menjadi bermasalah.
Kemudian pada Februari 2003. Di mana saat pesawat ulang alik Columbia pecah sewaktu mereka masuk kembali ke Bumi. Akibatnya tujuh orang awaknya tewas.
Mundur 36 tahun lalu dari 2003, pada 1967 pesawat Soyuz 1 milik Uni Soviet turut menyumbangkan korban jiwa dalam penerbangan luar angkasanya.
Peristiwa itu saat pesawat mengalami kerusakan parasut dan berakhir menghantam tanah dengan ekstrem. Untuk kasus ini, faktor politik turut menjadi penyebabnya. Sebab dari sisi teknis belum siap, namun dipaksakan.
Dua kecelakaan mematikan lainnya datang dari pesawat Soyuz 11 di tahun 1971 yang mengakibatkan tiga korban tewas akibat berkurangnya tekanan udara. Lalu ada juga ada misi Apollo 1 yang gagal mengudara akibat kebakaran dalam pesawat dan menewaskan tiga awak pesawat.
Mungkin itu lima misi penerbangan antariksa yang terhitung sangat mematikan, namun Packham bersaksi bahwa kantornya, NASA, menyimpan lebih dari lima catatan tentang kecelakaan dan panggilan darurat.
Packham turut mengatakan bahwa saat ini terhitung ada 650 astronot yang sedang menjalankan misi di luar angkasa.
Ratusan astronot inilah yang membuat Packham dan timnya terus berupaya untuk menemukan cara yang lebih baik dalam menghitung risiko yang dihadapi para astronot, agar mereka bisa pulang dengan selamat.